Selasa, Februari 11, 2020

Keranjang Bullet Journal

Yuhuuuu saatnya berkelana di kebun apel 🌳🌳🌳
Bawa keranjang aah .. siapa tahu apel yang didapat banyak
Go green.. tak elok pakai kresek..qiqiqiqi
Apelnya buka apel biasa melainkan apel ilmu.
Melihat pohon apel ilmu yang banyak sekali buahnya.. maa syaa Allah, harus pegang erat peta belajar nih supaya benar-benar hanya memetik buah apel yang diinginkan.

Di Kelas Bunda Cekatan ada sekitar 20 lebih keluarga yang masing-masing memiliki satu buah pohon apel ilmu. Satu keluarga, satu topik ilmu. Ada keluarga cooking, counseling & coaching, desain, driing, financial planning, manajemin waktu, manajemen emosi, gizi anak, agama, foto & videografi, wah masih banyak lagi ilmu yang menarik untuk diicipi. Dan bisa dibayangkan betapa luasnya area hutan pohon apel ini. Belum lagi di setiap keluarga ada Go Live-nya di facebook. Honoowww godaan sekali untuk mamak yang doyan icip ilmu sana sini..
Lihat peta belajar lagi.. hmm ada tentang jurnal. Ada gak ya keluarga yang membahas tentang bullet jurnal alias bujo? Woro-woro di whatsapp grup buncek ah! 
"Maaak kalau ada keluarga yang bahas tentang jurnal kabar-kabarin yaa" 🕪

Alhamdulillah dua hari berselang ada yang mengabari 
"Mak Far, di Keluarga Uluwatu ada pecahannya nii.. bullet jurnal"
Asyiiikkk segera ke telegram tempat keluarga ini berada.  Ternyata sudah banyak yang bergabung.
Segera duduk manis dan menyimak diskusi perdana tentang "Apa itu Bullet Journal" bersama mbak Citra Anggita.

Setelah membaca materi, diskusi pun dimulai dengan mengungkapkan alasan membuat bujo.  Ada merasa perlu decluttering pikiran, ada yang merasa perlu pengingat supaya kegiatannya tidak bertabrakan, untuk membuat perencanaan, untuk mencatat pola kebiasaan, dan lain sebagainya. 
Yup! inti pembuatan bujo memang demikian. Bukan untuk membuat catatan yang cantik (duh ngintip lembar bujo di pinterest banyak berhiaskan doodle keren bikin terpesonaa..) qiqiqi salah fokus.
Citra Anggita (narasumber materi diskusi) menyampaikan pengertian bullet journal adalah

Sistem pengaturan jadwal, reminder, to do list, brainstorming, dan tugas-tugas pengaturan lainnya dalam satu buku catatan

Menelusuri sejarah pembuatan bullet journal, ternyata berawal dari sang penemu, Ryder Carroll, (didiagnosa ADHD) yang begitu mudah terdistraksi lalu ia pun membuat bullet journal untuk membantunya lebih berkonsentrasi.  Seperti yang dilansir di situs TED

Growing up, Carroll was easily distracted, tugged in every direction by anything and everything. He says, “As a kid, my biggest problem was focusing on way too many things at the same time … As an adult, that’s just known as being busy. But being busy doesn’t mean you’re being productive. A lot of times, being busy just means you’re in a state of being functionally overwhelmed.”

Carroll menyarankan segera ambil buku catatan dan pulpen lalu segera mulai lakukan hal berikut 
  1. Buat inventaris mental, tuliskan hal-hal yang perlu dilakukan, hal-hal yang harus dilakukan, dan hal-hal yang ingin dilakukan
  2. Pertimbangkan mengapa melakukan masing-masing hal ini 
  3. Untuk setiap hal dalam daftar, tanyakan lagi apakah ini penting? apakah ini perlu bagi saya dan orang yang saya cintai? Jika jawaban keduanya tidak maka dapat dicoret dari daftar
  4. Pilih hal yang penting lalu pecah lagi menjadi bagian-bagian kecil.  Carroll memberikan contoh "Jika Anda ingin belajar memasak jangan memulai dengan memasak makanan yang rumit untuk 6 orang. Proyek-proyek kecil memungkinkan kita menumbuhkan keingintahuan. Mulailah dengan menguasai beberapa resep sederhana dan teruji dengan bahan dan tehnik yang Anda kenal"
AHA, KLIK! dengan apa yang saya inginkan dan tulis juga dalam peta belajar.
Carroll menekankan pentingnya alasan yang kuat dan pertimbangan yang dalam untuk membuat sebuah jurnal. Dan saya ingin membuat bullet journal untuk membantu saya mencatat proses menemukan resep cemilan yang ekonomis namun tetap lezat.
Pencatatan ini penting bagi saya dan berharap juga kelak resep ini akan bermanfaat bagi para ibu dhuafa yang membutuhkannya.

Diskusi berlanjut dengan cara membuat jurnal. Tak ada patokan khusus menggunakan buku catatan dengan bentuk tertentu. Apa saja yang penting nyaman untuk ditulis. Isinya pun bebas. Mau seperti yang dicontohkan Carrol, dengan membuat rapid log, juga bisa.
Dengan begini terasa banget ya bullet journal itu memang ala kita sendiri.

Tinggal praktek nih..
Semangat mencataaattttt



Sumber referensi






0 Comments:

Posting Komentar

Haiii.. tanpa mengurangi keakraban, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan yaa.. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi