Senin, Januari 29, 2018

Jurnal Fasilitator Level 8

Alhamdulillah tiba juga di game ke-8 yang merupakan game terakhir pada cawu 2 Kelas Bunda Sayang Ibu Profesional.  Tema game kali ini tentang cerdas finansial.  Menjadi tantangan bagi para ibu profesional yang masih memiliki anak-anak usia balita untuk mengajak anak-anak ini mulai mengenal dan miliki kecerdasan finansial. Demikian juga bagi para ibu yang sudah memiliki anak-anak usia remaja namun belum pernah dikenalkan secara detail tentang kecerdasan finansial, selain hemat dan menabung. Di satu sisi, game ini membuka wawasan baru seputar cerdas finansial.

Institut Ibu Profesional
Kelas Bunda Sayang sesi #8

MENDIDIK ANAK CERDAS FINANSIAL SEJAK DINI

Apa itu Cerdas Finansial?

Menurut para ahli cerdas finansial adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan dan mengelola keuangan.

Apabila disesuaikan dengan konsep di Ibu Profesional bahwa uang adalah bagian kecil dari rejeki, sehingga dengan belajar mengelola uang artinya kita belajar  bertanggungjawab terhadap bagian  rejeki yang kita  dapatkan di dalam kehidupan ini.

Apa pentingnya cerdas finansial ini bagi anak-anak?

Di Ibu Profesional, kita memahami satu prinsip dasar dalam hal rejeki yaitu,

Rejeki itu pasti, kemuliaanlah yang harus dicari

Ketika anak sudah paham konsep dirinya, maka kita perlu menstimulus kecerdasan finansialnya agar :

Kemuliaan Anak Meningkat

dengan cara :

a. Anak paham konsep harta, bagaimana memperolehnya dan memanfaatkannya sesuai dengan kewajiban agama atas harta tersebut.

b. Anak bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan sendiri.

c. Anak terbiasa merencanakan (membuat budget) berdasarkan skala prioritas.

d. Anak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

e. Anak memiliki rasa percaya diri dengan pilihan "gaya hidup" sesuai dengan fitrahnya, tidak terpengaruh dengan gaya hidup orang lain.

f. Anak paham dan punya pilihan hidup untuk menjadi employee, self employee, bussiness owner atau investor.

Bagaimana Cara Menstimulus Cerdas Finansial pada Anak?"

1. Anak-anak perlu dipahamkan terlebih dahulu bahwa rejeki itu datang dari Sang Maha Pemberi Rejeki,  sangat luas dan banyak, uang/gaji orangtua itu hanya sebagian kecil dari rejeki.

Sehingga jangan batasi mimpi anak, dengan kadar rejeki orangtuanya saat ini.

Karena sejatinya Anak-anak adalah milik Dia Yang Maha Kaya, bukan milik kita

Sehingga kalau akan minta sesuatu yang diperlukan anak, mimpi sesuatu,  mintalah ke Dia Yang Maha Kaya, bukan ke manusia,  meski itu orangtuanya.

2. Ajak anak berdialog tentang arti KEBUTUHAN dan KEINGINAN

Kebutuhan adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda

Keinginan adalah sesuatu yang bisa ditunda.

Bantu anak-anak membuat skala prioritas kebutuhan hidupnya berdasarkan dua hal tersebut di atas.

3. Setelah paham dengan prioritas kebutuhan hidupnya, maka latih anak untuk membuat "mini budget", sebagai bentuk latihan merencanakan berdasarkan skala prioriitas

Mini budget ini bisa dibuat 3 harian, 1 minggu atau 1 bulan bergantung pada kemampuan dan usia anak.

Dengan adanya mini budget ini anak akan berkomitmen untuk mematuhi apa yang sudah disepakati, kemudian bertanggung jawab menerima konsekuensi apapun atas kesepakatan yang sudah dibuatnya

4. Anak dilatih mengelola pendapatan berdasarkan ketentuan yang diyakini oleh keluarga kita.

Contoh : Apabila mini budget sudah disetujui oleh orangtua, dana sudah keluar,  anak-anak akan belajar memakai ketentuan yang sudah disepakati keluarga misal kita ambil contoh sbb:

Hak Allah : 2,5 - 10% pendapatan
Hak orang lain : max 30% pendapatan
Hak masa depan : min 20% pendapatan
Hak diri sendiri : 40-60% pendapatan

5. Lakukan apresiasi setiap anak menceritakan bagaimana dia menjalankan mini budget sesuai kesepakatan.

Latih lagi anak-anak untuk membuat mini budget berikutnya dengan lebih baik.

Prinsipnya adalah : Latih - percayai-jalani-supervisi-latih lagi.

Ingat sekali lagi prinsip di Ibu Profesional

for things to CHANGE, I MUST CHANGE FIRST

Apabila kita menginginkan perubahan maka mulailah dari diri kita terlebih dahulu.

Maka sejatinya materi ini adalah proses kita sebagai orangtua agar cerdas finansial dengan cara learning by teaching belajar mengajar bersama anak-anak. Jadi yang utama harus belajar tentang cerdas finansial ini adalah kita, orangtuanya, kemudian pandu kecerdasan finansial anak-anak kita sesuai tahapan umurnya.

Salam Ibu Profesional,

/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

๐Ÿ“šSumber bacaan

Ahmad Gozali, Cashflow for muslim, 2016

Septi Peni Wulandani, Mendidik Anak Cerdas Finansial, bunda sayang, 2015

Eko P Pratomo, Cerdas Finansial, artikel Kontan, 2015

❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦❦


Diskusi Materi

Ada 3 pertanyaan terkait materi ini

1.  Yani, izin bertanya ttg anak cerdas financial bagaimana ya stimulus untuk anak usia 2 tahun ?

2. Beta - Pamulang
  1. Anak saya berumur 2 tahun 10 bulan. Apakah bijak apabila anak seusia tersebut diberi tanggung jawab dalam pembelanjaan uang? Contoh tempo hari dia ingin membeli roti di tukang roti keliling, kemudian saya memberikan uang dan mengamati dari jauh bagaimana prosesnya.
  2.  Apa yang dimaksud dengan tidak membatasi mimpi anak dengan kemampuan finansial kita?
3.  Nilla
  1. melatih anak agar cerdas secara finansial itu dari usia berapa?
  2. Metode apa yg dapat digunakan untuk melatih anak agar cerdas secara finansial untuk anak usia 7th dan 2 th?

Pembahasan 

Tanggapan dari peserta

Tary : Bantu jawab yg no 2 mbak Beta. Sepaham saya, ini lebih ke membangung kepercayaan diri anak mbak, jauh melintasi keterbatasan apapun yg dimiliki ortunya, terutama soal materi. Misal anak saya, Bu aku mau sekolah ke Amerika, kalau sudah lulus aku mau jadi Sopir Bis Jakarta-Bandung. Spontan dalam hati, atuhlah rugi bandar ini Ibumu, udah sekolah ke amerika duit darimana? Eh pulang malah jd sopir bis AKAP. Cuma demi menyemangati dan mendengarkan apapun impiannya, saya iyakan dan saya support. Siapa tau beneran ke Amerika, dan pulang2 jd expert di bidang per-bis-an kan? Aammiiinn. Berapa banyak orang sukses yang berasal dari keluarga kurang mampu? Banyak sekali..saya yakin kesuksesan mereka bukan modal uang, tapi modal doa, keyakinan, dan kerja keras orangtua dan anak yang tumbuh jd pribadi yang optimis dan pantang menyerah

Tanggapan Fasilitator

Sebelum membahas lebih lanjut saya ajak peserta melihat kembali tabel tumbuh kembang anak, apa saja yang bisa dilakukan oleh anak usia 2 tahun? saya ajak juga mengamati anak sendiri saat berusia 2 tahun. Beberapa memberikan tanggapan :

➥ Menurut saya sudah sih mba, meskipun dia belum tau nilai uang misal 2000, 5000 tp paham kalau kita beli sesuatu di toko ada yg kita kasih ke toko itu (berupa uang atau kartu)

➥Sudaaah...
Anak saya 2,5 tahun sudah tau kalo mau beli sa*i roti, minta uang emaknya dulu...
Jadi sudah paham bahwa pembelian, membutuhkan alat pembayaran 


➥Seperti nya sudah, salah satu ciri kognitif anak 2 tahun berdasar artikel adalah mampu mengelompokan, mengurut, dan menghitung



Fasilitator :
iyaa baru sampai pada tahap uang sebagai alat bayar , bisa mengelompokkan..mana uang logam dan kertas.. mana uang biru sama merah.. tapi belum bisa mengenal penggunaan nominal uang tertentu dan secara umum belum mampu berhitung penambahan dan pengurangan sederhana.
kita bandingkan dengan anak usia 3 tahun.. sudah bisa kita ajak menjumlah dan mengurang 1-5?


Dari diskusi pertanyaan ini akhirnya mulai dipahami mengapa kecerdasan finansial banyak disarankan untuk dikenalkan mulai saat anak berusia 3 tahun.



Sementara untuk anak berusia 2 tahun,  kita bisa ajak anak mengelompokkan uang, mengenal angka yang tertera, dst.  Tentang pertanyaan mbak Beta, memberikan tanggung jawab.. mari kita lihat dulu.. si 2 tahun kita minta membeli tujuan utamanya apa? mengenal fungsi uangkah? atau melatih keberanian? atau jika ingin melatih tanggung jawab..maka tanggung jawab seperti apa yang kita inginkan bisa ia lakukan? dengan tetap melihat pada kemampuan logis tumbuh kembang anak usia 2 tahun

Untuk pertanyaan mbak Beta yang kedua, tentang tidak membatasi mimpi, saya menambahkan penjelasan mbak Tary. Mengapa tidak dibatasi, karena ini juga berkaitan dengan konsep rejeki. Sekarang keadaan kita secara finansial kurang misalnya.. tapi wallahu'alam bahkan detik berikut pun bisa berubah jika Allah kehendaki demikian. Inilah yang justru membuat kita berani bermimpi, tidak membatasi mimpi, karena rejeki itu ditetapkan oleh Allah, bukan kita.
Berikutnya yang perlu kita lakukan adalah ikhtiar, termasuk di dalamnya membuat perencanaan, agar mimpi tsb terwujud

Pertanyaan dari mbak Nilla yang pertama dan kedua ada yang sudah otomatis terjawab. Tinggal stimulasi untuk anak usia 7 tahun.  Hal yang bisa dilakukan adalah mulai bisa mengajarkannya pos-pos pengeluaran,  menabung, teliti dan membandingkan harga sebelum membeli, berhemat, dan berbagi. Lebih baik lagi kalau di akhir pekan atau akhir bulan kita ajak ngobrol santai, membahas/mengevaluasi keuangannya
Membuat template sederhana juga bisa dilakukan untuk melatih pencatatan keuangan pribadi

Di pertengahan pengerjaan game, ketua kelas mengusulkan untuk mengundang peserta kelas bunsay dari Cilegon untuk berbagi cerita.  Namanya Eria Novitasari.  Postingan pengerjaan tugas bunsay cerdas finansialnya di facebook sempat menjadi viral. Ini yang membuat kami semua ingin belajar dari beliau. Berikut cuplikan sharingnya :

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Halo sahabat Tangsel, bagaimana kabarnya?

Perkenalkan, nama saya Eria Novitasari. Ada yang manggil saya Eri, Eria, Neng, atau madam. Semuanya ada sejarahnya. ๐Ÿ˜

Saya lahir dan besar di kaki gunung Pulosari Pandeglang, usia saya saat ini 30th.

 Saya anak bahagia dari seorang guru SD, Dan saya istri bahagia dari seorang accounting juga saya ibu bahagia dari ketiga buah hati saya yang sering saya sebut SaKaZhie.
Dan mohon do'anya, sekarang sedang menanti kelahiran adiknya sakazhie.

Saya mengenal IIP tahun 2016, dan ikut matrikulasi batch #3, kemudian lanjut mengabdi dan melayani dengan menjadi PJ rumbel kota cilegon dan PJ parenting, selain itu, saya ditantang juga  untuk belajar menjadi fasil di matrikulasi batch#5 sekarang.

Kegiatan harian saya hanya membersami anak, ngefasil, dan  sesekali  mengurusi usaha produk pangan lokal.

Saya diundang kesini karena status facebook yang membuat saya dibully ribuan orang ya?
Alhamdulillah jadi banyak saudara dari status tersebut.
Selalu ada hikmah dibalik kejadian.


Saya melihatnya karena mereka tidak memahami esensi dari postingan saya.
Jadi, saya non aktifkan itu notif postingan yang itu ketika komen mencapai 100.
Jika tetap On, akan sangat mengganggu. 


Saya cerita dari sini ya.

Ketika menerima materi tentang cerdas finansial, saya langsung menerima dengan semangat. Ini materi Gue Banget.

Saya fahami sedikit demi sedikit.

Saya bertanya pada diri sendiri.

Ya, selama ini saya sudah praktekan ini semua.

Sehingga di tantangan day1 saya tidak langsung menulis tentang pengenalan tabungan pada anak. Tapi saya menulis tentang uang adalah sebagian kecil dari rejeki.

Dan Allah maha kaya, jika kita membutuhkan sesuatu, bukan suami atau pasanganlah yang menjadi tempat kita meminta, tetapi Allah yang maha kaya lah tempat kita meminta.


Selanjutnya di day 2 ,
Karena saya sadar, pemasukan dari suami hanya cukup untuk kebutuhan prioritas. Maka saya buat ilustrasi seperti itu.


Day 3 saya buat bagaimana kita menggantungkan segalanya pada Allah, termasuk mencukupkan segala kebutuhan.

Day 4 saya bercerita tentang bagaimana minhaitsu la yahtasib itu saya dapatkan.

Baru kemudian saya mengenalkan nilai uang ke anak,
Mengenalkan mana kebutuhan, mana keinginan.
Dan bagaimana supaya kita bisa memenuhi kebutuhan kita.
Selanjutnya saya bercerita sampai anak bisa belanja ke warung tanpa upah.
Belanja ke supermarket tanpa melebihi budget yang direncanakan.
Dan berusaha menahan anak anak jajan, dengan membuat makanan cemilan bersama anak anak di rumah.
Itu yang saya post dari day 1 - 10


Saya baru membuat presentasi untuk Allah dan orang tua saja.

Lainnya sesuai kebutuhan.
Dan setiap bulan itu selalu berbeda.
Karena kadang kita beli kecap untuk satu bulan, ternyata gak habis. Otomatis pengeluaran untuk bi kecap itu bisa masuk ke pos lain.

Intinya, kita buat catatan untuk kontrol saja.
Dan komitmen.


Taukah mba,, karakter saya adalah:
Tidak Meminta
Jadi, meski uang habis di tanggal belasan, saya gak pernah terbuka ke suami. Saya gak pernah minta tambahan ke suami.
Saya berusaha menerima apa yang sudah suami kasih diawal.
Tapi saya yakin pada Allah.
Allah akan datangkan lewat jalan lain.


Tentu saja yang juga menarik perhatian dari kami adalah bagaimana cara mbak Eria menyikapi perundungan di sosmed.
Dengan santai, mbak Eria menjawab :

Di day 1 saya tag suami.
Day 2 saya gak tag suami. (Entah mengapa)

Saat komen saya baru ratusan, saya cerita.
Suami menanggapinya sebagai tantangan, mungkin ummi akan naik daun..
Sambil becanda. ๐Ÿ˜‚


Saya adem ayem mbak,, alhamdulillah Allah melindungi.
Saya gak baca komen komen itu. ๐Ÿ™ˆ
Saya matikan notifnya.
Dan saya beberapa kali dijapri teman teman.
Mereka menanyakan keadaan saya.


Saya gak minta karena suami posisinya sebagai accounting yang diamanahi uang milyaran mbak.
Dari awal menikah saya berprinsip bahwa saya tidak akan bebankan materi pada suami.
Saya tidak mau ada cerita => istri dibalik hancurnya suami.
Dari situ saya selalu berusaha menyelesaikan masalah keuangan sendiri.

Ya, saya jualan dari rumah mbak. 


Alhamdulillah banyak sekali hikmah yang kami semua dapatkan dari cerita mbak Eria. Sungguh menginspirasi! 
Suami memang bukan mesin ATM.
Keyakinan kita akan rejeki yang Allah berika,n menjadikan kita lebih tenang dan fokus dalam mengatur keuangan keluarga dan mendidik anak-anak agar memiliki kecerdasan finansial juga. 







Review Materi Sesi 8

CERDAS FINANSIAL IBU  BERPENGARUH PADA ANAK

Bunda, terima kasih sudah menyelesaikan tantangan di kelas bunda sayang yang ke #8 kali ini. Kita sudah melewati 2/3 perjalanan kita.

Sejatinya di materi kali ini kita ditantang untuk menjadi cerdas finansial dengan cara memandu anak-anak  ( Learning by Teaching).

 Maka langkah yang kita ambil adalah memahamkan diri kita terlebih dahulu  bahwa uang adalah bagian kecil dari rezeki.

Selanjutnya belajar mengelola uang, membaginya kepada yang berhak, membedakan keinginan serta kebutuhan.

Kita sedang tumbuh bersama anak dengan menjadi teladan, sehingga anak ikut belajar mengelola uang dan bertanggung jawab terhadap bagian rezeki yang didapatkan di dalam kehidupan ini.

Maka kuncinya adalah mulai dari orangtuanya.

Salah satu peran kita sebagai Ibu bukanlah untuk mengkhawatirkan rizqi keluarga, melainkan menyiapkan sebuah jawaban “Dari Mana” dan “Untuk Apa” atas setiap karunia yang diberikan kepada anak dan keluarga kita.

Peran tersebut perlu ilmu.

Hargai dengan baik segala ikhtiar pekerjaan menjemput rejeki,  baik yang kita lakukan maupun yang dilakukan pasangan kita. Hal ini membuat penghasilan yang akan diterima akan lebih berharga

Anak-anak harus paham, tidak ada pekerjaan yang hina di muka bumi ini selama untuk menjemput rejeki yang halal.

Habiskan uang di jalan yang benar

Kebiasaan lama kita adalah menyisakan uang agar bisa menabung, investasi dan lain-lain. Namanya menyisakan pasti kecil.

Maka ubah dengan cara merencanakan dengan baik, dan habiskan uang di jalan yang benar.

Contoh :

Cashflow orang yang bermental miskin

Pendapatan 100

Pengeluaran:
Shopping 57,5
Cicilan hutang 30
Sosial 2,5
--------------------------------
Sisa 10 baru ditabung

Cashflow orang yang bermental kaya

Pendapatan 100

Pengeluaran :
Zakat, infaq, sedekah 2,5
Cicilan hutang 30
Investasi 10
Kebutuhan pribadi  57,5
---------------------------------------
Sisa 0

Dua cashflow di atas angkanya sama tapi beda.

Di cashflow orang yang bermental miskin, pengeluaran pertama adalah untuk memenuhi hak diri sendiri dulu, baru hak orang lain ( cicilan hutang dsb), hak untuk Allah, apabila ingat, dan sisanya baru ditabung atau investasi.

Sedangkan cashflow orang yang bermental kaya, sudah siap menghabiskan pendapatannya di jalan yang benar, dengan prioritas sbb :
☘Hak Allah terlebih dahulu ditunaikan.
☘Menyelesaikan hak orang lain (mis :cicilan hutang)
☘Menganggarkan untuk investasi
☘Baru memenuhi kebutuhan kita sendiri

Habis tak bersisa.

Pertanyaannya sekarang,

Ingin memiliki anak-anak yang bermental kaya atau bermental miskin?

Mental ini akan menentukan gaya hidup seseorang. Orang yang bermental kaya selalu ingin berbagi, meninggikan kemuliaan dengan tangannya di atas meski pendapatan yang diterima kecil.

Sedangkan orang yang bermental miskin, selalu berharap menerima sesuatu, lebih merelakan tangan di bawah meski pendapatannya besar.

Orang yang bermental miskin membeli sesuatu sesuai "selera" dan membeli di saat "bisa"

Orang yang bermental kaya membeli sesuatu sesuai "fungsi"  dan membeli di saat "perlu".

Sebenarnya,

Biaya hidup itu murah, yang mahal adalah gaya hidup

Selamat berproses, karena cerdas finansial, tidak hanya berkaitan dengan cashflow dan rupiah yang kita catat, tapi lebih dari itu,  erat kaitannya dengan mendidik mental anak kita dan menanamkan pola gaya hidup yang benar.

Salam Ibu Profesional,

/Tim Fasilitator Bunda Sayang Nasional/


๐Ÿ“šSumber Bacaan :
Ahmad Ghozali, Habiskan Saja Gajimu, Jakarta, 2010

Institut Ibu Profesional, Bunda Produktif, 2015

❧❧❧❧❧❧❧❧❧❧❧❧❧❧❧❧❧❧❧❧❧❧

Kami memulai diskusi review tantangan game dengan membahas kembali apa yang bisa diambil pelajarannya dari yang sudah disampaikan tamu kelas, Mbak Eria, di pekan sebelumnya.
Beberapa menjawab tentang perlunya pemahaman yang baik dari seorang ibu tentang cerdas finansial sebelum membahasnya dengan anak dan adanya perencanaan yang baik.

Saya sendiri menekankan pada pentingnya pemahaman konsep setiap game terlebih dahulu, kemudian memikirkan apa yang bisa diaplikasikan pada keluarga, sebelum akhirnya membuat rencana kegiatan.
Demikian pula halnya dengan game level #8 ini.
Apa yang disampaikan mbak Erie menjadi pengingat pentingnya sebuah pemahaman konsep.

Sebagai penutup review, saya meminta peserta menjawab pertanyaan berikut :

"Seorang ibu berperan sebagai manajer keuangan dalam keluarga. Sebagai evaluasi diri, mental apakah yang harus dimiliki dalam menjalankan perannya tersebut?"

kaitkan dengan keunikan keluarga masing-masing dan ini sekaligus merupakan evaluasi pribadi kita setelah mengerjakan game level #8

Tanggapan :

 1. Nika
- Mental orang kaya (spt yg ada di review) spy hak orang lain dulu terpenuhi, menabung, baru kebutuhan keluarga
- Mental kacamata kuda: tidak perlu lihat kanan kiri, fokus pada keluarga sendiri saja bila tentang pengeluaran/pemasukan. Jangan bandingkan dg keluarga lain
- Mental baja: mau orang lain berkomentar apa pun ttg cara kita me-manage keuangan keluarga, selow aja sistah. Kita yg lebih tau apa yang dibutuhkan keluarga sendiri

2. Fasta
Mental bersyukur atas apapun materi yang kita punya dan terima. Memanfaatkannya untuk kebaikan dan menyusun skala prioritas dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga ❤

3. Ika
Mental Tangguh. Untuk menjalankan perencanaan. Tangguh dari tanggapan di luar keluarga inti. Tangguh dalam godaan tentunya๐Ÿ˜

4. Dwi Yunita
- Mental pembelajar : selalu berusaha untuk menjadi lebih baik, tidak cepat patah semangat.

5. Atti
Mental pembelajar. Selalu pahami ilmu dan konsep sebelum melakukan sesuatu. Sehingga evaluasi rencana/konsep yang tidak sesuai bukan suatu beban tapi salah satu cara untuk lebih baik. Termasuk evaluasi terhadap konsistensi, komprod untuk menjalankan cerdas finansial, dll

6. Yani
Mental Sabar, sabar itu sanggup menahan dan mengendalikan diri dr emosi jg keinginan, bertahan dlm situasi sulit tanpa mengaluh dan fokus pd solusi, kokoh dlm tekad dlm perbaikan diri dan terus semangat belajar. ๐Ÿ˜Š

7. Marisa
Disiplin dan konsisten. Serta melakukan perbaikan terus menerus.

8. Tary
Mental Open Minded
Seorang Ibu dalam kondisi apapun harus mampu melihat dari berbagai persepsi, mau mengakui kekurangannya, dan berusaha memperbaiki yg sudah ada.

9. Tresna
 Rasa syukur, sehingga mampu mencukupkan dari rejeki yang di dapat, serta disiplin dalam melaksanakan perencanaan yang sudah dibuat

10. yulita
Positive thinking pada Allah dan optimis.
Agar kita tidak perlu ragu dgn jaminan rezeki dari Allah Sang Pemberi Rezeki.
Sehingga dalam usaha mencari rezeki, tak pernah lupa untuk memohon ridhonya..

11. Akmalia
Mental Syukur dan Sabar.
Bersyukur dengan memanfaatkan segala Karunia yang Allah berikan dengan sebaik baiknya dan Bersabar menahan keinginan dari hal yang tidak dibutuhkan.

12. Lely
Disiplin, sabar, syukur dan optimis.
Seorang ibu perlu disiplin dalam 'mengeksekusi' keuangan sesuai dg yg direncanakan, dapat memilah dan memilih antara  kebutuhan dan keinginan. Selain itu perlu juga adanya kesabaran dalam "melihat rumput tetangga yang (kelihatannya) lebih hijau" atau bisikan-bisikan nyinyir, tenang pasti usaha dan ikhtiar tidak mengkhianati hasil. Tak lupa, rasa syukur dan optimis pada rezeki yang telah Allah berikan sehingga merasa cukup dalam segala hal.

13. Lita
Ibu yang "bermental kaya" akan menyusun keuangan dengan cermat, mendahulukan keperluan yang wajib.
Berusaha disiplin dan cermat agar jelas pengeluaran Dan pemasukannya

14. Faradilla
๐Ÿ”† Mental ikhlas.
Niatnya mudah, pelaksanaannya itu yg butuh persistensi.
Dgn mental ikhlas, seorang ibu akan menjalani peran sbg manajer keuangan dgn riang gembira.
Jika sudah riang melakukannya, insya allah penerapan ilmunya dalam kehidupan sehari2 akan lebih maksimal.
๐Ÿ”† Mental sederhana
Memilah mana yg kebutuhan yg penting, mana yg genting, mana yg bisa diundur, & mana yg bukan kebutuhan.
Kmudian bs terciptalah keuangan keluarga yg rapih dan sesuai visi misi.
Insya allah dgn punya mental sederhana jd bs meminimalisir rasa iri & dengki, rasa ingin punya juga (yg kaya orang lain)atau bahkan ingin punya lebih dr orang lain. Sehingga kita bs terhindar dr kompetisi salah kaprah peribuibuan.
Merealisaaikan praktek "meningkatnya pendapatan tidak berbanding lurus dgn "kebutuhan" (gaya hidup)".
Insya allah, bs menjadi pribadi yg "Disaat sedikit bersyukur, disaat banyak lebih bersyukur".
Amin.

15. Nareswari Putri
Mental "nrimo".
Bisa merasa cukup disaat banyak godaan datang itu penting. Kalo kita merasa cukup, in Sha Allah Mental "Membumi"
Manusia selalu diuji apakah bisa naik " level " atau stuck. Semacam game RPG, makin ditempa makin naik level.  Begitu pula dengan level kesabaran/keimanan/keikhlasan dll, Kalau kita membumi, di level apapun kaki kita tetap menyentuh bumi.
Aplikasi luas : biar ga clamitan kalo ada uang dikit beli barang.

16. Fara
* Mental disiplin, konsisten
Perencanaan keuangan, sudah sering dibahas sama suami. Pelaksanaan nya yg butuh disiplin dan konsisten
*Mental bersyukur dan menerima
Bersyukur dengan kondisi diri, keluarga, keuangan keluarga.
Menerima, bahwa rezeki dari Allah, sekian, tidak iri dengan rezeki orang lain.
Mengatur keuangan sesuai dengan rezeki kita, tidak nambah dari pos hutang, kredit, dkk.

17. Yesi
Jawaban :
Sebagai manajer keluarga, mental utama yang harus dimiliki adalah
Mental Keteladanan. Bahwa sejatinya Mental anak adalah Cerminan dari Mental Orangtuanya. Bagi anak, orangtua adalah sosok paling sempurna, maka untuk menyajikan kesempurnaan di mata anak, orangtua dituntut untuk menjadi contoh terbaik bagi anaknya.

18. FINA
- Syukur atas nikmat yg diberikan baik materi maupun non materi. Diawali dgn pembiasaan mengucap alhamdulillah di setiap kesempatan sehingga aura kesyukuran terasa di hati, lisan dan perbuatan.
 - Berbagi dengan sekitar dan membantu sesama yang membutuhkan sebagai salah satu implementasi syukur itu sendiri.

19. Erna
Bersyukur dan disiplin..bersyukur atas setiap rezeki yang diterima sehingga selalu merasa cukup dengan mengelola dan memanfaatkannya dengan baik, serta disiplin melaksanakan perencanaan yang telah dibuat.

20. ismi
Mental syukur dan sabar
Bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah akan membuat kita meresa cukup dan bahagia
Serta sabar atas setiap keadaan insya Allah dg kesabaran Allah akan tambah nikmatnya bagi orang2 yg sabar

21.  Tutik
Mental bersyukur,  bahwa rezeki yang Allah berikan kepada keluarga kita,  pasti sesuai dengan kadar kebutuhan hidup keluarga,  dan berusaha tidak membandingkan dengan keluarga lainnya,  karena semua sudah ada takaran nya...
Dengan mental bersyukur pula,  kita menyadari bahwa banyak  orang yang mungkin tidak seberuntung kita,  sehingga kita berprinsip tangan diatas lebih baik daripada tangan di bawah.  Dengan keyakinan,  semakin banyak kita memberi,  insyaAllah Allah akan mengganti nya dengan yang lebih baik...

22. Lafra
Mental Cermat. Cermat dalam perencanaan keuangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Cermat dalam memilah kebutuhan dan keinginan.

23. Tya Navratilova
Mental Bijak ▶ Bijak dalam mengelola keuangan rumah tangga, keluarkan kebutuhan sesuai priotitasnya. Tutupmata dengan kehidupan orang lain yang lebih dari kita, bersyukur ketika melihat orang lain yang serba kekurangan. Dan tidak lupa untuk berbagi, karena tabungan yang paling berlipat ganda adalah berbagi. ๐Ÿ˜‰

24. Wulan Agustina
Mendahulukan prioritas, ibu yang bijak akan selalu berusaha mengutamakan hal yang terpenting terlebih dahulu baru printilan-printilan lain yang sesuai dengan nomor urut prioritas. Selain itu, memberi keteladanan pada anak bahwa rezeki yang kita miliki bukan sepenuhnya milik kita.

25.  Irma
Saya harus punya mental ikhlas, sabar, sederhana dan penyemangat.
Disaat suami lagi dirumah kaya sekarang saya harus ikhlas menerima kenyataan.
 sabar menanti datangnya rejeki dari manapun dan kapanpun.
sederhana dalam gaya hidup, ga perlu iri liat rumput tetangga yang lebih hijau.
penyemangat suami apapun usaha yg dilakukannya. Dengan begitu saya akan lebih bersyukur atas nikmat yg di beri, lebih berhemat lagi, lebih produktif lagi dan harus tau yang harus di prioritaskan.

26. yopi tessa
Saya harus mempunyai mental cermat. Harus cermat, teliti mengatur keuangan. Harus bisa, selalu menyisihkan uang yang masuk, mempos-poskan anggaran.
Saya juga harus mempunyai mental bersyukur. Bersyukur atas rezeki yang didapat, berbagi nikmat yang Allah berikan. Bahwa roda itu berputar, kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti...

27. Syarah Syafira
Sebagai Manager Keuangan Keluarga seorang ibu harus memiliki
- mental kaya
Mendahulukan hak Allah, hak orang lain sebelum untuk diri sendiri
- mental disiplin
Disiplin terhadap perencanaan keuangan yg sdh dibuat
- mental syukur
Mensyukuri apapun dan berapapun yang diperoleh.

28. wenti indrianita
Sebagai manajer keuangan, maka seorang ibu harus memiliki perencanaan. Tahu kebutuhan yg jadi prioritas. Cermat dalam pengaturan dn mampu mengingatkan dirinya sendiri maupun semua anggota keluarga terkait konsep rizki, keinginan untuk tidak berlebihan dan rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan.

29. dwi r.r a.
Sebagai manajer keuangan, maka seorang ibu harus bermental kaya, selalu merasa cukup dan bersyukur, tau prioritas dan disiplin dengan rencana yg dibuat serta jangan pernah lelah untuk selalu mengingatkan seluruh anggota keluarga ttg bagaimana mensyukuri rezeki Allah dan selalu berada pada koridor rencana anggaran yg telah disepakati.

30. ami
Seorang ibu berperan sebagai manajer keuangan dalam keluarga. Mental sabar&syukur, selalu ikhlas, mengetahui prioritas, dan tujuan dari keluarga ini.

Semoga setiap sikap mental yang ditulis dengan penuh kesadaran ini semakin melekat pada diri peserta kelas Bunda Sayang Tangerang Selatan, ditularkan dan dimiliki juga oleh keluarga kecil tercinta.. Aamiin

Sumber bacaan

Materi Kelas Bunda Sayang, Institut Ibu Profesional
Diskusi Kelas Bunda Sayang Batch 2Tangerang Selatan
http://tokobaca.com/id/baca-artikel/51_Tahap-Perkembangan-Anak-Usia-2-Tahun.html
http://www.bethkobliner.com/moneyasyougrow/

0 Comments:

Posting Komentar

Haiii.. tanpa mengurangi keakraban, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan yaa.. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi