Sabtu, Oktober 15, 2016

Julukin Yang Baek Dooong





Setuju ga sih..orang dewasa tuh gampang banget ngasih julukan ke anak-anak.. baik yang positif maupun yang negatif. Mmm..kalo julukan positif sih asyik-asyik aja yaa..misalnya dipanggil si cantik, si pinter, si penurut, dan seterusnya. Tapi yang suka bikin telinga ga enak dengernya tuh julukan negatif kayak nakal atau bodoh. Pernah denger kan komentar kayak gini :"sampe otot leher keluar semua tetep aja gak didengerin.. nakal banget sih!" keluh orangtua. Pengennya tuu punya anak yang anteng.. gampang disuruh..dan penuh senyum.

Semua julukan biasanya berawal karena yang dilakukan si anak tidak sesuai dengan keinginan orang dewasa. "Gak mau diatur" begitu katanya. Gak mau diatur itu contohnya banyak. Seperti gak mau disuruh belajar..gak mau dilarang main..gak mau disuruh tidur siang, gak mau disuruh diam..pokoknya segala yang diawali dengan gak mau biasanya bikin orangtua langsung bilang "anakku nakal deh..begini-begitu...gak mau"
Terlalu seringnya julukan-julukan itu didengar sehingga acapkali dianggap hal yang wajar diberikan kepada anak. Hmmm..merasa anaknya sendiri sehingga sah-sah saja orangtua memberikan julukan apapun? sesuai dengan kenyataan yang memang demikian? atau memang cara kita memberi julukan itu sudah tepat? Ada pengaruhnya gak sih ke perkembangan mental anak?..kita bahas yuk..

Pernah baca buku Totto-chan Gadis Cilik di Jendela?
(Buku ini bagus banget buat jadi bacaan setiap orangtua dan pendidik..buat anak-anak juga oke..)
Cerita bermula saat Totto-chan mencari sekolah baru..

Totto-chan seorang gadis kecil. Ia dianggap nakal oleh Ibu Gurunya. Saking nakalnya sampai ia dikeluarkan dari sekolah. Padahal Totto-chan baru kelas satu SD. Mama Totto-chan merasa khawatir dan tak habis pikir mengapa gadis kecilnya dikeluarkan dari sekolah.
Usut punya usut ternyata wali kelasnya merasa sangat terganggu dengan ulah Totto-chan setiap hari di kelas. Mulai dari kebiasaannya membuka dan menutup meja (padahal ini ternyata dilakukan totto-chan karena menurutnya meja di sekolah itu amat bagus, bisa dibuka-tutup), kebiasaan Totto-chan berdiri di depan jendela untuk menunggu pemusik jalanan, memanggil pemusik itu lalu menyuruhnya bernyanyi sehingga seisi kelas pun ikut berlarian menghampiri, kebiasaannya bertanya pada burung walet "sedang apa?", dan kebiasaan-kebiasaan lain yang menurut walikelas tadi membuat kelasnya menjadi kacau. Anak yang 'kacau' tentu harus dikeluarkan dari kelas bukan?


Sampai akhirnya mama membawa Totto-chan ke sekolah baru. Tomoe Gakuen. Bentuk bangunan sekolah ini berbeda lho dengan sekolah-sekolah lain. Bentuk kereta tak bergerak. Untuk ruang kelas, sekolah itu menggunakan enam gerbong klereta yang sudah tidak terpakai. Waaah..Totto-chan senang sekali mengetahui ia akan belajar di "sekolah kereta". Mmm..totto-chan tak sabar memulai hari pertamanya.

Mama membawa Totto-chan menemui kepala sekolah. Mau tahu pertanyaan yang keluar dari mulut kecil Totto-chan saat menyapa kepala sekolah untuk pertama kali? "Bapak ini apa? kepala sekolah atau kepala stasiun?" (hehehe..) Pak Kepala Sekolah tertawa. Sejurus kemudian ia menarik kursi ke dekat Totto-chan lalu duduk berhadapan dengan gadis cilik itu. Beliau berkata "Sekarang ceritakan semua tentang dirimu. Ceritakan semua dan apa saja yang ingin kau katakan."


Totto-chan tentu saja amat girang diminta bercerita sebanyak mungkin. Ia terus bercerita sampai benar-benar kehabisan bahan cerita. Baru kali ini ia menemukan orang yang tak bosan mendengar ceritanya dan tampak serius memperhatikan. Usai Totto-chan bercerita..Kepala Sekolah berdiri dan meletakkan tangannya yang besar dan hangat di kepala Totto-chan sambil berkata "Nah, sekarang kau murid sekolah ini". Totto-chan merasa ia bertemu dengan orang yang benar-benar disukainya. Kepala sekolah membuatnya merasa aman, hangat dan tenang. Ia ingin bersama kepala sekolah selama-lamanya. (duuh pengen banget bisa jadi kepala sekolah yang full understanding kayak gini dan disayang murid..)


Di hari-hari berikutnya..setiap kali berpapasan dengan Totto-chan, Kepala Sekolah selalu berkata "Kamu benar-benar anak baik, kamu tahu itu kan?" Totto-chan mempercayai kata-kata Pak Kepala sekolah. Apa yang beliau ingin agar dimengerti oleh Totto-chan adalah : "Ada orang yang mungkin berpendapat kau bukan anak baik dalam hal-hal tertentu, tapi wataknya yang sesungguhnya tidak buruk. Banyak watak baik dalam dirimu dan aku tahu itu" Bertahun-tahun kemudian Totto-chan baru memahami maksud Kepala Sekolah yang sesungguhnya. Beliau telah menanamkan dalam-dalam rasa percaya diri dan keyakinannya bahwa ia "anak baik"
Hal yang sangat berpengaruh besar pada keberhasilannya di kemudian hari.

..
Coba bayangkan seandainya Pak Kepala Sekolah bersikap sama seperti walikelas di sekolahnya terdahulu..

Sebenarnya efek negatif pemberian julukan pada anak telah beberapa kali diteliti. Penelitian "Pygmalion di kelas" yang terkenal dilakukan oleh Robert Rosenthal di Universitas Havard pada akhir tahun 1960an, para psikolog menaruh kecurigaan bahwa pemberian julukan dan pengharapan dari guru dan orangtua melekat pada predikat tersebut dan akan menjadi kenyataan. (nah lhooo..jangan sampeee..ih amit-amit!)

Jadi ketika anak itu mendapat julukan bodoh dan tidak becus melakukan suatu pekerjaan, sampai dewasa dia selalu merasa demikian. Akibatnya ia hanya mau melakukan pekerjaan yang menurutnya ringan dan tidak membutuhkan keterampilan khusus. Ia tidak mau bekerja keras. Orangtua pun karena sedari kecil telah memberi label bodoh dan tidak becus, sampai si anak besar dan mendapatkan hasil usaha seadanya, menganggap itu sebagai suatu kewajaran. "Emang dia gak bisa ngapa-ngapain dari kecil..maklum aja.." begitu bunyi pembenaran yang terlontar.

Percaya deh, pastinya semua orangtua pengen anaknya sukses menjalani kehidupan. Oleh karena itu mulai dari sekarang kita harus lebih memperhatikan julukan kita kepada anak. Sebisa mungkin menghindari julukan yang negatif. Julukan positif juga bisa bikin anak kita termotivasi berbuat lebih baik lho..Buat kita yang jadi orangtua..julukan positif bakal mengalirkan energi yang positif juga. Minimal pas bicara gak pakai nada tinggi. Jadi kesannya lebih adem. Setuju?
Berubah dari sekarang Yok!
Anak-anak amat berhak mendapatkan julukan yang baik
Berhak juga mendapatkan pengharapan yang setinggi-tingginya dari kedua orangtuanya.
"Anak pinter..Anak hebat..Anak santun..Anak sholeh.."
Tetep lebih enak kan dengernya?

0 Comments: