Selasa, Februari 25, 2020

Hadiah Ilmu yang Menyenangkan!

Di jam gentayangan,  notifikasi whatsapp tampak di layar hp..
"Eh siapa ya yang jam segini melek juga?" pikir saya..
Dan ternyata.. oalaa dari mbak Wawak, peserta kelas Bunda Cekatan juga tetapi dari Semarang.
Mbak Wawak mengirim hadiah istimewa, sebuah resep "Pizza Meat and Cheese"
Hwaaa seneeeng.. alhamdulillah
Kok ya bisa pas, saya sedang mengumpulkan resep pizza untuk bahan belajar berikutnya.
Maturnuwun sanget njih mbak .. ๐Ÿ˜

Pagi hari sebelumnya, mbak Fa dari Temanggung mengirimkan saya dua file pdf. Yang satu kumpulan resep Aneka Olahan Tahu dan Tempe sedangkan yang satu lagi kumpulan resep Masakan Oriental.
Sekedar informasi (penting buat diketahui..hahahaha) tahu dan tempe ini lauk yang paling sering saya masak di rumah. Kalau sedang rajin tahu dan tempe menjadi bentuk sate, nugget, patty, fu yung hai, tumisan, dikukus, digoreng.. bermacam-macamlah. Kumpulan resep yang dihadiahkan mbak Fa menambah ide masakan lagi.. berbinar-binar deh emak.. tahu tempe ayem kamiiiing..

Dua hari sebelumnya,  saat bangun tidur sore (seriusan ini ketiduran karena saya jarang banget tidur sore), saya kaget melihat sebuah plastik berisi tepung, minyak, dan gula  tepat berada di sisi tempat tidur.
"Waduh kok tepung di kamar ya? sesuka-sukanya bikin kue gak sampai kamar juga deh.." pikir saya.
"Ayah, ini belanjaan siapa kok ada di kamar?"
Si Mbarep yang menjawab "Tadi ada ibu-ibu dateng nanya ini rumah bu Farida? trus ngasih itu.."
Buru-buru cek handphone.. maa syaa Allah dari mak Dyas. ("Mak" adalah sapaan kami sesama anggota IIP regional Depok)
Tahu banget sih Maak..  lagi butuh banyak tepung buat project pribadi uji resep ๐Ÿ˜
Alhamdulillah..

Dan tiga hari sebelumnya, saya mendapat hadiah link dari mak Hani tentang membuat jurnal resep menggunakan bullet journal. Ada doodle ikon resep gratisannya juga! Bikin gak sabaaar ingin cepat membuat jurnal.
Dari mak Ami, yang ikut dalam kelas Manajemen Belajar, saya mendapatkan link aplikasi untuk membaca ringkasan buku. Gratis Maaak.. membantu emak seperti saya yang suka membaca buku dan harus menentukan buku mana yang paling tepat untuk dikunyah sesuai kebutuhan.

Sebelumnya lagi masih ada resep Onde-onde pelangi dari Mak Ika. sebelumnya lagi..sebelumnya lagi..
Maa syaa Allah..
Saya yakin juga akan ada sesudahnya lagi dan sesudahnya hadiah-hadiah ilmu ini berdatangan.
Hadiah ilmu yang mampu membuat kita tersenyum lebar dan tak sabar ingin membacanya.

Saya jadi teringat sebuah hadits yang mungkin hampir semua anak TK Islam hapal

ุชَู‡َุงุฏَูˆْุง ุชَุญَุงุจُّูˆุง

"Salinglah kali memberi hadiah maka kalian akan saling mencintai" (HR Bukhori)

Persis seperti ini yang kami rasakan saat memberi dan menerma hadiah. Awalnya kami tidak begitu mengenal satu sama lain karena berbeda regional, kemudian secara personal berkenalan, kemudian saling memberi hadiah, dan kami merasakan kedekatan yang lebih.
Hal lain yang juga kami rasakan adalah, kami berlatih mengolah rasa dan mempekakan hati.
Bukan peka terus jadi baper lho..
Tapi dengan memberi hadiah kami mengasah kepekaan terhadap keinginan dan kebutuhan orang lain. Semakin sering memberi, semakin peka.

Dalam keseharian berkeluarga juga tak lepas dari memberi.  Bantuan-bantuan kecil seperti mengambilkan barang, perhatian, pelukan, kado, hidangan yang enak, sampai senyuman kecil pun bisa menjadi sebuah hadiah yang saling mengeratkan satu sama lain. Hadiah, memang tak selalu menyenangkan. Di situlah kita kembali belajar untuk menerima. 

Beidewei saya membaca di salah satu artikel yang menuliskan hadits bahwa Rasulullah SAW selalu membalas pemberian/hadiah orang lain. Rasulullah SAW melakukan demikian pasti karena ada kebaikan besar dibalik sebuah hadiah.  Bahkan Rasulullah pun berpesan untuk kita, para muslimah, tetap memberi hadiah walaupun jumlahnya sedikit (sebatas kemampuan)

ูŠَุง ู†ِุณَุงุกَ ุงู„ْู…ُุณْู„ِู…َุงุชِ ู„ุงَ ุชَุญْู‚ِุฑَู†َّ ุฌَุงุฑَุฉٌ ู„ِุฌَุงุฑَุชِู‡َุง ، ูˆَู„َูˆْ ูِุฑْุณِู†َ ุดَุงุฉٍ

"Wahai para wanita muslimah tetaplah memberi hadiah kepada tetangga, walau hanya kaki kambing yang diberi" (HR Bukhari no 2566 dan Muslim, no 1030)

Jangan diartikan secara harfiah minimal pemberin adalah kaki kambing juga untuk di Indonesia yah.. tentu berbeda lagi. Tetapi intinya adalah sebatas kemampuan minimal yang bisa kita berikan.

Oh iya saya sendiri juga memberikan hadiah untuk teman-teman kesayangan. Ada link youtube olahraga untuk Mak Dyas, ada ebook belajar untuk teman-teman yang masih memiliki anak balita, dan sebuah poster makanan dalam 1 piring untuk teman-teman yang ingin membuat manajemen menu sehat. 

Semoga Allah mampukan untuk selalu bisa memberi dalam kebaikan.. aamiin






Selasa, Februari 18, 2020

Ngobrol Seru di Kebun Apel

Masih kemping di Kebun Apel Bunda Cekatan.
Tukeran potluck ilmu, sudah..
Mencari keluarga favorit dan bertukar ilmu, sudah..
Sekarang waktunya berkeliling, bertemu teman-teman lain trus ngobrol syantik deh..
Hummm .. ngobrol sama siapa ya?
Sebentar, bawa catatan sekalian ah
Pengen tahu juga apa sih keluarga favorit teman-temanku ini..

Tengok sana-sini.. ketuk pintu tenda (alias wapri ๐Ÿ˜€) alhamdulillah ketemu temen-temen yang ternyata seru juga pas diajak ngobrol.. padahal beberapa baru kenal lho..
Eh sebelumnya saya mengenalkan diri juga dari keluarga Ratu Dapur.
Keluarga ini menjadi keluarga favorit karena saya suka sekali berkegiatan di Dapur. Selain ingin menyenangkan keluarga lewat makanan yang saya buat, saya juga ingin menambah kebermanfaatan.  Sebagaimana yang sering saya bagikan di kelas minat Dapur Emak IP Depok, "Dari Dapur Menuju Surga" doakan ya?.. aamiin.

Saya mau tulis di sini ah, teman-teman yang saya ajak ngobrol..


✍ Dyas Purnamasari

Emak satu geng tim Peluit di perangkat Kelas Buncek IP Depok..hehehe. Gapapa lah ya
biar lebih dekat kepoin apa sih kelas favoritnya. Sebenernya bisa ketebak bakal pilih kelas olahraga karena memang saya perhatikan akhir-akhir ini sering banget saat diskusi santai bilang sedang menguatkan niat untuk berolahraga. Alasan memilih kelas olahraga katanya karena sesuai anjuran dokter yang sedang dibutuhkan tubuh sekarang adalah olahraga.

✍ Ellisa Martha

Icha panggilannya.  Karena di IP Depok biasa memanggil dengan sebutan "Mak" jadilah saya menyapanya dengan sebutan Mak Icha. Mak Icha aktif sekali dan selalu berbinar mengikuti kegiatan offline. Entah sebagai penyelenggara maupun sebagai peserta. Emak dari 1 putri dan 2 putra ini memilih keluarga Coaching sebagai keluarga favoritnya karena ingin tahu lebih banyak soal parents coach

✍ Dede Karyati

Yang ini panggilannya Mbak DeKa, berasal dari IP Karawang. Saya bertemu dengannya di acara Akademi Fasilitator IIP Batch #1. Mbak Deka menjadikan keluarga Teman Bermain Anak sebagai keluarga favoritnya.  Alasannya, supaya makin banyak ide bermain bersama anak dan makin asyik lagi mainnya.  Mbak Deka memiliki putra berusia 4 tahun yang memiliki gaya belajar visual dan lebih cepat menangkap pelajaran dengan menggunakan kartu berwarna-warni yang dibuat sendiri oleh mbak Deka.. keren ya! (mengingatkan saya saat anak-anak masih kecil dulu)

✍ Dewi Fatimah

Saya kenal mbak Dewi saat sama-sama menjadi fasilitator di kelas Bunda Sayang Batch #2. Saya masih menjadi koordinator kota waktu itu dan mbak Dewi sempat pula mengampu kelas Bunsay Depok menggantikan fasilitator sebelumnya yang sakit. Mbak Dewi, berasal dari IP Banten, memilih keluarga Cemara sebagai kelas favorit.

✍ Sagita Nur Pratiwi

Saya baru kenal dengan mbak Gita di kebun Apel. Mbak Gita berasal dari IP Tangerang Selatan dan memilih kelas favorit, Public Speaking. Mbak Gita senang sekali di kelas ini karena merasa gaya belajar visualnya terpuaskan lewat ilmu-ilmu yang dibagikan. Di sini mbak Gita bisa melihat dan mempraktekkan langsung ilmu tersebut serta mendapatkan respon yang membangun.

✍ Atika

Mbak Atika berasal dari IP Pacitan.  Ia memilih keluarga Manajemen Emosi (salah satu keluarga yang banyak sekali membernya) sebagai keluarga favorit karena merasa PR besarnya ada di pengelolaan emosi. Alhamdulillah mbak Atika mengatakan bisa mendapatkan banyak ilmu yang dibutuhkan di keluarga manajemen emosi

✍ Eka Abdi Negari

Teh Eka, demikian saya memanggilnya. Seorang Ibu dari suku Sunda-Jawa namun sudah lama menetap dan besar di tanah pasundan. Kami berada di keluarga yang sama, Ratu Dapur.  Tetapi yang menjadi favoritnya keluarga Manajemen Emosi karena membersamai anak-anak menjadi prioritas utamanya di samping masak dan merapikan rumah (tiga hal yang menjadi permintaan suaminya).
Karena kami sama-sama di Ratu Dapur akhirnya obrolan pun lebih banyak seputar Dapur. Mulai dari peralatan dapur sampai proses memasak. Seruuu..

✍ Hernawatiningsih Wawak

Saya kenal mbak Wawak di wag leader kota Ibu Profesional. Alhamdulillah di kebun Apel bisa lebih dekat lagi. Mbak Wawak memilih kelas Traveling dan Cooking sebagai kelas favorit. Mbak Wawak mengatakan ia sedang berusaha mengajarkan anak-anak untuk tangguh dalam hidup ini lewat traveling.  Sementara lewat Cooking, mbak Wawak ingin selalu siap menyediakan menu sehat untuk keluarga

✍ Laela

Teman baru saya yang ini berasal dari Kalimantan Selatan. Aslinya orang Bandung hanya merantau ke sana. Teh Laela punya dua keluarga favorit juga yakni Keluarga Manajemen Waktu dan Financial.  Senang berada di keluarga tersebut karena teh Laela merasakan mendapatkan banyak ilmu "daging" yang bisa ia terapkan sesuai value keluarga

✍ Septi

Mbak Septi memilih keluarga Cemara sebagai keluarga favorit. "Gak bisa move on!" katanya.  Ia (dan suami) sadar betul bukan dari keluarga rapi dari kecil. Didampingi suami saat membuat mind map, dipilihlah Seni Beberes Rumah sebagai project utama. Mereka berdua ingin memutus mata rantai tidak rapi, agar anak-anak lebih rapi dan masa tua mereka berdua kelak lebih hepi.
Alhamdulillah di keluarga Cemara selain seni beberes ternyata juga ada food preparation, seni masak cepat, dan tips setrika

✍ Fatimah Albatul

Fa, panggilannya. Berdomisili di Temanggung namun bergabung dengan IP Jogja.  Mbak Fa, bergabung dengan keluarga Manajemen Emosi (Inside out), sub keluarga Self Healing.  Mbak fa sedang mempraktekkan ilmu sadar napas dan berusaha mengenali emosi sendiri.

✍ Sinardi

Sapaannya, Ina.  Keluarga Favoritnya Inklusi Family dan Montessorian.  Alasannya karena berkaitan dengan pendidikan yang sedang ia jalani yakni studi diploma montessori dan senang membersamai anak

Alhamdulillah sudah 12 teman yang bersedia berbagi cerita..
Dari sini saya bisa simpulkan, sesuai dengan pengamatan saya sebelumnya, keluarga Manajemen Emosi menjadi favorit bagi kebanyakan ibu di kebun Apel.








Selasa, Februari 11, 2020

Keranjang Bullet Journal

Yuhuuuu saatnya berkelana di kebun apel ๐ŸŒณ๐ŸŒณ๐ŸŒณ
Bawa keranjang aah .. siapa tahu apel yang didapat banyak
Go green.. tak elok pakai kresek..qiqiqiqi
Apelnya buka apel biasa melainkan apel ilmu.
Melihat pohon apel ilmu yang banyak sekali buahnya.. maa syaa Allah, harus pegang erat peta belajar nih supaya benar-benar hanya memetik buah apel yang diinginkan.

Di Kelas Bunda Cekatan ada sekitar 20 lebih keluarga yang masing-masing memiliki satu buah pohon apel ilmu. Satu keluarga, satu topik ilmu. Ada keluarga cooking, counseling & coaching, desain, driing, financial planning, manajemin waktu, manajemen emosi, gizi anak, agama, foto & videografi, wah masih banyak lagi ilmu yang menarik untuk diicipi. Dan bisa dibayangkan betapa luasnya area hutan pohon apel ini. Belum lagi di setiap keluarga ada Go Live-nya di facebook. Honoowww godaan sekali untuk mamak yang doyan icip ilmu sana sini..
Lihat peta belajar lagi.. hmm ada tentang jurnal. Ada gak ya keluarga yang membahas tentang bullet jurnal alias bujo? Woro-woro di whatsapp grup buncek ah! 
"Maaak kalau ada keluarga yang bahas tentang jurnal kabar-kabarin yaa" ๐Ÿ•ช

Alhamdulillah dua hari berselang ada yang mengabari 
"Mak Far, di Keluarga Uluwatu ada pecahannya nii.. bullet jurnal"
Asyiiikkk segera ke telegram tempat keluarga ini berada.  Ternyata sudah banyak yang bergabung.
Segera duduk manis dan menyimak diskusi perdana tentang "Apa itu Bullet Journal" bersama mbak Citra Anggita.

Setelah membaca materi, diskusi pun dimulai dengan mengungkapkan alasan membuat bujo.  Ada merasa perlu decluttering pikiran, ada yang merasa perlu pengingat supaya kegiatannya tidak bertabrakan, untuk membuat perencanaan, untuk mencatat pola kebiasaan, dan lain sebagainya. 
Yup! inti pembuatan bujo memang demikian. Bukan untuk membuat catatan yang cantik (duh ngintip lembar bujo di pinterest banyak berhiaskan doodle keren bikin terpesonaa..) qiqiqi salah fokus.
Citra Anggita (narasumber materi diskusi) menyampaikan pengertian bullet journal adalah

Sistem pengaturan jadwal, reminder, to do list, brainstorming, dan tugas-tugas pengaturan lainnya dalam satu buku catatan

Menelusuri sejarah pembuatan bullet journal, ternyata berawal dari sang penemu, Ryder Carroll, (didiagnosa ADHD) yang begitu mudah terdistraksi lalu ia pun membuat bullet journal untuk membantunya lebih berkonsentrasi.  Seperti yang dilansir di situs TED

Growing up, Carroll was easily distracted, tugged in every direction by anything and everything. He says, “As a kid, my biggest problem was focusing on way too many things at the same time … As an adult, that’s just known as being busy. But being busy doesn’t mean you’re being productive. A lot of times, being busy just means you’re in a state of being functionally overwhelmed.”

Carroll menyarankan segera ambil buku catatan dan pulpen lalu segera mulai lakukan hal berikut 
  1. Buat inventaris mental, tuliskan hal-hal yang perlu dilakukan, hal-hal yang harus dilakukan, dan hal-hal yang ingin dilakukan
  2. Pertimbangkan mengapa melakukan masing-masing hal ini 
  3. Untuk setiap hal dalam daftar, tanyakan lagi apakah ini penting? apakah ini perlu bagi saya dan orang yang saya cintai? Jika jawaban keduanya tidak maka dapat dicoret dari daftar
  4. Pilih hal yang penting lalu pecah lagi menjadi bagian-bagian kecil.  Carroll memberikan contoh "Jika Anda ingin belajar memasak jangan memulai dengan memasak makanan yang rumit untuk 6 orang. Proyek-proyek kecil memungkinkan kita menumbuhkan keingintahuan. Mulailah dengan menguasai beberapa resep sederhana dan teruji dengan bahan dan tehnik yang Anda kenal"
AHA, KLIK! dengan apa yang saya inginkan dan tulis juga dalam peta belajar.
Carroll menekankan pentingnya alasan yang kuat dan pertimbangan yang dalam untuk membuat sebuah jurnal. Dan saya ingin membuat bullet journal untuk membantu saya mencatat proses menemukan resep cemilan yang ekonomis namun tetap lezat.
Pencatatan ini penting bagi saya dan berharap juga kelak resep ini akan bermanfaat bagi para ibu dhuafa yang membutuhkannya.

Diskusi berlanjut dengan cara membuat jurnal. Tak ada patokan khusus menggunakan buku catatan dengan bentuk tertentu. Apa saja yang penting nyaman untuk ditulis. Isinya pun bebas. Mau seperti yang dicontohkan Carrol, dengan membuat rapid log, juga bisa.
Dengan begini terasa banget ya bullet journal itu memang ala kita sendiri.

Tinggal praktek nih..
Semangat mencataaattttt



Sumber referensi






Senin, Februari 10, 2020

Fasilitator dan Kebahagiaan

Menjadi fasilitator bagi saya itu salah satu hal membuat bahagia..beneran!
Dan ketika ditanya /benda apa yang paling cocok menggambarkan peran sebagai fasilitator yang bahagia dan membahagiakan? Yang terbersit dalam pikiran saya adalah lampu.
Wait.. kok lampu?
Iyalaaaah.. lampu kan membuat terang/cerah suasana.  Fasilitator juga begitu..bahagia karena bisa menjadi bagian dari proses yang mencerahkan dan membahagiakan bagi sekitarnya.
Hohoho.. daleeem ๐Ÿ˜Ž

Mungkin masih ada yang bertanya-tanya, sering mendengar kata fasilitator tetapi belum paham apa sih pengertian fasilitator?

Wikipedia menuliskan pengertian Fasilitator sebagai berikut

Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.

Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi pengertian fasilitator adalah

 fasilitator/fa·si·li·ta·tor/ n orang yang menyediakan fasilitas; penyedia: di dalam konsep belajar mandiri, guru dan sekolah tidak lagi menjadi titik pusat kegiatan, tetapi lebih bersifat sebagai pendukung dan -- kebutuhan murid

Berdasarkan asal katanya, berasal dari bahasa Perancis, facile yang artinya mudah. Sehingga fasilitator adalah pemudah cara.

Fasilitator sendiri bermacam-macam lho jenisnya.  Ada fasilitator konflik, fasilitator bisnis, fasilitator pendidikan dan lain-lain. Karena berada dalam lingkup Institut Ibu Profesional maka fasilitator yang dimaksud adalah fasilitator pelatihan/pendidikan bagi orang dewasa, khususnya para ibu. pendidikan bagi orang dewasa memiliki karakteristik khusus dimana orang dewasa,

  • Belajar karena adanya tuntutan tugas, tuntutan perkembangan atau keinginan peningkatan peran. Berbeda dengan anak-anak yang cenderung menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, orang dewasa akan belajar manakala pembelajaran ini dapat memenuhi tuntutan tugas, tuntutan perkembangan, dan tuntutan akibat peningkatan peran. Karenanya dalam pembelajaran orang dewasa perlu dijelaskan kaitan antara materi dengan tuntutan tugas, peran, dan tuntutan perkembangan mereka.
  • Suka mempelajari sesuatu yang praktis, dapat langsung diterapkan, dan bermanfaat dalam kehidupannya. 
  • Dalam proses belajar ingin diperlakukan sebagai orang dewasa/dihargai
  • Orang dewasa kaya pengalaman dan berwawasan luas, mempelajari sesuatu yang baru berdasar pengalamannya.  Sebaiknya cara mempelajari sesuatu yang baru dimulai dari pengalaman-pengalaman mereka.
  • Belajar dengan cara berbagi pendapat bersama orang lain. 
  • Mempertanyakan mengapa harus mempelajari sesuatu sebelum mereka mempelajari sesuatu. Jika anak-anak cenderung menerima topik pembelajaran, orang dewasa perlu mengetahui bahwa hal-hal yang mereka pelajari merupakan hal yang bermanfaat langsung bagi mereka.
  • Belajar dengan memecahkan masalah tidak berorientasi pada bahan pelajaran 
  • Menyukai suasana pembelajaran yang membangkitkan kepercayaan diri. 
  • Memerlukan waktu yang lebih panjang dalam belajar karena memvalidasi informasi baru. 
  • Melanjutkan proses belajar jika pengalaman belajar yang dilaluinya memuaskan.

Terus apa bedanya dengan trainer?

Menurut Bukik di laman webnya,

Trainer adalah seseorang yang berperan mengajarkan sebuah pengetahuan/metode/tehnik pada sekelompok orang. Ada proses transfer pengetahuan dari trainer kepada peserta sehingga peserta tahu dan mampu melakukan keterampilan baru.  Kewenangan trainer pada isi dan proses pertemuan. Trainer biasanya bertanggung jawab pada pembelajaran individual yang menghasilkan aksi personal. 
Sedangkan fasilitator, tidak mengajar peserta lain yang bukan fasilitator.  Kewenangannya pada proses pertemuan, tidak boleh mempengaruhi isi percakapan pertemuan. Meski demikian fasilitator bertanggung jawab pada pembelajaran kolektif.  Orang-orang diajak berbagi dan merefleksikan pengalaman terbaik, menemukan inovasi, dan membuat keputusan bersama.

Karena tidak mengajar (berfungsi sebagai sumber ilmu) maka tidak masalah apabila latar belakang pendidikan fasilitator ternyata tidak sama dengan materi yang dibahas. Namun fasilitator perlu mempelajari dan menguasai tehnik fasilitasi yang efektif yang meliputi antara lain teknik partisipatif, teknik bertanya dan mendengarkan, tehnik memfasilitasi kesepakatan, dan seterusnya.

Sementara Siswoyo berpendapat seseorang akan menjadi fasilitator yang baik, dilihat dari 2 (dua) variabel determinan yang mempengaruhi  yakni :

1. Sikap dan perilaku fasilitator, berkaitan dengan etika dan moral fasilitator dengan indikator
  • Disiplin, kepemimpinan;
  • Integritas;
  • Kerjasama dan prakarsa

2. Kemampuan akademik, berkaitan dengan :

  • Penguasaan  substansi mata ajar yang dipilihnya.
  • Mampu berkomunikasi dengan baik, serta dapat mentransfer buah pikirannya kepada orang lain melalui kemampuan melakukan presentasi yang baik.
  • Menguasai strategi pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik secara mental maupun fisik, yang dikenal sebagai pembelajaran interaktif.

Namun, tidak hanya cukup berhenti pada menjadi fasilitator yang baik, penting pula untuk menjadi fasilitator yang bahagia dan membahagiakan lhoo..
Berdasarkan pengalaman pribadi, saya mencatat ada 5 hal yang perlu dimiliki oleh seorang fasilitator

๐Ÿ”– Alasan yang kuat.

Sebuah alasan adalah pendorong kita memencet tombol hijau "Lakukan!".  Semakin kuat sebuah alasan, semakin cepat tombol itu menyala.  Alasan bagi setiap orang tentulah berbeda-beda. Bagi saya, ketika pengumuman pembukaan Akademi Fasilitator IIP tiba, yang mendorong saya untuk mendaftar karena saya menganggap ini adalah pintu bagi saya untuk menambah kebermanfaatan. Sungguh saya tidak tahu batas usia.  Alhamdulillah situasi dan kondisi pun sedang memungkinkan bagi saya untuk berkegiatan. Di sisi lain saya senang membersamai sebuah proses belajar.  Apalagi jika akhirnya kebaikan yang diinginkan tercapai.. saya ikut bahagia.
Orang lain sangat mungkin memiliki alasan yang berbeda. Misalnya dengan menjadi fasilitator maka lingkup pertemanan akan semakin luas sehingga akan mempernudah urusan lainnya. Sah-sah saja demikian.

๐Ÿ”– Senang belajar

Seorang fasilitator, meski bukan sumber ilmu, sudah semestinya seorang yang senang belajar (pembelajar sejati). Kesukaannya ini akan mendorong untuk mencari tahu lebih banyak saat menjumpai hambatan atau mempelajari ilmu yang belum ia ketahui. Belajar tentu dengan caranya sendiri.  Bisa lewat membaca, melakukan (praktek), belajar dari pengalaman orang lain, dan sebagainya.
Sebagai contoh, saya belajar dengan banyak memperhatikan apa saja yang dilakukan fasilitator terdahulu dalam membersamai peserta dalam sebuah ruang kelas seperti cara menyampaikan kembali materi yang perlu diketahui peserta kelas, menggali kemampuan berdiskusi serta mengajak peserta kelas aktif ikut menyampaikan pendapatnya. Setelah itu saya tiru dan modifikasi sesuai dengan gaya saya sendiri.
Saya juga belajar dengan praktek langsung menjadi seorang fasilitator.  Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya tentang karakteristik pendidikan orang dewasa, pada tahap awal saya perlu menyesuaikan diri, mengenal seisi ruang kelas. Alhamdulillah suasana cepat menjadi  akrab dan nyaman, baik bagi saya maupun peserta kelas. Saya menyampaikan bahwa saya bukanlah seorang guru yang serba tahu melainkan fasilitator yang membantu memudahkan peserta memahami materi yang diberikan. Saya pun sedang belajar. Saya bukan penentu benar dan salah serta membuka forum diskusi seluas-luasnya untuk berpendapat, bercerita, sampai akhirnya menemukan suatu kesimpulan yang disepakati oleh seisi kelas dan menjadi bahan acuan belajar yang akan diterapkan pada masing-masing keluarga. Di akhir periode pembelajaran praktek pun kami evaluasi kembali.  Di situlah saya acapkali menangkap binar-binar bahagia peserta kelas dan ini sungguh membuat saya sebagai fasilitator turut merasa bahagia.

๐Ÿ”– Menjadikan hambatan sebagai tantangan.

Apakah karena hanya membersamai sebuah proses menjadikan tugas fasilitator akan berjalan mulus tanpa hambatan? Jawabnya tidak. Hambatan, entah besar atau kecil, tentu ada. Pada prinsipnya persepsi yang berbeda menghasilkan penyelesaian yang berbeda. Persepsi positif akan membuat fasilitator lebih mudah dan bahagia menjalankan perannya.    Misalnya hambatan dalam menentukan waktu diskusi. Kecuali memang sudah ditetapkan jadwal sebelumnya, menyesuaikan jadwal sekian banyak orang dengan sekian banyak kesibukan membutuhkan kemampuan untuk menetapkan kesepakatan.  Hambatan lain misalnya ketika ada peserta kelas yang berbeda pendapat dan mempengaruhi suasana kelas hingga menjadi sedikit gaduh. Untuk hal ini dibutuhkan ketenangan fasilitator dalam menanggapinya yang bisa diperoleh jika fasilitator tersebut memiliki persepsi yang positif. Hal yang berbeda akan terjadi jika fasilitator menanggapinya dengan emosional.

๐Ÿ”– Menyadari keuntungan menjadi fasilitator.

Adalah hal yang amat wajar jika kita melakukan suatu kegiatan karena kita menyadari ada keuntungan yang bisa diperoleh.  Hal ini akan membuat kita lebih berbinar dan tangguh menjalani setiap waktu yang harus dilewati.  Demikian juga menjadi fasilitator.  Saat kita menyadari ada keuntungan besar yang akan kita peroleh, maka apa pun hambatannya tak menyurutkan langkah. Keuntungan ini tentu bersifat personal.

Bagi saya, menjadi ridhoNya atas kebermanfaatan itulah keuntungan utama yang saya harapkan.
Keuntungan lainnya adalah

  • Menguatkan ilmu yang sudah didapat dengan cara mengulang-ulang kembali bersama peserta kelas
  • Menambah ilmu baru.  Saya kerap berpikir ilmu yang sama dengan penyampaian berbeda seringkali menghasilkan ilmu baru, yang belum saya ketahui.
  • Menambah pertemanan. Karena tidak hanya membersamai ibu-ibu yang berdomisil sama dengan saya, maka dengan menjadi fasilitator lingkar pertemanan saya pun bertambah luas. 
  • Mengkayakan kemampuan bersosialisasi. 
  • Memiliki manajemen diri yang lebih baik, seperti manajemen waktu, manajemen emosi, dan lain-lain yang mau tidak mau harus dilakukan agar tercapai tujuan memfasilitasi .

๐Ÿ”– Tekad untuk tumbuh menjadi diri yang lebih baik

Semua orang tentu ingin menjadi lebih baik. Ada rasa bahagia yang hadir saat kita berhasil maju selangkah dibanding hari kemarin.  Demikian pula dalam menjalani peran sebagai fasilitator. Setiap keuntungan yang diperoleh memberikan peluang untuk terus bertumbuh dan bahagia.
Namun adakalanya juga yang terjadi tak seperti yang diharapkan. Menambah peran baru sebagai fasil berarti mengajak untuk mengatur kembali ritme keseharian. Kadang kala menyebabkan beberapa aktivitas berbenturan.  Akibatnya diri menjadi lebih emosional dan berdampak pula bagi orang-orang di sekitar. Hal ini menyebabkan proses tumbuh tertunda. Hanya tekad kuat yang selalu mampu menarik diri untuk bangkit dan bersemangat memperbaiki keadaan.



Sumber referensi






Senin, Februari 03, 2020

Bertemu Keluarga Cooky

Hwaaa bertemu keluarga cooking, COOKY namanya ๐Ÿ˜
Sudah saya duga.. ini keluarga heboh!
Selalu begitu jika orang-orang dengan kesukaan yang sama berkumpul.
Apalagi duh tahu lah yaa ibu-ibu.. lisan dan tulisan yang dikeluarkan sama saja.. banyaakk
Gak habis-habis, adaaa saja topik yang dibicarakan.
Sekian jam gak buka grup sudah harus menyiapkan "tangga" untuk memanjat percakapan ๐Ÿ˜ต

Dan ternyata perjalanan untuk sampai bisa berkumpul dalam sebuah keluarga ini gak semudah yang dikira lho..
Alamak godaannya banyak!
Setiap keluarga memiliki topik-topik bahasan yang menarik dan amat menggoda untuk dipelajari.
Benar-benar harus dipertimbangkan, apalagi jika ilmu itu pun ada di peta belajar juga
"Kira-kira penting dan mendesak gak ya?"
Beberapa teman ada yang mengalami kesulitan menetapkan keluarga untuk berlabuh karena ilmu yang dipilih memiliki banyak irisan. Misalnya manajemen. Tidak satu dua orang yang setelah masuk kelompok tak lama ijin keluar karena akhirnya merasa "hmmm..bukan ini yang saya cari.."
Atau keluar karena tak nyaman belajar dalam keluarga yang terlalu banyak anggotanya.
"⚐ nyerah deeehhh rame banget!" begitu tulisnya.

Alhamdulillah saya sendiri langsung menetapkan keluarga yang saya inginkan.
Sempat agak lama menunggu ketua kelompok membuatkan grup untuk kami berkumpul.
Setelah grup terbentuk, kami duduk dan mulai ngobrol bareng di bawah pohon keluarga.
Dimulai dengan obrolan ringan saling sapa mengenalkan diri.
Kalau biasanya di Dapur Emak IP Depok obrolan hanya dalam satu kota, kali ini hampir merata semua kota di Indonesia bahkan yang berdomisili di luar Indonesia pun ada.
Tak butuh waktu lama untuk semakin akrab. Kami mulai berbagi cerita, seperti masak apa hari ini, cara membuat makaroni schootel, mengolah makanan, sampai akhirnya berlanjut pada diskusi yang mendalam tentang apa saja sih yang kami ingin bahas bersama? Inilah kesepakatan bahasan keluarga kami :

๐Ÿcooking termasuk masak cepat, slowcook, masakan sehat, membuat snack,  baking kue2an
๐Ÿ Menyusun menu
๐Ÿ Cara mengolah bahan makanan agar nutrisinya tidak banyak yg hilang. Variasi resepnya.
๐Ÿ Cara menyimpan bahan makanan juga agar tidak mudah rusak dan nutrisinya tidak banyak hilang.
๐Ÿ Food preparation
๐Ÿ Baking
๐Ÿ Frozen food
๐Ÿ Masakan yang bisa dimakan tanpa nasi, tapi aman untuk ABK (autism)
๐Ÿ Pastry & Bakery
๐Ÿ Membuat makanan yang sehat, olahan sayur dan buah, atau makanan yg nutrisinya bagus tapi kalorinya rendah
๐ŸBudgeting

Cukup banyak ya apel-apel ilmu yang siap untuk digigit ๐Ÿ˜‹