Minggu, Desember 10, 2017

Handphone Mengalihkan Dunia


Ibu : "Dek, ayo makan"
Ragil : "Iya nanti" sambil terus main game di handphone
Lain waktu..
Ibu : "Dek, bantuin Ibu dong.."
Ragil : "oteweee" tapi tetap tak bergerak, matanya terus menatap layar handphone yang menampilkan seorang youtuber sedang membahas trik game
Ibu : "Deeeekkk...!" suara Ibu mulai meninggi 😀
Ragil :"iyaaaa..iyaaaaa.. "

Harus mulai lebih perhatian nih .. handphone mengalihkan dunia anak-anak.
Sampai makan saja harus berkali-kali diingatkan.
Dulu mereka tidak terlalu lekat.
Saya perhatikan justru saat mulai bersekolah di luar rumah malah menjadi akrab dengan handphone.
Apalagi tugas sekolah, komunikasi dengan teman dan guru, pengumuman, banyak dilakukan via handphone.
Eh jadi nyalahin tugas sekolah yah πŸ™ˆ
Yang pasti harus ada yang diperbaiki lagi.

Ibu : "Adek kalau nonton youtube atau main game menikmati banget"
Ragil :"Iyalah.."
Ibu : "Handphone itu utamanya buat main game atau komunikasi ya?"
Ragil : "Dua-duanya" (sambil nyengir)
Ibu : "Oh gitu..  setahu ibu manfaat utamanya buat komunikasi. Sudah tambah besar, pilih kegiatan yang bermanfaat ya Dek"
Ragil : "Game juga bermanfaat. Bikin aku seneng sama nyenengin yang bikin game.. kan gamenya dimainin"
Ibu : "Lebih asik lagi kalo manfaatnya gak buat satu atau dua orang. tapi banyak orang"
Ragil : "Iya"
Ibu : "Kita pilih kegiatan yang bermanfaat ya"

Pembicaraan tentang memilih kegiatan berhenti. Begitu juga kegiatan bersama handphone. Tetapi keesokan harinya kembali seperti semula.
Sepulang sekolah sibuk dengan handphone.
Sampai kaos kaki pun tak dilepas.

Berarti belum mengena obrolannya.
Atau mungkin sedang berproses?

Sampai suatu malam. di wag United 1 IIP Depok ada seorang ibu yang berbagi tentang penggunaan gadget di rumahnya. Alhamdulillah sekarang anak-anaknya sudah lepas dari ketergantungan dengan gadget. Katanya ini berawal saat ia mendengar cerita anak teman sekantornya yang baru berusia 5 tahun mengalami buta sementara akibat terlalu lama terpapar gadget. Saya langsung teruskan cerita ini ke anak-anak. "Emang bener Bu? mana coba aku baca tulisan (chatt)nya"
"Baca aja"
"Kalian juga harus hati2. Keseringan melihat hape memang bisa bikin bola mata kering. Makanya ibu ingetin terus. Gak pengen kalian begitu.. gak bisa lihat gimana coba.. gak bisa sekolah, ketinggalan pelajaran.  Sekarang ibu batasi aja ya pakai hapenya.. kalian juga lagi UAS kan.."
"Iya deh.." jawab si Ragil.

Alhamdulillah..
Sekarang anak-anak lebih mudah bekerjasama dan mematuhi jadwal penggunaan handphone.
Kadang masih ada sedikit protes "Ibuuu kayak di sekolah aja sama bu Guru"
Dan saya menjawab kalem "Kan buat kebaikan kalian juga.." 😊

Semakin bijak menggunakan handphone ya?





 



Kamis, Desember 07, 2017

Senyumlah Nak !


Di pertemuan terakhir dengan si mbarep saat liburan, wajahnya masih terlihat kaku menahan pikiran.  Bicaranya masih pelan dan tanpa senyum. Saya tahu ia sedang berusaha keras beradaptasi dengan lingkungan asrama. Hal yang mungkin mudah untuk mahasantri lain.  Bertemu teman baru yang berbeda tipe, ritme asrama, dan perkuliahan adalah tantangan besar baginya setelah sekian lama 24 jam bersama kami.

"Senyumlah Nak! " tulis saya di instan messenger.

Si Mbarep hanya  membalas dengan ikon jempol.

"Senyum itu meringankan beban hati. Asal jangan senyum-senyum sendiri"canda saya.

"Iya" balasnya singkat.

"Eh ibu lagi buka bukunya Ustadz Syafii Antonio nii yang "Muhammad The Greatest Inspirator & Motivator".  Ada juga tentang senyum. Mau Ibu tulisin di sini?"

"Boleh" balasnya singkat lagi. 
"Tersenyumlah ketika bertemu dengan saudara kalian, dan itu termasuk ibadah" (HR At Tirmidzi)
Jika senyum tulus itu bernilai ibadah maka pasti ada sesuatu dalam senyuman yang membuatnya begitu utama.
Apalagi Rasulullah SAW sendiri selalu menghiasi wajahnya dengan dengan senang tersenyum kepada siapa saja.

Jarir bin Abdullah Al Bajli berkata "Tidaklah Rasulullah SAW melarangku (untuk masuk ke rumahnya setelah aku minta izin) sejak aku masuk Islam, dan tidaklah beliau melihatku, kecuali beliau selalu menampakkan senyum di depan wajahku" 

 Rasulullah SAW senang bersikap demikian karena keutamaan-keutamaan yang terkandung di balik senyuman. Diantara keutamaan di balik senyuman yang tulus adalah tumbuhnya perasaan senang di hati yang menerimanya.  Bisa jadi, rasa senang tersebut lebih besar ketimbang menerima sesuatu yang bersifat materi. 

Senyum itu bisa menjadi stimuli antar pribadi. 
Motivator Jonatan Saturo mengatakan, 
"Kebanyakan masalah tidak bisa diselesaikan karena wajah yang tidak tersenyum." 
Orang yang menghiasi wajahnya dengan senyuman juga akan menjadikan dirinya tampil lebih menarik, serta menimbulkan persepsi kebaikan seperti mengundang persahabatan, rasa hormat, dan pengendalian diri.

  
Lagi-lagi si Mbarep memberikan ikon jempol.


Senyumlah Nak!
Bukan untuk menyembunyikan..
Apalagi bertopeng
tetapi untuk kebaikan hati kita jua..






Rabu, Desember 06, 2017

Andai Buku Pelajaran Seperti Buku Cerita

Brbrbbrrbrbrrrrr... si Ragil memainkan bibir sambil merebahkan badannya di lantai.  Tangannya masih memegang buku.
"Ada apa Dek?" tanya saya
"Kenapa siii bikin buku pelajaran kayak begini.. kan bacanya aku boseeen.. coba bikinnya kayak buku cerita.. ?"
Iya ya..
Membuka lembaran demi lembaran buku pelajaran anak-anak, saya bisa mengerti, andai buku pelajaran seperti buku cerita..

Hot Button

Ujian Akhir Sekolah tiba! Pasti ga ada yang teriak "horeee" 😁
Dari masa ke masa ujian selalu mampu membuat murid membuka buku pelajaran lebih sering dari biasanya. Tak terkecuali Gendhuk dan Ragil. Alhamdulillah beberapa hari sebelumnya mereka sudah meringkas atau membuat mind map sendiri. Kebiasaan yang mereka lakukan sedari homeschooling dulu.

"Bahannya banyak bangettt.. males" kata si Ragil sambil membuka buku paket.
"Iyaa niihh .. 8 bab.. " timpal Gendhuk
"Kok males?" tanya saya.
"Iyaaa pelajarannya gak sukaa" jawab si Ragil.
"Bukunya gak menarik" πŸ˜‘
"Banyak yang musti dihapal.."

Si Ragil memang tidak menyukai pelajaran menghapal seperti IPS, PKn, dan lain-lain. Ia lebih suka pelajaran matematika. Setiap tiba saat harus menghapal, belajarnya menjadi ogah-ogahan. Entah sambil bernyanyi atau membaca keras-keras dengan nada semaunya atau sebentar belajar sebentar diam-diam menonton youtube (jadi emak harus siaga kalau acara menghapal yang heboh tetiba menjadi sunyi).  

Ibu : "Ayo dong semangat belajarnya"
Ragil : "Kan gak suka ibuuuu"
Gendhuk : "Iya Bu, kan gak semua pelajaran suka. Emang ibu suka semua pelajaran?"
Ibu : "Ngng.. ya gak juga siii"
Gendhuk : "Nah kan sama.."
Ibu : "Iya tapi semua pelajaran, suka gak suka, ya tetap Ibu pelajarin sungguh-sungguh"
Ragil : "Kenapa? gak suka kok sungguh-sungguh?"
Ibu : "Gak semua hal kan kita suka Dek. Buat mencapai tujuan kadang ada hal yang kita gak suka tetapi harus dikerjakan. Kayak pelajaran sekolah yang ngapalin gini. Gak bisa milih di sekolah mau belajar apa. Semua harus dipelajarin, semua nanti nilainya dicantumin di rapor.  Ibu pengen rapor Ibu bagus. Kalau cuma ada nilai yang pelajaran Ibu suka aja, rata-rata rapornya jadi jelek"
Gendhuk : "Cuma pengen nilai rapor bagus doang?"
Ragil : "Aku mah biasa aja..kata Ibu kan yang penting belajarrr"
Ibu : πŸ™ˆ
Ibu : "Ya karena Ibu juga punya latar belakang.. punya alasan.. ada hot buttonnya.  Udah pernah tau belum tentang Hot Button?"
Gendhuk : "Apa alasan Ibu? Belum.."
Ibu :"Ibu kan yatim. Ibu lihat ibunya ibu kerja keras biar ibu bisa sekolah. Ibu pengen bikin Ibunya ibu bangga, usahanya gak sia-sia. Nah ini namanya hot button..yang bikin kita jadi semangat terus, pengen usaha terbaik. Ibu dulu gak tau ini disebut Hot Button. Ibu taunya pas di MLM.  Masih ingat tante "M" kan?
Gendhuk :"Iya"
Ibu : "Tante itu usahanya sungguh-sungguh banget pengen berhasil, pengen bahagiain mama-papanya. Dulu pas papanya masih hidup, pernah suatu ketika sakitnya kambuh dan harus dibawa ke rumah sakit. Ketok-ketok rumah tetangga deket buat bantu anterin tapi gak ada yang bukain"
Gendhuk : "Kok ada tetangga begitu?"
Ibu : "Ya adalah. Abis itu Tante bertekad harus punya uang banyak biar kalau Papa atau Mamanya sakit gak perlu ketok-ketok pintu tetangga lagi. Ini hot buttonnya Tante "M" sampai sekarang. Nah supaya terus semangat kita juga harus temukan hot button kita apa. Utamanya pasti karena Allah akan senang juga kalau kita berusaha sungguh-sungguh"

Gendhuk diam. Mungkin sedang berusaha mencerna dan mencari hot button miliknya sendiri.
Ragil juga.

Hening..
Kembali melanjutkan belajar



 

Senin, Desember 04, 2017

Berani Mencoba

Beberapa pekan ini si Mbarep sedang menimbang tawaran menjadi bendahara kelompok. Bolak balik ia bertanya via whatsaspp apakah sebaiknya diterima atau tidak.
Saya sendiri selalu membiasakan anak-anak untuk belajar mengambil keputusan. Setiap bentuk keputusan pasti memiliki konsekuensi. Dengan menerima konsekuensi, ia akan belajar juga bertanggung jawab.  Jika saya memberikan jawaban pasti, sama saja dengan saya tidak membiarkan ia tumbuh menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab.
Maka keputusan yang diambil, saya serahkan kembali padanya.



Agak lama juga baginya membuat keputusan. Meskipun sudah saya berikan beberapa masukan. Membuat saya bertanya-tanya apa yang menjadi keberatannya?
Oh ... rupanya ia khawatir uangnya hilang dan harus mengganti. Apalagi tinggal di asrama dengan banyak orang sementara ia tidak memegang kunci gembok kamar. Di sisi lain ia sedang berusaha berhemat "Gak ngerepotin minta uang Ayah terus.."
Dan bukan hanya perkara mengganti, tetapi juga ia tidak ingin menjadi perbincangan jika tidak amanah dalam menjaga uang kas.

Hmm..

"Pengalaman gak bisa dibeli" begitu balasan chatt saya.
"Kalau memang uang hilang bukan karena keteledoran Mas (sapaan saya untuknya), gak usah takut.  Misalnya diambil orang.. kan musibah. Nah yang dijaga bagaimana supaya gak teledor. Belajar gak teledor berarti belajar memegang amanah. Seperti Rasulullah SAW, memegang amanah sampai mendapat gelar Al Amin. Ini yang juga yang modal Rasulullah dalam berdakwah"

Saya ceritakan kembali seperti yang dituliskan oleh Syafii Antonio dalam bukunya "Muhammad SAW The Greatest Inspirator & Motivator" bahwa karakter terpercaya Rasulullah SAW itu tidak hanya masa sebelum diutus menjadi rasul tetapi juga masa sesudahnya.  Terbukti dengan masih banyak masyarakat yang senang "menitipkan" barang-barang berharga mereka ke beliau. Ketika hendak hijrah ke Madinah, beliau memberikan mandat kepada Ali bin Abu Thalib untuk mengembalikan seluruh barang titipan kepada pemiliknya. Bayangkan, bahkan di saat Rasulullah SAW banyak dibenci karena ajaran Islam yang dibawanya, masih tetap dipercaya.

Sudah pasti gelar ini tidak terjadi dengan sendirinya melainkan terwujud dari suatu proses (sebab). Peribahasa mengatakan "Trust is not built in overnight" kepercayaan tidak dibangun dalam 1 malam.

"Mas ingin jadi pemimpin kan? latihannya dari sekarang. Kalau dirasa berat sekali masalah menyimpan uang bicarakan kekhawatiran Mas akan uang dengan yang lain. In syaa Allah akan ada solusi bersama."

Tapi sepertinya ia masih ada yang ia pikirkan. Tak lama ia mengirimkan chatt lagi
"Bu, katanya kalau mau dapat beasiswa kuliah gak harus ikutan organisasi.  Awalnya aku memang mau jadi bendahara buat bekal organisasi, bisa kenalan banyak orang"
Saya membalas chattnya "Memang benar beasiswa bisa aja gak usah ikut organisasi. Tapi Mas mungkin hanya akan ada di pendidikan saja misalnya jadi dosen/pengajar. Kalau mau jadi rektor atau ketua jurusan kan harus ada bekal organisasi karena membawahi dosen-dosen dan karyawan. Pilihan Mas sendiri mau jadi apa nanti.  Kata Pak Rhenald Kasali, Indonesia membutuhkan orang pintar tetapi bukan orang pintar yang sudah selesai/ mandeg. Melainkan mau tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik."


Akhirnya Si Mbarep pun menulis "Aku siap berubah"
Alhamdulillah..
Dan pagi ini saya mendapat kabar ia menerima amanah sebagai bendahara πŸ‘πŸ˜

"Jaga amanahnya ya Nak, berikan kualitas terbaik!"









 

Sabtu, Desember 02, 2017

Jurnal Fasilitator Bunda Sayang Level #5


 MENSTIMULASI ANAK SUKA MEMBACA

Berkaitan dengan kegiatan belajar, membaca merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai anak.  Meski berdasarkan Permendikbud No 17 Tahun 2017 sekolah dasar diwajibkan menerima seluruh siswa tanpa seleksi apa pun (termasuk tes baca) tetap saja lembaga kursus membaca untuk usia balita banjir peminat. Ini dikarenakan masih banyak orangtua yang beranggapan lebih cepat bisa membaca lebih baik. Padahal dalam menguasai kemampuan membaca yang terpenting bagi anak  adalah menumbuhkan rasa suka membaca, bukan sekedar bisa membaca.  Kesukaan membaca akan membuatnya terus bergairah menambah ilmu, tidak berhenti di suatu waktu.
Oleh karena itu Menstimulasi Anak Suka Membaca pun menjadi tema game level #5 bagi para ibu peserta Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional.
Dan selama cawu kedua saya mendapatkan amanah sebagai Fasilitator membersamai Kelas Bunda Sayang Batch #2 Tangerang Selatan.  Kelas yang pesertanya hampir semua aktif dalam berdiskusi dan sering berbagi pengalaman dalam mendidik anak.  Alhamdulillah senang sekali karena saya pun mendapat banyak tambahan Ilmu.

Tantangan Game Level 5 sebagai berikut :

Iqra! Bacalah! Perintah Tuhan pertama kali ini mengingatkan kita bahwa membaca merupakan sebuah proses penting dalam mengenal diri.

Membaca merupakan jembatan ilmu, makanan bagi otak, dan juga bisa melatih imajinasi. Serta banyak lagi manfaat dari membaca.


Yuk, jadikan diri kita teladan bagi anak dan keluarga!

🌴 Jadilah teladan
✅ Jadwalkan family reading time, membacalah bersama anggota keluarga

✅ Buatlah pohon literasi untuk masing-masing anggota keluarga, rimbunkan dengan judul buku yang telah dibaca

✅ Diskusikan dengan anggota keluarga tentang buku yang telah dibaca, gunakan untuk menambah pengetahuan dan merekatkan hubungan dengan anggota keluarga lainnya

πŸ‘¨‍πŸ‘©‍πŸ‘§‍πŸ‘¦ Bagi yang sudah memiliki anak
πŸ“– Jadilah ibu teladan, membacalah bersama anak (sesuai dengan tahapan usia anak).
πŸ“· Dokumentasikan kegiatan membaca anda
πŸ“ Tempelkan judul buku yang telah dibaca pada pohon literasi

πŸ‘« Bagi anda yang belum memiliki anak
πŸ“– Membacalah!
πŸ“· Dokumentasikan kegiatan membaca anda
πŸ’­ Diskusikan dengan suami tentang buku yang sudah dibaca
πŸ“ Tempelkan judul buku yang telah dibaca pada pohon literasi

πŸ‘°πŸ» Bagi anda yang belum menikah
πŸ“– Membacalah!
πŸ“· Dokumentasikan kegiatan membaca anda
πŸ“ Rimbunkan pohon literasi dengan buku-buku yang sudah anda baca.

❕Gunakan hashtag
#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

❗Bagi anda yang menggunakan blog, tambahkan label
Bunda Sayang
Ibu Profesional
IIP
For Things To Change, I Must Change First

πŸ”ΊπŸ”»πŸ”ΊπŸ”»πŸ”ΊπŸ”»πŸ”ΊπŸ”»πŸ”ΊπŸ”»πŸ”ΊπŸ”»πŸ”ΊπŸ”»πŸ”ΊπŸ”»πŸ”ΊπŸ”»πŸ”ΊπŸ”»πŸ”ΊπŸ”»

Membaca tantangan pohon literasi ini, diskusi seru tentang pembuatan Pohon Literasi dan beragam pertanyaan lainnya pun datang, antara lain
  • Apakah bentuknya boleh tidak berupa pohon? 
  • Apakah boleh dihitung beberapa lembar bacaan sebagai 1 daun?
  • Apakah boleh mendapatkan daun jika yang dibaca bukan 1 judul buku melainkan 1 judul artikel elektronik?
  • Apakah boleh yang dibaca buku saku tipis?
  • Apakah boleh membaca buku yang sama, selesai 1 judul, namun berulang-ulang?
dan seterusnya
    Saya menjawab dengan menegaskan kembali sesuai tugas tertulis yang diberikan dalam grup Fasilitator Nasional yaitu "Buatlah pohon literasi (berbentuk pohon) untuk masing-masing anggota keluarga, rimbunkan dengan judul buku (berarti 1 buku, bukan beberapa lembar, bukan artikel, boleh tipis, boleh diulang) yang telah dibaca".

    Selesai diskusi teknis game, maka tahap pengerjaan tantangan game dimulai dengan membuat pohon literasi. Ada yang membuat sendiri, bersama anak, dan atau suami. Ternyata hasil kreativitas pohon literasinya keren-keren. Padahal sebelumnya sempat ragu apakah bisa membuat pohon literasi.  Ini baru pohonnya, belum cerita lucu yang mengiringi pemasangan daun :

    "Anak saya menolak terlibat games baca buku ini.. 🀦🏻‍ padahal tadi cerita mau main games bikin pohon, lalu klo Mirai baca 1 buku nanti daunnya ditempel di pohon itu. Dia protes keras, katanya ga mau main games kayak begini.. maunya baca buku seperti biasa aja. πŸ˜‚πŸ˜‚" (Nareswari)

    "... kmrn pas aku lg ketiduran dia buka2 buku sendiri tau2 pas bangun buku dimana2. πŸ˜…" (Faradilla)

    Dari obrolan selama pengerjaan game saya perhatikan umumnya lebih banyak difokuskan pada anak-anak. Terutama bagi peserta yang masih memiliki anak usia balita yang memang masih harus dibacakan.
    Setiap tugas yang di tag ke saya di sosmed umumnya menunjukkan perkembangan pohon literasi yang semakin rimbun daunnya.

    Masa pengerjaan tantangan pun usai. Kami mulai review tantangan. Saya sampaikan terlebih dahulu review dari Fasilitator Nasional.

    Institut Ibu Profesional
    Review Materi Bunda Sayang sesi #5

    πŸ“š MEMBANGUN KELUARGA LITERASI πŸ“š

    Selamat untuk anda para bunda di kelas bunda sayang yang sudah berhasil menyelesaikan tantangan game level  5.

    Banyak kreasi literasi yang muncul, mulai dari pohon literasi, pesawat literasi, galaksi literasi dll. Semua yang sudah bunda kerjakan di tantangan kali ini sesungguhnya bukan hanya melatih anak-anak dan seluruh anggota keluarga untuk SUKA MEMBACA,  melainkan melatih diri kita sendiri agar mau berubah.

    Seperti tagline yang kita gunakan di tantangan level 5 kali ini, yang menyatakan

    "  for things to CHANGE, I must CHANGE FIRST "

    Sebagaimana yang kita ketahui, tantangan abad 21, tidak cukup hanya membuat anak sekedar bisa membaca, menulis dan berhitung, melainkan kita dan anak-anak dituntut untuk memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung, berbicara dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat di sekitar kita. Kemampuan inilah yang saat ini sering  disebut literasi ( National Instiute for Literacy, 1998 )

    Institut Ibu Profesional akan mendorong munculnya gerakan literasi yang nyata yaitu mulai dari dalam keluarga kita. Apabila seluruh keluarga Ibu Profesional sudah menjalankan gerakan literasi ini maka akan muncul rumah  literasi, muncul kampung literasi, dan insya Allah negara kita dipenuhi masyarakat yang literat. Tidak gampang mempercayai dan menyebarkan berita yang baik tapi belum tentu benar, makin memperkuat struktur berpikir kita, sehingga selalu mengutamakan "berpikir terlebih dahulu, sebelum berbicara, menulis dan menyebar berita ke banyak pihak"

    KOMPONEN LITERASI

    ☘ Literasi Dini ( Early literacy)
    Kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman anak-anak dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.

    ☘ Literasi Dasar ( Basic Literacy)
    Kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengkomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi

    ☘ Literasi Perpustakaan (Library Literacy)
    Kemampuan memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah

    ☘ Literasi Media (Media Literacy)
    Kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.

    ☘ Literasi Teknologi (Technology Literacy)
    Kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi.
    Kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet

    ☘ Literasi Visual (Visual Literacy)
    Pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat


    Keluarga hebat adalah keluarga yang terlibat
    Maka libatkanlah diri kita dalam gerakan literasi di dalam keluarga terlebih dahulu.
    Pahami komponen-komponen literasi, dan lakukan perubahan yang paling mungkin kita kerjakan secepatnya.
    Pohon literasi janganlah berhenti hanya sampai di tantangan materi kali ini saja. mari kita lanjutkan sehingga gerakan ini akan membawa dampak bagi keluarga dan masyarakat sekitar kita.


    Salam Ibu Profesional

    /Tim Fasilitator Bunda Sayang/

    πŸ“šSumber bacaan :

    http://dikdas.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/03/Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah1.pdf
    Clay dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) , 2001
    Beers, dkk, A Principal’s Guide to Literacy Instruction, 2009
    National Institute for Literacy, 1998

    ✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿

    Keesokan harinya saya baru memulai diskusi review.  Tidak seperti diskusi review dalam cawu sebelumnya, kali ini diskusi saya lakukan dalam bentuk pertanyaan yang jawabannya masih berhubungan dengan materi review.

    Saya mulai dengan mengapresiasi pohon literasi rimbun. Ternyata beberapa mengatakan daun yang rimbun lebih banyak berasal dari buku yang dibaca anak, bukan orang tua. Penyebabnya karena memang mendahulukan anak, time management orang tua yang belum tepat, orangtua sendiri belum terbiasa membaca buku, dan lain-lain.

    Jawaban ini memancing pertanyaan-pertanyaan saya berikutnya

    Tanya : Jadi apa aja pelajaran dari membuat pohon literasi kali ini untuk keluarga?

    Tanggapan beberapa peserta :

    "Harus punya target untuk pengembangan diri melalui membaca, khususnya buat mamak dan bapaknya yang rantingnya syepii daun πŸ˜–" (Yesi)

    "Pelajaran dikeluarga kami adalah ayah dan bunda harus "mencontoh" anak yg semangat literasinya lebih tinggi dari pada kami ortunya. Anak yg belum bisa membaca selalu semangat utk dibacain buku, nah kami (ortu) yg sdh bisa membaca malah kadang semangat bacanya kurang... πŸ˜”" (Dwi Yunita)

    "Jiwa berkompetisi banyak2an baca buku sama bapaknya
    kalo sama anaknya jelas kalah mulai tumbuh.
    Bapaknya jd mulai ikutan baca" (Yulita)

    "Jika menginginkan anak yg gemar baca, maka orang tua nya pun harus gemar baca" (Syarah)

    "Orang dewasa pun perlu reward reward kecil sebagai motivasi, demi menempel selembar daun lebih semangat membaca buku, Itu pun akhirnya ga selesai satupun buku dalam 17hari" (Tresna)

    "Menanamkan kebiasaan membaca, cinta literasi.. harus diteladankan dan dibiasakan.. insyaAllah menular..." (Lely)

     "Membuat pohon literasi membuat pengingat saya bahwa hari ini udah baca buku blm yaa...waah daunnya blm nambah2...pas daunnya nambah seneng bgt krn punya 'history' buku yg sudah pernah dibaca. πŸ˜†" (Fasta)


    Tanya : Menarik.. hmm kalau kita terus mendorong anak2 suka membaca sementara anak2 jarang melihat kita membaca bagaimana ya?

    Tanggapan beberapa peserta :

    "maluuu sama anak huhu.." (Yesi)

    "Jd ada alasan kl diminta baca buku: "mami papi jg jarang baca" 😦" (Nika)

    "ada kemungkinan anak menolak atau beralasan  ketika kita mengajak mereka membaca,,,😁😁" (Tya)

    "Anak-anak akan kurang berbinar-binar dalam membaca buku, bahkan bisa menolak membaca buku krn mereka tidak bisa merasakan sesuatu yang menarik dr buku. 😰" (Fasta)


    Tanya : Kira2 gimana dong biar kita juga bisa punya waktu buat baca buku teratur?

    Tanggapan beberapa peserta :

    "Jadwalkan per hari misal stgh jam baca buku" (Nika)

    "Atur jadwal dan target baca buku...
    Misal, setiap mau tidur minimal baca 5 halaman.." (Lely)

    "Menjadikan membaca buku jg prioritas, menjadwalkan dgn teratur" (Yulita)

    "Duuuh ini masalah aq bgt.. Klo ada waktu kosong,, malah buat baca grup atau liat sosmed..
    Untuk baca buku masih beraaatt bgt..
    Tapi semangat klo bacain buku anak..
    Dan anak pun mulai rutin minta di bacain buku.. " (Irma)


    Tanya : Intinya memang harus meluangkan waktu ya buat kita sendiri membaca. Entah pagi, siang, atau malam. Apalagi biar bagaimanapun, "ruh"nya pasti bedalah.. mengajak karena juga melakukan dengan mengajak gak melakukan.
    Sekarang cerita dong .. gimana tanggapan para paksu dengan game literasi ini?


    Tanggapan beberapa peserta:

    "Paksu pun gak mau kalah... Ikutan tantangan juga.. alhamdulillah selama 15hr berhasil menamatkan 4 buku (tipis) πŸ˜πŸ‘πŸ»"
    Waktu diajakin... "abi ga ikutan ya, pusing sama uas"
    Tapi tetep konsisten membacakan buku untuk anak kalau sedang senggang waktunya...
    Kemarin sore, paksu tertegun lihat Alaric bener2 memperhatikan ketika dibacakan buku sama saya, disentuh2 gambarnya, bubling, kayak ngerti...
    Proses tdk mengkhianati hasil yaa..
    Jadinya pengen beli buku lagi biar Alaric makin seneng sama buku... "
    (Lely)

    "Awalnya paksu mengernyitkan dahi mba. Bilangnya, plg kerja udah capek, mami. Tp alhamdulillah stlhnya msh mau sih bacain buku anak" (Nika)

    "Paksu ga mau kalah.
    Awal2 saya WA tiap hari
    "Udah baca buku apa hari ini?" Lama2 laporan sendiri.
    Walopun sebagian besar laporannya adalah "baca buku rekening" πŸ˜’" (Yulita)

    "Paksu emang dasarnya lebih rajin baca dari saya.
    Pokonya bukunya persipilan dan bisnis yg ia suka.
    Kalau pulang dan Ghazi masih bangun, biasanya suka bacain. Krn Ghazi yg nagih" (Ika)

    "Paksu support bgt mba.. Walaupun paksu ga baca samsek.. 😞
    Tapi Paksu dengan senang hati bacain buku buat anak-anak,, dan ikutan beliin buku anak jg.. 😊" (Irma)


    Pertanyaan saya berikutnya adalah apakah gairah membaca buku itu bisa menular? Semua sepakat menjawab "Ya"
    Dari sini bisa disimpulkan bahwa bukan tidak mungkin untuk menjadikan keluarga kita sebagai keluarga yang gemar membaca, karena ayah, ibu, dan anak bisa saling menularkan semangat membaca.  Di akhir diskusi saya tuliskan

    "Inti dari diskusi kita kali ini adalah kita mencoba mengenali lebih dalam apa yang ada dalam keluarga kita masing2, kelebihan dan tantangannya, terkait dengan usaha kita menumbuhkan kesukaan membaca.Sebelum keluarga kita menjadi agen perubahan bagi lingkungan, menularkan gairah membaca" 




    Sumber Bacaan

    • http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/berita/permendikbud-no-17-tahun-2017-tentang-ppdb
    • Diskusi Whatsapp Grup Kelas Bunda Sayang Batch #2 Tangerang Selatan, Fasilitator Farida Ariyani
    • Materi Bunda Sayang Institut Ibu Profesional level #5, oleh Tim Fasilitator Bunda Sayang
    • Review Bunda Sayang Sesi #5, oleh Tim Fasilitator Bunda Sayang