Beberapa pekan ini si Mbarep sedang menimbang tawaran menjadi bendahara kelompok. Bolak balik ia bertanya via whatsaspp apakah sebaiknya diterima atau tidak.
Saya sendiri selalu membiasakan anak-anak untuk belajar mengambil keputusan. Setiap bentuk keputusan pasti memiliki konsekuensi. Dengan menerima konsekuensi, ia akan belajar juga bertanggung jawab. Jika saya memberikan jawaban pasti, sama saja dengan saya tidak membiarkan ia tumbuh menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab.
Maka keputusan yang diambil, saya serahkan kembali padanya.
Agak lama juga baginya membuat keputusan. Meskipun sudah saya berikan beberapa masukan. Membuat saya bertanya-tanya apa yang menjadi keberatannya?
Oh ... rupanya ia khawatir uangnya hilang dan harus mengganti. Apalagi tinggal di asrama dengan banyak orang sementara ia tidak memegang kunci gembok kamar. Di sisi lain ia sedang berusaha berhemat "Gak ngerepotin minta uang Ayah terus.."
Dan bukan hanya perkara mengganti, tetapi juga ia tidak ingin menjadi perbincangan jika tidak amanah dalam menjaga uang kas.
Hmm..
"Pengalaman gak bisa dibeli" begitu balasan chatt saya.
"Kalau memang uang hilang bukan karena keteledoran Mas (sapaan saya untuknya), gak usah takut. Misalnya diambil orang.. kan musibah. Nah yang dijaga bagaimana supaya gak teledor. Belajar gak teledor berarti belajar memegang amanah. Seperti Rasulullah SAW, memegang amanah sampai mendapat gelar Al Amin. Ini yang juga yang modal Rasulullah dalam berdakwah"
Saya ceritakan kembali seperti yang dituliskan oleh Syafii Antonio dalam bukunya "Muhammad SAW The Greatest Inspirator & Motivator" bahwa karakter terpercaya Rasulullah SAW itu tidak hanya masa sebelum diutus menjadi rasul tetapi juga masa sesudahnya. Terbukti dengan masih banyak masyarakat yang senang "menitipkan" barang-barang berharga mereka ke beliau. Ketika hendak hijrah ke Madinah, beliau memberikan mandat kepada Ali bin Abu Thalib untuk mengembalikan seluruh barang titipan kepada pemiliknya. Bayangkan, bahkan di saat Rasulullah SAW banyak dibenci karena ajaran Islam yang dibawanya, masih tetap dipercaya.
Sudah pasti gelar ini tidak terjadi dengan sendirinya melainkan terwujud dari suatu proses (sebab). Peribahasa mengatakan "Trust is not built in overnight" kepercayaan tidak dibangun dalam 1 malam.
"Mas ingin jadi pemimpin kan? latihannya dari sekarang. Kalau dirasa berat sekali masalah menyimpan uang bicarakan kekhawatiran Mas akan uang dengan yang lain. In syaa Allah akan ada solusi bersama."
Tapi sepertinya ia masih ada yang ia pikirkan. Tak lama ia mengirimkan chatt lagi
"Bu, katanya kalau mau dapat beasiswa kuliah gak harus ikutan organisasi. Awalnya aku memang mau jadi bendahara buat bekal organisasi, bisa kenalan banyak orang"
Saya membalas chattnya "Memang benar beasiswa bisa aja gak usah ikut organisasi. Tapi Mas mungkin hanya akan ada di pendidikan saja misalnya jadi dosen/pengajar. Kalau mau jadi rektor atau ketua jurusan kan harus ada bekal organisasi karena membawahi dosen-dosen dan karyawan. Pilihan Mas sendiri mau jadi apa nanti. Kata Pak Rhenald Kasali, Indonesia membutuhkan orang pintar tetapi bukan orang pintar yang sudah selesai/ mandeg. Melainkan mau tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik."
Akhirnya Si Mbarep pun menulis "Aku siap berubah"
Alhamdulillah..
Dan pagi ini saya mendapat kabar ia menerima amanah sebagai bendahara 👍😍
"Jaga amanahnya ya Nak, berikan kualitas terbaik!"
Senin, Desember 04, 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Comments:
Posting Komentar
Haiii.. tanpa mengurangi keakraban, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan yaa.. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi