Mengikuti beberapa kelas di Hexagon City tentang self care, menyimak kajian, sepertinya cukup berefek pada saya untuk lebih memperhatikan perasaan dan pikiran. Dan pagi ini rasanya ingin duduk di pojokan sebentar.. Saya sampaikan ke teman satu tim, "aku melipir dulu ya". Alhamdulillah ia mengerti. Alhamdulillah besok ada pesanan nasi bungkus juga. Jadi saya punya pengalih yang produktif sambil mencoba menelusuri jejak rasa..
Kenapa ya kok uring-uringan?
Suara-suara di hati saya masih saja protes begini dan begitu..
Kenapa ada rasa gak dihargai?
Kok saya jadi minta dihargai begini ya?
Haduh kok saya sombong,
Ada rasa ingin diakui apa yang diberi ,
Lalu mengapa saya tidak mengikhlaskan?
Astaghfirullah..
Padahal yang saya miliki sejatinya bukan milik saya sendiri
Dan jika ada kebaikan yang saya berikan sejatinya pula berasa dari kebaikanNya
Sambil memasak saya mendengarkan Ngaji Filsafat yang mengangkat tentang Semar, Sang Ponokawan. Penah dengar tentang Semar? itu lho tokoh dalam wayang digambarkan badannya besar, seperti membungkuk. Tangan kanan ke atas, tangan kiri ke belakang. Saya baru tahu ternyata itu ada makna simbolis di balik posisi tangan yang demikian, menunggu anugerah dari. Allah tetapi jika sudah diperoleh dibagikan ke bawah. Termasuk anugerah Allah yakni kepintaran, bakat, kapasitas, ilmu yang kita miliki adalah anugerah dari Allah. Wajah Semar sendiri terlihat sebagai wajah orang tua namun ia memiliki jambul/kuncung seperti anak-anak. Ini ternyata juga merupakan perumpaan seorang insan kamil yang mempunyai pikiran jernih seperti anak-anak namun matang seperti orangtua. Mata semar digambarkan berkaca-kaca terus tetapi mulut senyum. Menggambarkan sisi manusia ada sedih dan bahagia. Warna hitam yang mendominasi gambar Semar sendiri merupakan simbol bumi dimana bumi sifatnya diam meskipun diinjak banyak orang. Semua kekuatan (air, api, udara, angin) ada di dalam bumi tetapi ia tidak sombong walaupun memiliki banyak ilmu serta kemampuan. Semua tumbuh-tumbuhan yang merupakan makanan utama ada di bumi. Manusia yang telah mencapai ilmu bumi, mampu memberi manfaat bagi semesta.
Ada 3 inti ajaran Semar yang masih dipakai sampai saat ini dan menjadi istilah yang umum digunakan oleh orang-orang Jawa.
1. Ojo Dumeh. Artinya jangan mentang-mentang.
Jangan mentang-mentang kaya lalu sombong.
Jangan mentang-mentang kuat lalu menyakiti yang lemah
Jangan mentang-mentang berilmu lalu menganggap rendah orang lain.
2. Eling, dalam Islam kita bisa mengaitkan eling sebagai mengingat akan Allah
3. Waspodo, atau kehati-hatian baik dalam memutuskan sesuatu, dalam bertindak.
Dan ada 3 sikap mental utama
1. Tadah, kita tidak meminta apapun. Doa kita hanyalah berisi terimakasih, mensyukuri apapun yang kita capai.
2. Pradah, ikhlas memberikan apapun yang menjadi potensi kita buat sesama, baik itu ilmu, tenaga, pikiran, ataupun harta
3. Ora Wegah, alias tidak pilih-pilih. Entah itu pekerjaan besar atau pun pekerjaan kecil
Alhamdulillah ..
Hati dan pikiran saya lebih tenang menyimak ini..
Apa yang dilakukan orang lain haruslah tak menjadi pusat perhatian karena yang terpenting adalah apa yang sudah Allah berikan.
Jika Allah tidak menghendaki kita berada di suatu posisi yang menurut kita itu bentuk penghargaan sesungguhnya itulah yang terbaik untuk kita.
Allah memberikan penjagaanNya yang seharusnya saya syukuri.
Maa syaa Allah satu sudut pandang yang dihadiahkanNya lewat sebuah pengalaman.