"Menjadi fasilitator adalah cara elegan untuk mengulang kembali materi yang sudah didapat"
Saya mengangguk dalam hati, membenarkan perkataan yang diucapkan seorang teman, sesama fasilitator karena saya merasa memang demikian adanya.
Setiap kali amanah menjadi fasilitator datang, hati saya bersorak "Iyessss! Alhamdulillah kesempatan belajar sekaligus berbagi itu datang lagi"
Dan sekarang adalah kali kedua saya menjadi fasilitator matrikulasi. Ada yang berbeda, kali ini sebutannya adalah widyaiswara.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
wid·ya·is·wa·ra/ n 1 guru; 2 Adm jabatan fungsional yang diberikan kepada pegawai negeri sipil dengan tugas mendidik, mengajar dan/atau melatih secara penuh pada unit pendidikan dan pelatihan dari instansi pemerintah
Memang kita lebih sering mendengar pengertian widyaiswara merujuk pada fungsional aparatur sipil negara dibandingkan sebagai guru.
Namun saya sendiri tidak terlalu memusingkan hal yang demikian.
Fokus saya adalah pada kata "belajar" dan "berbagi".
Tidak hanya istilah untuk fasilitator yang berbeda, di batch #8 ini matrikulasi Institut Ibu Profesional pun disajikan dengan cara yang berbeda, yakni dalam bentuk game.
Para peserta matrikulasi diajak menaiki kapal penjelajah samudera matrikulasi setelah sebelumnya mereka harus menemukan 3 kerang mutiara yang akan dijadikan bekal selama perjalanan.
Dan di dalam kapal penjelajah mereka tidak hanya duduk manis membaca materi dan berdiskusi sambil menikmati deburan ombak yang lembut.. tetapi juga mengerjakan beberapa misi.
Kami, para widyaiswara, bertugas utamanya untuk membersamai peserta menemukan harta karun. Yang kami lakukan, berbagi ilmu apa saja yang kami pahami serta berbagi cerita apa saja yang sudah kami lakukan. Kemudian peserta akan menarik benang merah dari cerita semua widyaiswara dan mengambil hikmah ilmu dan pelajaran hidup (harta karun) versi mereka sendiri.
Cerita yang kami bagi dikemas dalam beberapa bentuk seperti video, podcast (untuk pantun dan kisah berbagi), dan grup diskusi.
Kalau grup diskusi, alhamdulillah saya sudah terbiasa.
Tapi membuat video dan podcast? wow ini sebuah pengalaman baru!
Di sinilah sisi menarik lain dari pembelajaran di Institut Ibu Profesioanl. Karena tak hanya peserta perkuliahan yang belajar hal baru, widyaiswaranya pun juga.
Terus terang saja saya kurang nyaman dan belum terbiasa dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan rekaman audio visual pribadi (bukan dalam bentuk kelompok) yang dibagikan untuk orang lain. Rasanya seperti semua terfokuskan pada saya (hahahahah ge'er akut..)
Kalau di Bestari dulu, fokus tentu pada grup/banyak orang. Posisi saya sendiri bukan sebagai lead vokal utama. Sehingga kadang yang mana suara saya, sulit tertebak. Dengan kata lain, "aman!"
Benar-benar sebuah tantangan merekam video dan podcast sendiri.
Kami diberi tugas merekam maksimal 3 menit, sementara saya untuk mendapatkan bisa mendapatkan rekaman yang diinginkan harus mengulang berkali-kali hingga membutuhkan waktu setidaknya 2 jam. Ada saja penyebab saya harus mengulang.. suara kucing, cucian piring.. duh tantangan sekali!
Alhamdulillah di sisi lain saya merasa didorong untuk belajar keluar dari zona nyaman dan berani mencoba sesuatu hal yang baru. Hasilnya tentu tak sebagus yang sudah biasa membuat podcast atau vlog. Kalau dilihat lagi videonya.. "kok rada aneh ya mimik wajah saya.."
dan komentar Gendhuk saat mendengar podcast saya
"Ibu kayak lagi ngomong sama anak TK"
"Yaaa kaan dulu ngajar TK" dalih saya
Sedangkan si Mbarep bilang "Ibu gitu juga dong kalo ngomong sehari-hari.. lembut"
"Perasaan ibu gak bentak-bentak juga deh.. mau Ibu contohin suara bentak-bentak kayak gimana?"
"Tapi gak selembut iniiiii..." si mbarep tetap bersikukuh
Hahahha sudahlah..
Akhirnya kami pun tertawa bersama
Kapok jadi widyaiswara?
Gak laaah
Belajar dan Berbagi gak pernah bikin kapok
Malah nagih
Selagi Allah beri kesempatan melakukannya..
Semoga selalu..
Aamiin
Rabu, Juni 17, 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Comments:
Posting Komentar
Haiii.. tanpa mengurangi keakraban, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan yaa.. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi