Sabtu, Februari 09, 2019

Semangkuk Kenangan di Masakan Ibu


Pernah kangen suatu masakan?

Saya pernah
Terutama Masakan Ibu

Sama seperti sebagian besar anak yang memiliki rasa kangen akan masakan Ibu.  Jika ditanya kesan pada masakan Ibu, jawabannya hanya satu kata ENAK 👍👍
Walaupun kadang keasinan, kemanisan, atau malah tanpa rasa.
Memasaknya pun tak secepat chef di televisi yang acapkali "triiiing!" tahu-tahu masakan sudah matang dan siap disantap.
Dan hasil masakannya lebih sering polos tersaji karena memang hanya memindahkan dari wajan ke piring.
Tetap saja ENAK

Saya ingat sekali sewaktu Bapak masih ada, Ibu sering membuat cemilan.  Macam-macam yang dibuat seperti gorengan, bolu, singkong rebus, dan lain-lain. Cemilan ini menjadi teman ngeteh sore dan suguhan bagi teman-teman Bapak yang seringkali datang ke rumah selepas isya.
Demikian juga saat kami hendak bepergian, Ibu selalu menyempatkan diri membuat bekal.
Setelah Bapak tiada, kue-kue pun menjadi salah satu andalan Ibu untuk menambah penghasilan keluarga.
Dan kami anak-anaknya, adalah fans setia kue buatan Ibu.
Selalu ingin menjadi pencicip terbanyak dan terbesar!

Pernah suatu ketika Ibu mendapat pesanan arem-arem isi daging untuk arisan. Sebelum ashar sudah harus siap diantar.  Biasanya Ibu selalu melebihkan pesanan untuk kami santap sekeluarga. Selepas sarapan, ibu mulai mencuci beras dan mengaroni nasi. Saya duduk di sebelah Ibu dan membantu mengaduk aronan. Sementara Ibu melanjutkan pekerjaan lain, membuat isian. Setelah aronan matang dan tidak begitu panas, Ibu mulai mengambil secentong, memberi isian, dan membungkusnya sampai daging isian habis.  Ternyata ada aronan bersisa. "Sisanya dibagi dua atau dijadiin satu bungkus aja ya Da?" tanya Ibu. "Jadiin satu aja Bu, biar nanti begitu Mas (kakak saya yang kedua) ambil yang paling besar ketipuuuu.." jawab saya sambil nyengir jahil membayangkan kakak saya mengambil arem-arem tanpa isi.
Benar saja sepulang dari mengantar pesanan, Ibu mendapati arem-arem terbesar itu sudah tak ada.
"Kamu makan arem-arem yang besar ya?" tanya Ibu ke Kakak.
"Iya" jawab Kakak saya. "Kok Ibu bikin arem-arem gak pake isi sih.. biasanya kan ada"
Hahahahahhaha saya dan Ibu tergelak 😂😂😂
"Makanyaaaa jangan asal ambiiiil"😝

Selalu memasak dengan segenap cinta..

Saya pikir inilah rahasia utama yang membuat masakan Ibu selalu enak, menambahkan bumbu cinta! Ibu, selalu berusaha memasak versi terbaiknya untuk keluarga. Dan segala sesuatu yang dibuat dengan rasa akan sampai dengan rasa yang sama.  Persis! demikianlah masakan Ibu, sampai ke kami pun dengan rasa cinta. Sehingga meski hanya sebuah masakan sederhana tapi selalu ngangenin.  Percayalah, melebihi bumbu penyedap rasa apapun.
Rasa yang terus menetap dalam ingatan hingga belasan tahun Ibu tiada..

Menghidupkan kenangan...

Entah berapa kali saya menceritakan pintarnya Ibu memasak, betapa lezatnya masakan yang dibuat oleh Ibu saya, kepada anak-anak sampai beberapa kali juga anak-anak bilang "Kan waktu itu ibu udah cerita..." saking melekatnya di hati dan ingin saya bagikan rasanya(meski sekali lagi lezatnya pun subyektif ala saya).
Berapa kali juga saat memasak tiba-tiba teringat saat ibu memasak makanan yang sama dan seketika mata pun berair rindu..

Sejujurnya saya bukan perempuan yang bisa masak sedari gadis. Ibu hanya meminta saya fokus belajar. Tak menuntut membantu di dapur dan tak mengenalkan dunia memasak. Sampai awal menikah saya masih sulit membedakan lengkuas dan jahe, ketumbar dan merica, dan beberapa bumbu dapur lainnya. Bolak balik saya telpon Ibu (karena sepekan setelah menikah saya langsung mengontrak) untuk menanyakan cara memasak sayur asem, sayur sop, sayur lodeh.. masakan rumahan biasa tapi buat saya yang amat jarang ke dapur butuh usaha ekstra untuk memasaknya.

Kenangan akan Ibu mendorong saya pun ingin melakukan hal yang sama untuk keluarga..
Saya ingin bisa masak sebaik Ibu
dengan bumbu yang sama..

Alhamdulillah anak-anak saya lebih suka menghabiskan masakan yang saya masak dibanding masakan matang yang dibeli.
Sebungkus sayur sop yang saya beli pagi hari di tukang nasi uduk bisa utuh hingga malam.
"Aku gak suka, rasanya gak seger kayak buatan Ibu" komentar Gendhuk saat ditanya mengapa sayur sopnya tidak dimakan.
Aih bungah.. ada haru yang menjalar mendengar ia suka masakan ibunya.
Anak-anak juga rela menunggu masakan hingga matang.
"Masih mau difoto dulu gak nih Bu?" saking seringnya saya meminta tidak langsung dimakan karena ingin memfotonya lebih dahulu (duh..🙈)

Kenangan selalu mampu mengingatkan alasan untuk kembali ke dapur..

Ada masa-masa di mana saya jenuh ke dapur.
Terutama dengan rutinitas memasak yang seperti sedang ikut lomba masak alias terburu-buru.
Ditambah malas bertemu setumpuk cucian perabot dapur sesudahnya.
Namun kemudian muncul saja cara diri untuk mengembalikan gairah memasak.

Terimakasih Ibu, untuk semangkuk hangat kenangan masakan ..

"Setiap makanan memiliki kenangan..
Begitu spesial, bahkan tak sama untuk makanan yang sama"








0 Comments:

Posting Komentar

Haiii.. tanpa mengurangi keakraban, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan yaa.. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi