Sabtu, Oktober 15, 2016

Anak Bunuh Diri? Oh NO!




Pernah dengar berita  tentang anak-anak yang bunuh diri?
Jaman baheula bunuh diri biasanya dilakukan oleh orang dewasa.  Tapi sekarang anak-anak pun banyak yang ikut melakukannya.
Dan kita, setiap mendengar berita anak bunuh diri, sering tak percaya dan bertanya-tanya "Hah??? baru seumur itu? memang ada masalah apa?"

Kisah Muhammad Basir ini ( ditayangkan di acara Kick Andy, Jumat 15 Oktober 2010) mungkin bisa memberikan kita sedikit gambaran
Pengalaman yang memilukan mungkin yang dialami keluarga Sri Sariyah. Keluarga yang bermukim di daerah Pasar Minggu,Jakarta itu beberapa waktu lalu kehilangan anak yang sangat disayanginya yaitu Muhamad Basir. Menurut Sri, Basir adalah anak yang baik dan penurut. “Tidak pernah macam-macamlah anak saya Basir itu,” ujar Sri mengenang anaknya.

Namun bagai disambar petir ketika itu, ketika Sri dan Suaminya menemukan anaknya, Basir dalam keadaan tergantung lehernya di sebuah gerobak rokok. Basir kala itu masih bisa bernafas. Namun ketika dilarikan ke rumah sakit, menurut Sri, nyawa Basir tidak tertolong. Yang membuat Sri dan suaminya, Hadi Akbar sedih adalah, sehari sebelum ditemukan tergantung, Basir yang masih berusia 10 tahunan itu merengek minta melanjutkan sekolah. “Almarhum sering diejek teman2nya karena tidak sekolah dan anak orang miskin,” kata Sri sambil menangis. Kini Sri hanya bisa meratapi kepergian anaknya, Basir. Cita-cita Basir yang ingin menjadi Polisi hanya tinggal impian.


Lagi-lagi tak habis pikir "Kok bisa-bisanya..Hanya karena tak tahan diejek teman dan frustasi menghadapi kenyataan hidup yang berat, sebuah nyawa rela dilepaskan.." tetapi mungkin di mata si anak, amat sulit untuk bertahan. Kemampuan untuk memecahkan masalah masih terbatas. Sementara lingkungan yang tak cukup peka menampung gelisah hati malah menuntut pengertian yang lebih dalam dari seorang anak kecil.
Masih beranggapan seorang anak yang baik dan manis mustahil  bunuh diri? kenyataan menunjukkan sekarang kita harus lebih waspada.
Memang menurut Yosep (2009) dalam bukunya Keperawatan Jiwa,  ancaman kebutuhan dasar (dalam kisah di atas adalah ekonomi) dan hubungan sosial/pertemanan dapat menjadi faktor penyebab bunuh diri.  Faktor-faktor lainnya adalah faktor mood dan biokimia otak; faktor meniru dan pembelajaran ; faktor hilangnya perasaan aman dan ancaman kebutuhan dasar serta faktor relegiusitas.
Dan kita tidak dapat mengingkari kemungkinan hadirnya faktor-faktor itu pada anak-anak di sekitar kita.
Terus musti gimana donk? Faktor penyebabnya kita udah tahu..tapi ada ga cara yang lebih real buat jagain anak-anak? bicara aja cukup ga sih?

Beberapa tips dari Gobind Vashdev ini mudah-mudahan bisa membantu kita

1.Saringlah informasi yang masuk.
Menghindarkan anak-anak dari tontonan berita-berita kriminal yang marak di televisi adalah langkah yang baik agar anak berpandangan baik tentang dunia ini.  Selain itu juga menghindari berlangganan majalah, tabloid, atau koran yang memuat banyak berita-berita gosip atau kekerasan lainnya.
Seorang pelopor dalam bidang penelitian bunuh diri, David Philips, dari University of Californiadi San Diego telah melakukan penelitian dengan mengkliping berita bunuh diri yang dimuat di media massa.  Profesor tersebut menemukan ada korelasi positif antara pemberitaan media massa tentang bunuh diri dan tingkat bunuh diri di daerah penyebaran media massa tersebut. Misalnya pada saat Marlyn Monroe bunuh diri maka pada bulan tersebut angka bunuh diri di Amerika Serikat meningkat sampai 12 persen. Berita di media seolah-olah memberikan inspirasi pada pembacanya, cara menyelesaikan masalah, memberikan sebuah pembenaran bahwa suatu cara boleh ditempuh.

2.   Pilih mainan yang digunakan.
Penting bagi orang tua untuk menghindari DVD game yang berisikan permainan yang mengandung kekerasan. Akan baik sekali bila permainan yang dibeli untuk si kecil adalah permainan yang mengasah kemampuan sensorik dan motoriknya

3.  Belajarlah mendengar
Banyak masalah anak yang berasal dari kurangnya komunikasi dari orangtua kepada buah hatinya.  Mendengar termasuk dalam komunikas.  Seringkali orang tua lebih suka didengar perkataannya daripada mendengar perkataan anak.  Akibatnya anak merasa kurang dimengerti.  Ketidakpuasan karena tidak dimengerti akan membuat anak menjadi pasif dalam berkomunikasi dengan orangtuanya.  Anak akan menjawab seperlunya dan ini akan menjadi cikal bakal tindakan-tindakan nekat sang anak, terutama pada anak laki-laki.
Statistik menunjukkan bahwa empat dari lima orang yang bunuh diri adalah pria.  Hal ini disebabkan karena pria lebih sedikit berbagi, tidak boleh menangis, dan lebih jarang berpelukan.  Padahal curhat atau berbagi, berpelukan dan menangis adalah pelampiasan emosi bawah sadar yang sangat baik.

Disamping tips di atas, berbagi keindahan hikmah pada anak di setiap peristiwa, penanaman karakter-karakter positif  (seperti keberanian, tanggungjawab, kejujuran) serta kedekatan yang erat dengan Allah Sang Pencipta  penting pula untuk kita berikan.  Hidup tak mungkin tanpa masalah. Masalah ada untuk dihadapi.  Masalah menjadikan manusia semakin tangguh.  Hukum alam, manusia yang lemah terseleksi dengan sendirinya. Setiap dari kita menginginkan anak-anak yang tangguh kan? Apalagi saat mereka dewasa kelak,  jaman berubah, masalah pun berubah semakin rumit dan pelik.  Kita juga menginginkan anak-anak yang tahu apa yang harus ia putuskan dan kemana ia harus melangkah saat didera ujian hidup.  Anak-anak yang paham kalau Robbnya tak pernah tidur, selalu melindungi dan melimpahkan nikmat di balik cobaan sehingga kepadaNyalah ia berlari mengadu dan memohon kekuatan. .

Gandeng erat anak-anak kita, basahi dengan kasih sayang dan jadikan mereka tangguh menjalani cerita hidupnya..
Agar setiap anak tak sudi membiarkan cerita hidupnya berhenti karena hidup yang sengaja dihentikan.

dan takkan ada ABG yang iseng menulis status di facebooknya "Lagi bosen nafas nih, enaknya ngapain ya?" >_<

0 Comments:

Posting Komentar

Haiii.. tanpa mengurangi keakraban, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan yaa.. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi