Rabu, Januari 08, 2020

Suka Baca Buku


Mbah Putri sakit.  Di sisa libur sekolah yang tinggal sepekan akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang kampung menemui beliau. Segala persiapan mudik pun segera dilakukan. Termasuk menyiapkan bekal buku bacaan untuk mengisi waktu selama di perjalanan dan di rumah Mbah.
Buku memang selalu menjadi teman kami bepergian. Rasanya ada yang kurang jika tak membawa buku. Buku, selalu bisa mengalihkan diri dari kebosanan. Buku, gak cuma bikin semakin tahu tapi juga bisa menjadi topik obrolan yang menarik bagi kami selama di perjalanan.

Bagi saya pribadi, melihat anak-anak hingga di usia remaja seperti ini masih memiliki antusiasme terhadap buku adalah hal yang amat saya syukuri. Melihat mereka tumbuh bersama buku, memuaskan rasa ingin tahu dengan melahap setiap kata, mengucapkan keras-keras kalimat yang menurutnya menarik dari dalam buku, atau bahkan tertawa geli tanpa saya tahu bagian kalimat mana yang membuatnya demikian, sering membuat senyum saya semakin lebar. Buku pilihan mereka beragam sesuai dengan bidang yang mereka sukai. Si Mbarep biasanya memilih buku yang berhubungan dengan sejarah atau buku biografi tokoh, Gendhuk menyukai buku yang berkaitan dengan pengembangan diri, sementara si Ragil lebih memilih buku keterampilan seperti membuat game, menggambar dan lain-lain.  Sesekali novel pun menjadi pilihan. Namun seiring bertambahnya rasa ingin tahu akan hal lain di luar imajinasi, kini novel yang dibaca pun semakin selektif. Meski saya tak pernah melarang secara jelas, anak-anak tak memasukkan novel percintaan ke dalam daftar buku yang dibeli. "Bosen, paling nanti akhirnya gitu lagi gitu lagi,, mirip semua" kata Gendhuk.  Entah ini terbawa karena mereka melihat saya jarang membeli novel atau merasakan sama seperti yang saya rasakan. Saya memang sedang kurang suka membaca buku yang terlalu mengaduk-aduk hati.  Mengaduk adonan donat sudah cukup menyita energi, gak usah ditambahlah..qiqiqiqiqi

Sampai di titik suka buku bagi anak-anak tak terjadi dalam hitungan bulan. Apalagi menjadikan buku sebagai salah satu kebutuhan.  Eh bukan buku pelajaran yaa.. kalau yang ini butuh karena disuruh guru di sekolah.  Dan membahas tentang buku tentu berkaitan dengan membaca.  Saya ingin anak-anak membaca karena memang suka.  Kesukaan membaca akan membuat mereka tak berhenti pada satu kebutuhan pengetahuan yang telah terpenuhi.

Saya ingat sekali kala pertama mengajarkan anak-anak membaca, dimulai dari si Mbarep berusia 3 tahun.  Alhamdulillah dengan kecerdasan kognitifnya yang baik, mudah baginya mengikuti pelajaran membaca yang saya berikan. Tak sampai usia 3,5 tahun ia sudah lancar membaca. Kemudian lanjut dengan membaca iqro dan seterusnya. Namun saat menjelang 5 tahun, ia mulai jenuh membaca.  Ia bilang "Aku capek disuruh baca. Kan Aku udah bisa.. emang mau apa lagi abis bisa baca?"
Deg... sedih hati saya karena berarti ia tak menikmati senangnya bisa membaca. Padahal saya berharap dengan cepat membaca ia akan bisa cepat pula melahap buku dengan gembira.  Dari kejadian ini saya tersadarkan akan sesuatu hal, bahwa sesungguhnya yang penting untuk saya tanamkan terlebih dahulu betapa asyiknya berteman dengan buku. Berimajinasi bersamanya dan berbinar setiap mendapatkan satu tetes pengetahuan. Saya ubah cara saya menemani proses belajar membaca pada adik-adiknya sambil mengerjaan PR, menumbuhkan kembali rasa suka akan buku pada si Mbarep.

Kesukaan membaca bisa terjadi karena "ditularkan" oleh orangtua..
Saya setuju. Karena pada umumnya anak-anak seringkali mencontoh apa yang dilakukan orangtua. Saya suka membaca dan saya pun memiliki orangtua yang gemar membaca.  Di rumah kami, Bapak menyiapkan satu ruangan khusus untuk mushola yang sekaligus berfungsi sebagai ruang perpustakaan kecil. Buku-buku dengan rapi disusun dalam sebuah rak kayu. Ada buku tentang M. Natsir, Khutbah Jum'at dan Di Bawah Lindungan Ka'bah karya Buya Hamka dan lain-lain di sana. Beberapa buku masih dalam ejaan lama. Kadang saya lihat Bapak membaca buku sambil sesekali menulis di kertas.
Ibu juga berperan banyak dalam menumbuhkan kesukaan saya akan buku. Menjelang tidur, Ibu sering membacakan saya sebuah cerita dari majalah Bobo.  Imajinasi cerita  terbawa sampai alam mimpi..
Keakraban saya dengan buku tak hanya membawa saya suka buku tetapi dari buku saya pun bisa menambah uang saku.  Di usia Sekolah Dasar, kami membuka penyewaan buku komik dan novel. Ada buku-buku misteri, koo ping ho, Jaka Sembung, sampai Wiro Sableng. Alhamdulillah hasil sewanya lumayanlah..
Paling senang di bulan puasa, yang menyewa buku semakin banyak. Mungkin supaya gak terlalu terasa laparnya ya..hehehe


Sekarang ...

"Temen-temenku pada gak suka baca buku.. di rumahnya juga aku gak liat ada buku"
(sementara di rumah hanya di kamar mandi yang gak ada buku..wkwkwk)

"Aku gabut di sekolah.. untung bawa buku.. 200 halaman selesai hari ini"
(alhamdulillah jam kosong di sekolah jadi lebih bermanfaat ya Nak)

"Aku mau beli buku biografi aja.. penting ini biar tahu pemikirannya"
(sip!)

"Yaahh  gak ada buku yang pengen kubeli"
(gapapa.. kan gak musti beli tiap ke toko buku..)

"Hahahhahaha...hahahhahaha..."
(buku itu ajaib! bisa membuatmu tertawa geli hanya dengan membayangkan)

"Aku mau baca dulu "
(bahagia itu sederhana, baca buku tanpa gangguan 😁)







0 Comments:

Posting Komentar

Haiii.. tanpa mengurangi keakraban, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan yaa.. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi