Selasa, Januari 28, 2020

Berburu Potluck di Hutan Ilmu

Perburuan potluck masih berlanjut!
Kalau pekan lalu potluck di hutan ilmu bebas bisa berupa tulisan, video, dan lain-lain,  kali ini potluck berupa audio-video.
Tantangan banget karena musti bawa potluck dalam bentuk yang sama
Duh sebenernya gak pede bikin yang pake ngomong-ngomong gituh..secara mamak kan pemalu.. (eitt yang udah kenal dilarang protes yaakkkk)
Tapi selalu ada kali pertama untuk segala sesuatu..
Bismillah..
Melipir ke dapur, "masak" buat potluck

Bentar.. si ulat Fa berubah lagi dulu jadi orang "Triiiing!"
(Pegel juga jadi ulat.. 😅)

Sudah merencanakan sedari dulu pengen banget bikin semacam tutorial atau tips smartphone photography.  Berharap meski masih sedikit ilmu yang saya miliki bisa bermanfaat buat teman-teman yang lain. Awalnya saya mau membuat video tutorial food photography. Alhamdulillah pernah bikin juga slide buat pelatihan dasar smartphone photography di kelas minat Dapur Emak IP Depok, jadi kan bikin tugasnya gak pake lama tuh karena sudah ada. Tetapi, dasar emak-emak, tetiba datang ide lain, hmm.. sepertinya akan bermanfaat juga kalau saya membahas tentang "Tips Perlengkapan Foto" alias pernak-pernik foto.
Biasanya para fotografer foto produk atau makanan mengoleksi banyak pernah-pernik yang kalau ditotal secara rupiah lumayan juga lho harganya.
Pernak-pernik ini dibutuhkan untuk mempercantik tampilan foto.
Tetapi saya sendiri lebih senang kalau bisa memanfaatkan benda-benda sekitar sebagai asesoris foto. Entah barang-barang yang ada di dapur, buku tulis, dan sebagainya. Selain jadi semakin terasa foto tersebut ala saya, tentu saja bisa mengurangi pengeluaran belanja properti foto. 

Akhirnya setelah beberapa kali mengulang (duh ketauan deh amatirnya) jadilah video tips ini. 
Karena belum punya akun di youtube, sementara saya simpan di google drive dulu.
Klik link yang ada di bawah gambar yaaa

Video Selengkapnya di http://bit.ly/TipsPerlengkapanFoto

Alhamdulillah potluck ilmu yang saya bawa ada yang tertarik menyimak juga 😍
Dan saya juga mengicipi potluck dari teman-teman lain.. nyam..nyam.. enaaakkkk!!

Selasa, Januari 21, 2020

Yippiee Menjadi "Ulat" !


Bukan ulat beneran laaaahh..
Ini ulat lutju yang doyan ngemil ..qiqiiqiq
Setelah sebulan kemarin menjadi telur, si telur pun menetas dengan bahagia 😍
Ulat "Fa" namanya.
Curcol dikit ah..di tahap telur itu sungguh warbiyassahhhh
Sepintas seperti cuma mengisi bulatan-bulatan
Tetapi ternyata bolak balik merevisi apa sih keterampilan yang diinginkan?
Yang "gue banget" dan yang sesuai dengan tujuan.
Makanya jangan heran yaaa kalo baca postingannya dalam waktu dua hari bisa berubah..hahahhaha
Bukan labil, tapi sedang berusaha ikhtiar yang terbaik 😁
Revisi di kelas Bunda Cekatan (BunCek) memang diperbolehkan.
Meski begitu tetap harus hati-hati, ada konsekuensinya juga lho..kebanyakan revisi bisa bikin jalan di tempat!

Sekarang setelah menetas, yippieeee saatnya mencari makaaaan
Sang Ulat membuat janji dengan teman-temannya di kebun ilmu.
Dengan menjinjing bekal makanan terenak yang telah disiapkannya sendiri, ia pun menjumpai teman-temannya.

         
Ternyataaa mereka pun membawa bekal yang enak-enak juga.. ada sekitar dua ribuan!
Duh jadi pengen...
Tetiba Fa pun teringat, "petaa..mana petaaa.."
Fa butuh peta untuk membantu mengingatkannya hanya menyantap makanan yang ia butuhkan saja. Fa ingat, terlalu banyak makan tak baik.  Apalagi jika makanan tersebut sebenarnya juga tak terlalu dibutuhkan.
Akhirnya Fa mengambil beberapa cemilan dan mengunyahnya pelan-pelan

                 
Lalu ia mencicipi cemilan lainnya





Sssttt.. ada juga cemilan yang ia simpan!

             

Alhamdulillah..

Dari potluck ilmu bersama ulat lain akhirnya Fa bisa menambah daftar ilmu yang ia ingin kuasai










Selasa, Januari 14, 2020

Peta Belajar Pawon Jelita


Ini diaaa nama pilot project saya dalam kelas Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional : Pawon  Jelita. Langsung bisa nebak pasti ya.. project saya berhubungan sama dapur atau dalam bahasa Jawa disebut pawon. Kalau jelita? aaahh pasti udah bisa nebak juga kaan.. gak usah dijabarin deh yaa .. hahahaha.
Sekarang saatnya membuat peta belajar (mind map).
Pernah membuat peta belajar?
Kalau belum, coba deh bikin.
Asyik lho membantu kita memandang masalah atau kebutuhan secara lebih utuh dan fokus.
Untuk anak-anak, membuat peta belajar juga membantu mereka menguasai suatu topik pelajaran dengan lebih mudah. Misalnya dalam pelajaran sejarah, mereka akan lebih mudah menemukan keterkaitan suatu peristiwa terhadap peristiwa lainnya dibandingkan dengan hanya menghapal.

Dalam setiap topik kehidupan yang kita ingin kuasai, kita juga bisa membuat peta belajar dari masing-masing topik belajar tersebut.  Sama seperti pelajaran sekolah tadi. Contohnya jika kita ingin menguasai ilmu agama maka kita bisa menjadikannya pusat utama dari peta "Belajar Ilmu Agama" kemudian membuat beberapa cabang sub topik.
Demikian juga dengan Pawon Jelita. Saya membuat peta belajar tersendiri dengan menempatkan tulisan Pawon Jelita sebagai pusat peta.
Terbayang yaa.. kita (sebagai tokoh utama peta) memiliki beberapa topik hal yang ingin kita kuasai, kemudian masing-masing bisa diperdalam dan bercabang lagi dalam beberapa sub topik, begitu seterusnya.  

Sepintas jadi mirip seperti Dora ..qiqiqi.. tiap mau mencari sesuatu buka peta dulu. 
Eh daripada tersasar di belantara hutan ilmu..
Malah seperti jalan di tempat, asyik mempelajari ilmu lain yang bukan prioritas.

Oke, balik ke Pawon Jelita :

Sebuah peta belajar dibuat untuk memenuhi tujuan yang diinginkan.  Untuk memudahkan saya mengingat maka dalam peta belajar ini saya tuliskan kembali apa tujuan yang saya inginkan dalam peta belajar Pawon Jelita, yakni

  • Mahir memasak makanan yang halal, thoyib dan enak.  Memasak menjadi keterampilan yang umum dimiliki oleh setiap ibu rumah tangga. Tetapi memasak makanan yang bebas penyedap rasa? hohoho belum semua ibu melakukannya.  Apalagi untuk makanan yang dijual di warung makan, sebagian besar dimasak dengan menambah penyedap rasa.  Alhamdulillah saya terbiasa masak tanpa penyedap rasa. Cukup membuat perbandingan yang tepat antara gula dan garam saja.  Namun ternyata mengkonsumsi gula pasir apalagi dalam jumlah banyak tidak bagus untuk kesehatan. Oleh karena itu menjadi tantangan untuk saya memasak dengan cara yang lebih baik lagi.   
  • Mahir membuat cemilan yang ekonomis dan lezat.  Pada tujuan umum saya menuliskan di setiap kegiatan bertambahlah kebermanfaatan yang bisa saya lakukan.  Saya berharap lewat keterampilan memasak, tidak hanya orangorang terdekat saja yang merasakan manfaatnya tetapi juga orang lain terutama bagi ibu-ibu dhuafa yang ingin menambah penghasilan. Maka saya memulai dengan menambah kemahiran membuat cemilan yang ekonomis, dari bahan yang bisa terjangkau harganya, namun tetap lezat rasanya sehingga peluang laris dibeli semakin besar.  
  • Mahir mendokumentasikan.  Selama ini seringkali tips memasak dan membuat kue yang saya dapatkan sendiri melalui beberapa uji coba resep hanya saya ingat-ingat saja, tidak tercatat rapi. Kalau pun ada catatan biasanya tersebar di beberapa kertas kecil.  Foto hasil masakan pun tidak selalu ada.  Saya merasa ini harus saya ubah agar kelak orang lain pun dapat belajar dari pengalaman saya dengan lebih mudah dan runut.

Ada empat sub topik dalam peta ini,

🎂  Cemilan Ekonomis dan Lezat

Saya paling senang menemukan atau membuat resep cemilan yang ekonomis. Iyalaaah hemat di kantong dan kenyang di perut 😂.  Apalagi kalau ternyata banyak yang suka dan cepat habis..waah tambah senang lagi.  Bagi pelaku usaha kuliner resep yang seperti ini pun banyak dicari.  Sayangnya agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi dan tampilan kue tetap menarik, beberapa produsen kue menambahkan bahan-bahan pengembang, pelembut, atau pewarna yang tidak bagus bagi kesehatan.
Kakak saya pernah mengalami sendiri, membeli roti di sebuah toko pinggir jalan selang beberapa jam kemudian diare cukup parah,  Ketika saya tanya apakah roti yang dibeli sudah kadaluarsa? jawabnya tidak.  Kakak saya bercerita sengaja memilih roti isi kacang hijau untuk menghindari selai buatan (banyak kasus ditemukan selai sengaja dibuat dari buah-buahan yang nyaris busuk untuk menekan biaya produksi).  Kalau sudah begini membahayakan orang lain dan bisa dituntut.  Gak jadi untung besar deh..

Karena itu pula banyak ibu rumah tangga yang lebih suka membuat cemilan sendiri.  Kualitas bahan lebih bisa terjaga.  Resep cemilan, dengan bantuan media sosial, sekarang semakin mudah dijumpai.  Hanya saja tidak semua resep menyertakan tips atau memberitahukan variasi lain yang bisa dibuat berdasarkan resep yang sama.
Ini yang menjadi alasan saya untuk membuat cabang pertama dalam topik cemilan, yakni mempelajari resep dasar.

Saat anak-anak masih kecil alhamdulillah saya berkesempatan mengikuti kursus di Bogasari Baking Center. Kursus yang sangat berkesan bagi saya karena disitulah saya belajar mengenal lebih dalam bahan-bahan kue. Saya diajarkan juga bagaimana cara menentukan takaran bahan sebuah resep agar kue yang diinginkan dapat mengembang dengan sempurna dan sudah pasti enak karena komposisi yang tepat.  Di akhir kelas ada ujian praktek dan teori juga lho..
Saya pikir kue jenis lain pun memiliki patokan takaran tersendiri.  Ini yang harus saya pelajari lagi di cabang kedua.

Semakin sering menguji coba sebuah resep maka kita akan semakin mahir (learning by doing).
Faktor-faktor yang turut menentukan keberhasilan uji coba ini pun semakin bisa dikenali dan diatasi.
Misalnya dalam pembuatan roti ternyata suhu ruangan cukup berpengaruh sehingga bisa saja resep yang sama memberikan hasil yang berbeda.
Mengikuti grup-grup masak, berdiskusi, amat membantu memberikan solusi permasalahan yang dihadapi saat membuat kue.


🍳  Masakan halal, sehat, dan thoyib

📸  Foto Makanan

f✍  Jurnal Belajar

Rabu, Januari 08, 2020

Suka Baca Buku


Mbah Putri sakit.  Di sisa libur sekolah yang tinggal sepekan akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang kampung menemui beliau. Segala persiapan mudik pun segera dilakukan. Termasuk menyiapkan bekal buku bacaan untuk mengisi waktu selama di perjalanan dan di rumah Mbah.
Buku memang selalu menjadi teman kami bepergian. Rasanya ada yang kurang jika tak membawa buku. Buku, selalu bisa mengalihkan diri dari kebosanan. Buku, gak cuma bikin semakin tahu tapi juga bisa menjadi topik obrolan yang menarik bagi kami selama di perjalanan.

Bagi saya pribadi, melihat anak-anak hingga di usia remaja seperti ini masih memiliki antusiasme terhadap buku adalah hal yang amat saya syukuri. Melihat mereka tumbuh bersama buku, memuaskan rasa ingin tahu dengan melahap setiap kata, mengucapkan keras-keras kalimat yang menurutnya menarik dari dalam buku, atau bahkan tertawa geli tanpa saya tahu bagian kalimat mana yang membuatnya demikian, sering membuat senyum saya semakin lebar. Buku pilihan mereka beragam sesuai dengan bidang yang mereka sukai. Si Mbarep biasanya memilih buku yang berhubungan dengan sejarah atau buku biografi tokoh, Gendhuk menyukai buku yang berkaitan dengan pengembangan diri, sementara si Ragil lebih memilih buku keterampilan seperti membuat game, menggambar dan lain-lain.  Sesekali novel pun menjadi pilihan. Namun seiring bertambahnya rasa ingin tahu akan hal lain di luar imajinasi, kini novel yang dibaca pun semakin selektif. Meski saya tak pernah melarang secara jelas, anak-anak tak memasukkan novel percintaan ke dalam daftar buku yang dibeli. "Bosen, paling nanti akhirnya gitu lagi gitu lagi,, mirip semua" kata Gendhuk.  Entah ini terbawa karena mereka melihat saya jarang membeli novel atau merasakan sama seperti yang saya rasakan. Saya memang sedang kurang suka membaca buku yang terlalu mengaduk-aduk hati.  Mengaduk adonan donat sudah cukup menyita energi, gak usah ditambahlah..qiqiqiqiqi

Sampai di titik suka buku bagi anak-anak tak terjadi dalam hitungan bulan. Apalagi menjadikan buku sebagai salah satu kebutuhan.  Eh bukan buku pelajaran yaa.. kalau yang ini butuh karena disuruh guru di sekolah.  Dan membahas tentang buku tentu berkaitan dengan membaca.  Saya ingin anak-anak membaca karena memang suka.  Kesukaan membaca akan membuat mereka tak berhenti pada satu kebutuhan pengetahuan yang telah terpenuhi.

Saya ingat sekali kala pertama mengajarkan anak-anak membaca, dimulai dari si Mbarep berusia 3 tahun.  Alhamdulillah dengan kecerdasan kognitifnya yang baik, mudah baginya mengikuti pelajaran membaca yang saya berikan. Tak sampai usia 3,5 tahun ia sudah lancar membaca. Kemudian lanjut dengan membaca iqro dan seterusnya. Namun saat menjelang 5 tahun, ia mulai jenuh membaca.  Ia bilang "Aku capek disuruh baca. Kan Aku udah bisa.. emang mau apa lagi abis bisa baca?"
Deg... sedih hati saya karena berarti ia tak menikmati senangnya bisa membaca. Padahal saya berharap dengan cepat membaca ia akan bisa cepat pula melahap buku dengan gembira.  Dari kejadian ini saya tersadarkan akan sesuatu hal, bahwa sesungguhnya yang penting untuk saya tanamkan terlebih dahulu betapa asyiknya berteman dengan buku. Berimajinasi bersamanya dan berbinar setiap mendapatkan satu tetes pengetahuan. Saya ubah cara saya menemani proses belajar membaca pada adik-adiknya sambil mengerjaan PR, menumbuhkan kembali rasa suka akan buku pada si Mbarep.

Kesukaan membaca bisa terjadi karena "ditularkan" oleh orangtua..
Saya setuju. Karena pada umumnya anak-anak seringkali mencontoh apa yang dilakukan orangtua. Saya suka membaca dan saya pun memiliki orangtua yang gemar membaca.  Di rumah kami, Bapak menyiapkan satu ruangan khusus untuk mushola yang sekaligus berfungsi sebagai ruang perpustakaan kecil. Buku-buku dengan rapi disusun dalam sebuah rak kayu. Ada buku tentang M. Natsir, Khutbah Jum'at dan Di Bawah Lindungan Ka'bah karya Buya Hamka dan lain-lain di sana. Beberapa buku masih dalam ejaan lama. Kadang saya lihat Bapak membaca buku sambil sesekali menulis di kertas.
Ibu juga berperan banyak dalam menumbuhkan kesukaan saya akan buku. Menjelang tidur, Ibu sering membacakan saya sebuah cerita dari majalah Bobo.  Imajinasi cerita  terbawa sampai alam mimpi..
Keakraban saya dengan buku tak hanya membawa saya suka buku tetapi dari buku saya pun bisa menambah uang saku.  Di usia Sekolah Dasar, kami membuka penyewaan buku komik dan novel. Ada buku-buku misteri, koo ping ho, Jaka Sembung, sampai Wiro Sableng. Alhamdulillah hasil sewanya lumayanlah..
Paling senang di bulan puasa, yang menyewa buku semakin banyak. Mungkin supaya gak terlalu terasa laparnya ya..hehehe


Sekarang ...

"Temen-temenku pada gak suka baca buku.. di rumahnya juga aku gak liat ada buku"
(sementara di rumah hanya di kamar mandi yang gak ada buku..wkwkwk)

"Aku gabut di sekolah.. untung bawa buku.. 200 halaman selesai hari ini"
(alhamdulillah jam kosong di sekolah jadi lebih bermanfaat ya Nak)

"Aku mau beli buku biografi aja.. penting ini biar tahu pemikirannya"
(sip!)

"Yaahh  gak ada buku yang pengen kubeli"
(gapapa.. kan gak musti beli tiap ke toko buku..)

"Hahahhahaha...hahahhahaha..."
(buku itu ajaib! bisa membuatmu tertawa geli hanya dengan membayangkan)

"Aku mau baca dulu "
(bahagia itu sederhana, baca buku tanpa gangguan 😁)







Selasa, Januari 07, 2020

Belajar Ala Saya

Gambarnya kok lagi ngetik malam hari ya?
Hehehe ini persis banget sama yang sedang dan sering saya lakukan..
Jam segini gentayangan! 👻
Setelah tidur pulas, bangun menjelang dini hari menjadi waktu yang asyik buat membaca, menulis,  atau sekedar merencanakan apa yang ingin dilakukan esok hari ,, seperti.. "hmm nyoba resep apa ya besok?" 
Meski kadang hanya sebentar karena harus melakukan kegiatan lain atau kembali tidur 😅

Tulisan kali ini tentang si telur oren dan menemukan cara belajar yang "gue banget" alias cara belajar yang menurut saya paling cocok dan paling nyaman untuk saya jalani.
Bisa jadi ada beberapa cara yang saya ambil sama dengan orang lain tetapi bisa juga sebaliknya.
Untuk mengingatkan kembali, sebelumnya saya sudah menuliskan ada 3 keterampilan yang ingin saya kuasai yakni memasak, membuat kue, dan belajar. 

Saya akan uraikan mulai dari tujuan hingga cara saya belajar untuk menguatkan proses menguasai ketiga keterampilan ini.




📌 Tujuan Belajar 

Beda deh rasanya melakukan sesuatu yang memiliki tujuan dengan yang tak memiliki tujuan.. 
Bahkan yang sama-sama memiliki tujuan pun akan berbeda lagi semangat melakukannya, tergantung pada kekuatan tujuan tersebut..
Setuju?
Menemukan tujuan yang kuat akan membuat kita dengan senang hati belajar dan berusaha pun dengan sekuat mungkin agar yang dilakukan mendapatkan hasil seperti yang diinginkan. 
Persis seperti quote di bawah ini 

“He who has a why to live for can bear almost any how.”― Friedrich Nietzsche
Secara umum dengan semakin menguasai keterampilan saya ingin :
  1. Bertambah bahagia. Adakah orang yang ingin hidupnya tak bahagia? Pasti jawabannya tidak.  Walaupun bentuk bahagia yang diinginkan tak sama, semua ingin bahagia. Bertambah bahagia? Wah apalagi ini ya.. semua orang menginginkannya.  Memiliki ilmu dan kebaikan yang bertambah banyak adalah hal yang membuat saya semakin bahagia. Belajar sesuatu yang belum dan sangat ingin saya bisa kuasai selalu mampu membuat saya berbinar-binar. Dan ketika akhirnya saya bisa, jangan tanya betapa bersyukur dan bahagianya hati saya. Saat ilmu tersebut bisa saya bagikan lagi kepada orang lain dan ia pun merasa senang, saya ikut senang .  Benar sekali kalimat yang menyatakan "Berbagi itu Indah". Hal itulah yang saya rasakan setiap mendapatkan pesan singkat lengkap dengan ikon love dan peluk "Aku udah cobain bikin resep yang mak Far sharing waktu itu.. anak-anak doyan banget lho,makasih ya Maak.." hati saya pun ikut penuh lope-lope 💞.  
  2. Menambah kebermanfaatan.  Saya teringat ucapan seorang ustadz di sebuah kajian "Muslim itu hidupnya haruslah membawa manfaat di muka bumi, bukan membawa kerusakan. Untuk inilah antara lain Allah ciptakan kita.." Maa syaa Allah.. meski kalimat "menjadi orang yang bermanfaat" sering saya dengar, kalimat ustadz "jlebb" sampai ke hati, mengingatkan kembali bahwa bermanfaat itu gak cuma bikin kita bahagia tetapi memang sudah menjadi amanah kehidupan.
  3. Menambah penghasilan. Jika ada yang mengatakan "Sebagian orang beripendapat, berusaha karena ingin menambah penghasilan. sebagian orang lagi berpendapat memiliki penghasilan dulu (mengumpulkan modal) agar bisa berusaha.  Sebagian orang yang lain lagi berpikir untuk berusaha sajalah, penghasilan akan mengikuti" kamu termasuk yang mana? 😁 Untuk saat ini saya sendiri termasuk yang ketiga,karena saya merasa ranah domestik, membersamai anak-anak, masih menjadi prioritas utama. 
Berkaitan dengan tujuan besar tersebut saya membuat sebuah project khusus (nama project ini saya tuliskan di postingan berikut yaa)  dengan tujuan

  • Mahir Memasak Makanan Sehat dan Enak. 
  • Mahir membuat resep cemilan ekonomis nan lezat sehingga bila dijual terjangkau namun rasanya tak mengecewakan.
  • Mahir membuat dokumetasi


📌 Ilmu yang Diperlukan

Biar keterampilan tersebut makin oke, pastinya butuh ilmu yang mendukung dong..
Di sini saya sudah menuliskan dalam telur-telur oren, apa saja yang ingin saya pelajari.




📌📙 Ilmu Membuat Resep Dasar Masakan dan Kue

Saya berpikir dalam berbagai ilmu yang dipelajari ada pola sama yang perlu dipahami terlebih dahulu yakni mempelajari pengetahuan dasar dari ilmu tersebut.  Jika kita sudah menguasai maka berikutnya akan lebih mudah mengembangkan dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Tinggal memodifikasi dan mengarahkan saja sesuai kebutuhan.
Seperti saat kita belajar matematika maka ilmu dasar yang perlu kita kuasai adalah memahami tentang penambahan dan pengurangan. Pelajaran berikutnya adalah pengembangan dari dua hal tersebut.
Ini juga mengapa saya senang sekali membaca buku mulai dari kata pengantar 😊 karena saya ingin mengetahui dasar pemikiran penulis dalam menuliskan buku tersebut sehingga akan memudahkan saya juga dalam memahami apa yang akan saya baca.

Demikian juga resep masakan/kue.  Saat ini jika kita ingin membuat suatu masakan mudah sekali mendapatkan resep untuk diuji coba (recook). Resep bertebaran dimana-mana.  Kita bisa membaca resep lewat buku, mencari lewat google, atau sosial media.  Banyak chef dan ibu rumah tangga yang dengan senang hati membagikan resep masakan andalan mereka.
Namun sayangnya ketika kita praktekkan ternyata gagal 😔
Penampakan makanan beda banget sama foto makanan yang dibagikan.
Rasa apalagi.. haduuhh gak jelas..
Kenapa ya?
Apakah yang membagikan resep menipu kita?
Atau ada kesalahan dalam penulisan resep?
Eits jangan berprasangka buruk dulu ah..
Karena ternyata ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan hasil berbeda.
Misalnya faktor alat ukur.  Pada resep yang menuliskan garam 1/4 sendok teh.. yakin kalo ukuran sendok tehnya sama? hehehe
Saya perhatikan juga beberapa orang membagikan resep dengan bahan ekonomis. Misalnya resep donat tanpa telur atau donat tanpa gula. Tetapi hasilnya tetap memuaskan.
Penasaran deh kok bisa ya?
Berarti ada rumus resep tertentu sehingga pengurangan salah satu bahan tidak membawa pengaruh yang berujung pada kegagalan
Makin yakin ada yang perlu kita pelajari 🔍😎


📌📙 Foto Makanan

Hayyooo siapa yang abis foto suka difoto dulu makanannya baru dimakan?
Toooosss ah.. sama!
Hahahahha anak-anak sampai hapal.  Malah setiap saya memasak yang bukan menu keseharian pasti bertanya dulu "Mau difoto gak Bu?"  
Menguasai ilmu foto makanan (atau yang lebih dikenal dengan Food Photography ) menurut saya penting dan perlu saya kuasai lebih dalam lagi karena berbagi resep masakan akan semakin mudah dipahami jika disertai foto dalam tutorialnya.  Resep makanan akan menarik pula untuk "dilirik" jika disertai dengan foto makanan yang dibuat.
Dengan semakin banyak yang melihat resep yang dibagikan tentu kebermanfaatannya akan semakin luas.
Ilmu lain yang perlu juga dipelajari karena berkaitan erat dengan food photography adalah ilmu menata makanan dalam sebuah wadah (food styling).
Tetapi untuk beberapa waktu kedepan saya akan fokus dulu di foto makanan.


📌📙 Efektivitas Waktu

Duh butuh banget nih terampil memanajemen waktu dengan baik. Benar-benar masih PR urusan pembagian dan disiplin soal waktu. 
Saya masih sering menunda suatu pekerjaan atau malah berlarut-larut dalam kegiatan lainnya.
Pekerjaan yang ditunda jelas yang berada di kuadran tidak suka, baik bisa maupun tidak bisa.
Sementara pekerjaan yang membuat saya berlarut-larut mengerjakannya terutama pekerjaan yang saya bisa dan suka.
Rasa penasaran dan ingin berhasil acapkali menyebabkan saya seringkali lupa waktu.
Pernah sampai mengurangi jatah waktu tidur.
Ujung-ujungnya membuat kebahagiaan saya berkurang juga, kepala jadi pusing..
Manajamen waktu pribadi yang berantakan tidak hanya mempengaruhi diri saya sendiri tetapi juga orang-orang di sekitar.

Dalam diskusi kelas Bunda Cekatan IP Depok, tehnik Pomodoro (salah satu tehnik manajemen waktu) menjadi bahasan yang cukup seru. Tehnik ini memiliki keunikan karena kita diajak untuk bekerja sesuai waktu.  Caranya adalah menggunakan sebuah timer (penemu tehnik ini sendiri  menggunakan timer berbentuk tomat yang dalam bahasa Italia disebut Pomodoro) yang diatur dalam jangka waktu tertentu. Di tehnik Podomoro dalam satu interval yang digunakan adalah 25 menit untuk pengerjaan dan 5 menit untuk beristirahat. Begitu seterusnya hingga 4 interval hal yang harus dikerjakan hari itu terpenuhi.  Dari beberapa artikel yang saya baca, penetapan waktu bisa bekerja dan beristirahat bisa berbeda setiap orang. Saya pikir saya pun perlu mencari pola interval yang lebih tepat untuk keterampilan yang saya ingin kuasai. Karena bisa saja waktu bekerjanya lebih dari 25 menit.  Contoh jika saya melakukan proofing adonan roti waktu yang dibutuhkan bisa mencapai 40 menit. Sementara pengerjaan lainnya mungkin lebih singkat dari 25 menit.  

Berkaitan dengan penerapan manajemen waktu penting untuk membuat to do list (hal yang harus dikerjakan).  Dalam menetapkan urutan to do list saya berencana menggunakan tehnik Eat That Frog  dimana setelah membuat to do list  kita memilah kembali mana yang paling menjadi tantangan untuk dikerjakan lalu dahulukan pekerjaan tersebut baru mengerjakan pekerjaan lainnya.  Seperti yang diungkapkan oleh penulis buku Eat That Frog, Brian Tracy

“The hardest part of any important task is getting started on it in the first place. Once you actually begin work on a valuable task, you seem to be naturally motivated to continue.”

Sebagai pendukung, saya juga menggunakan aplikasi My Effectiviness sebagai media pencatatan.
Aplikasi ini cukup lengkap dan catatan yang diperlukan tidak hanya tentang to do list saja tetapi juga mencatat tujuan (goal) yang kita inginkan sebagai pengingat.
Ada satu lagi aplikasi yang juga ingin saya coba berikutnya , yakni Remember The Milk (lucu juga ikonnya sapi..qiqiiq) yang mirip dengan mya effectiviness hanya saja di sini ada  kolom pencatatan pendelegasian kerja. 


📌📙  Jurnal Perkembangan Belajar

Seneng deh setiap membuka pinterest dan instagram lalu melihat contoh jurnal belajar yang penuh dengan gambar doodle lucu-lucu.  Dududu.. jadi mau ikutan bikin juga.. 
Tetapi bukan jurnal rencana kegiatan atau rutinitas waktu keseharian yang saya maksudkan.
Melainkan sebuah jurnal khusus yang mencatat perkembangan proses belajar.
Dengan adanya jurnal belajar saya berharap keberhasilan maupun evaluasi perbaikan untuk proses belajar selanjutnya tercatat dengan rapi dan memudahkan saya jika sewaktu-waktu perlu melihat kembali.
Sejujurnya pencatatan yang rapi sendiri merupakan kegiatan yang saya bisa namun tidak suka.
Sebuah tantangan istimewa buat saya untuk konsisten dalam mencatat.
Alhamdulillah saya menemukan sebuah template lembar kerja (worksheet) gratisan yang bisa saya gunakan sebagai acuan contoh membuat lembar kerja ala saya sendiri.
Menarik juga karena didalamnya selain terdapat jangka waktu pengerjaan, persiapan, resiko yang mungkin dihadapi, hasil yang diharapkan, dan seterusnya (mengingatkan saya akan lembar praktikum saat sekolah dulu 😄)


📌 Sumber Ilmu

Untuk memenuhi kebutuhan ilmu maka berikut ini adalah sumber ilmu yang akan saya gunakan :
  • Buku bacaan. Jika saya ingin mengetahui suatu topik bahasan biasanya saya mencaru buku yang berkaitan dengan topik tersebut. Terkadang cukup dari satu buku saja atau bisa juga dari beberapa buku.  Buku-buku ini ada yang saya beli sendiri dan ada juga yang meminjam dari teman/perpustakaan.  Dibandingkan buku elektronik, saya lebih menyukai buku fisik biasa. 
  • Artikel dari internet/majalah/surat kabar.  Seperti halnya buku bacaan, artikel pun bisa menjadi sumber pustaka. Tentu saja penjelasan di artikel lebih ringkas dan padat.  
  • Sosial Media. Pinterest, instagram, youtube dan facebook adalah platform sosial media yang didalamnya banyak sekali pengguna yang membagikan tutorial memasak dan membuat kue.  Tak jarang tips-tips praktis pun disertakan sehingga meminimalisasi kegagalan.
  • Artikel dari internet/majalah/surat kabar.  Seperti halnya buku bacaan, artikel pun bisa menjadi sumber pustaka. Tentu saja penjelasan di artikel lebih ringkas dan padat.  
  • Sosial Media. Pinterest, instagram, youtube dan facebook adalah platform sosial media yang didalamnya banyak sekali pengguna yang membagikan tutorial memasak dan membuat kue.  Tak jarang tips-tips praktis pun disertakan sehingga meminimalisasi kegagalan.
  • Kursus, baik online maupun offline.  
  • Diskusi. Nyatanya ilmu tidak hanya bersumber dari apa yang kita baca atau lakukan tetapi juga bisa bersumber dari pengalaman orang lain yang bisa kita dapatkan dari diskusi.  

📌 Cara Belajar

Dulu sekali saya berpikir bahwa cara belajar hanya dengan membaca.  Belakangan setelah saya amati setidaknya ada 5 cara saya belajar :
  • learning by reading, belajar dengan cara banyak membaca buku/artikel
  • learning by doing, belajar dengan cara mempraktekkan ilmu yang saya dapatkan dari bahan bacaan atau dari pendapat orang lain
  • learning by teaching, belajar dengan cara mengajarkan kembali ilmu yang saya dapatkan kepada orang lain
  • learning by discussion, belajar dengan cara berdiskusi. Mungkin karena doyan ngobrol ya.. tetapi memang saya seringkali mendapatkan masukan atau ide dari kegiatan ini  
  • learning by experience, belajar dari pengalaman.  Baik pengalaman orang lain maupun pengalaman saya sendiri