"20 pak onde-onde untuk Rabu ya mbak.." tulis seorang sahabat baik di pesan instan.
Sebentar.22 pak berarti 220 onde-onde?.. alhamdulillah rejeki pesanan.. iyesss! 😍
"In syaa Allah.." balas saya cepat.
Kabar baik ini pun segera sama sampaikan pada "tim produksi".
"Siap-siap yaa"
Sungguh untuk saat ini, ketika saya menuliskan tim produksi, jangan membayangkan sebuah tim dengan belasan apalagi puluhan karyawan.. melainkan hanya kami bertiga yakni saya, gendhuk dan si ragil. Di masa pandemi, sekolah libur lebih panjang, sehingga saya lebih leluasa untuk mengajak mereka membantu saya mengerjakan pesanan onde-onde atau pukis. "Hikmah pandemi" demikian yang ada di pikiran saya. Anak-anak belajar banyak hal sekaligus. Mulai dari hal teknis seperti membeli bahan, produksi, mengemas, proses pengiriman, hingga belajar mengasah empati, mencari solusi, bekerja dalam tim dan kemampuan untuk saling mensupport meski dalam lingkungan kecil, keluarga.
Dulu sekali saat mereka duduk di bangku sekolah dasar belajar memang sudah pernah juga berjualan. Saya ingat sekali di malam takbiran Genduk berinisiatif mengambil beberapa stok senter kecil yang ada di rumah lalu menjualnya pada teman sebaya yang ikut takbiran. Ragil juga sudah pernah mencoba berjualan mobil mainan. Sesudah itu, jika ditanya mereka masih tetap menyatakan tidak terlalu suka berjualan namun bersedia terlibat dalam proses berjualan ketika dibutuhkan, sampai sekarang. Bagi saya, apa pun keputusan mereka tetap saya hargai. Tidak pernah saya memaksa harus memasang status berjualan di medsos dan sebagainya. Karena saya ingin mereka memutuskan sendiri dan menikmati apa yang dilakukan
Alhamdulillah satu per satu pelajaran kehidupan buat anak-anak Allah suguhkan dengan indah tanpa perlu saya berpanjang lebar bicara.
Sekarang, belajar dari lamanya proses membuat onde-onde,
tak gampang lagi berucap sesuatu mahal atau murah hanya dengan membaca label harga...
"Ibu jual segini gak kemurahan?" beberapa kali komentar demikian terucap.
"Tuh bener kan, kalau kita beli dagangan orang lain kita suka bilang mahal. Bisa aja lho orang lain juga bilang onde-onde kita mahal.."jawab saya.
"Iya juga sih.."
Lain waktu jargon-jargon lucu pun terlontar...
Sambil menggoreng onde-onde Genduk bilang,
"Dari onde-onde kami belajar sabar.."
Hahahahaha benar juga sih.. apalagi mengingat cukup "
tricky"nya menggoreng onde-onde. Api awal tak boleh terlalu besar, minyak hangat, tidak boleh diangkat terlalu cepat karena akan penyok, dan lain sebagainya.
Juga saat kami membuat snack onde-onde ketawa
"Tak ada tawa dibalik onde-onde ketawa"
karena ternyata dalam proses membuatnya tidak ada ketawa sama sekali saking ingin cepat selesai 🙈
Di waktu sepi tidak ada pesanan..
"Duh gabut nih biasa kerja keras" (tsaaahhh gaya 😂)
Di waktu padat pesanan..
"Masih banyak ya.. capek.."
yang lain menimpali "Gak boleh gitu..Alhamdulillah ada pesenan.. bersyukur dapet duit" (ups 😁)
Maa syaa Allah..
Begini ceritanya emak pun makin semangat, hayookk ngadonin lagi!