Jumat, November 17, 2017

Belajar Kreatifitas di IIP

Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional yang saya ikuti kini sudah memasuki game level #9. Tema yang diusung adalah “Be Creative”. Duh membaca tulisan “Creative” mata saya berbinar-binar. Terbayang asiknya berkreatifitas. Iya, bagi saya berkreatif berarti saya akan mengerjakan sesuatu yang membuat saya betah berlama-lama dan hal yang dihasilkan membuat saya selalu merasa senang. Dan kata kreatif sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti : 1) memiliki daya cipta; kemampuan untuk mencipta; 2) bersifat mencipta. 

Berbeda dengan game level sebelumnya yang didahului pemberian dengan materi, game kali diawali dengan sebuah referensi bacaan “Menumbuhkan Kreativitas Anak Usia Dini” yang ditulis oleh Kreshna Aditya. Meskipun tidak semua isinya saya setuju (dan kami diperbolehkan menerima atau menyanggah atau menambahkan referensi lain) tapi ada satu kalimat yang menarik dalam artikel tersebut bahwasanya anak-anak pada dasarnya sudah memiliki kreatifitas. Jadi bukan ditumbuhkan karena memang sudah ada. 
Kreatifitas harus diasah.. 
Selama saya mengikuti tantangan demi tantangan di Kelas Bunda Sayang, saya merasakan sekali bagaimana kreatifitas ini dipacu bahkan tanpa saya sadari. Misalnya pada materi awal yang membahas tentang Komunikasi Produktif. Di sini saya belajar kreatif menggunakan kalimat dalam menyampaikan maksud kepada anak-anak. Terutama pada kalimat yang bersifat larangan. Juga belajar kreatif membuat sebuah forum keluarga yang tidak membosankan. Apalagi anak-anak sudah besar. Berbicara dengan mereka tidak bisa hanya sekedar mengatakan “Ayo kita bikin pohon literasi” misalnya pada tantangan game bertema literasi. Tapi saya harus kreatif menyusun kata mengajak dan meyakinkan manfaat pohon literasi bagi mereka. Mencari desain pohon, mengirimnya ke percetakan untuk dicetak dalam bentuk stiker, memberi nama pada masing-masing pohon, dan menempelkan daun setiap kali satu judul buku selesai dibaca, membawa cerita kreativitas tersendiri lagi. Yang membuatnya semakin berkesan adalah menumbuhkan keakraban. Apalagi saat melihat pohon gundul tanpa daun.. membuat jelas siapa di rumah ini yang paling jarang membaca buku :D Dari game inilah saya terdorong memulai kembali program keluarga membaca nyaring seperti yang biasa saya lakukan saat anak-anak masih kecil.
Kreativitas memang tak hanya terkotak pada wujud suatu benda. Semua tipe kecerdasan anak membutuhkan dan mampu menghasilkan suatu kreatifitas. Contohnya anak-anak dengan kecerdasan logika, seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein berikut ini
“To raise new questions, new possibilities, to regard old problems from a new angle, requires creative imagination and marks real advance in science.”
Persis dengan yang dilakukan oleh Isaac Newton saat menemukan teori gravitasi atau saat Thomas Alva Edison menemukan lampu pijar yang berawal dari kreatifitas mereka berimajinasi.
Dan kunci agar kreativitas anak semakin meningkat pada dasarnya ada di orangtua.
“Anak-anak secara fitrah sudah lahir kreatif. kitalah yang harus mengubah diri agar layak menjadi creator di jamannya nanti” (Septi Peni Wulandani)
Benar sekali, ini berpusat pada sebagai orangtua. Karena acapkali berlindung pada kata lelah membuat orangtua kehilangan kreativitas dan sekaligus mematikan kreativitas. Kita malas berpikir dan lebih suka menyerahkan pada orang lain serta inginnya serba instan. Kreatifitas tidak lagi menjadi menarik. Dan celakanya orangtua sering menyalahkan lingkungan dibanding melihat kesalahannya sendiri. Menyalahkan sekolah yang memberi beban tugas terlalu banyak, menyalahkan jadwal les, menyalahkan acara televisi, dan seterusnya. Di jaman nanti, dimana bertambah banyak lagi pekerjaan yang diambil alih oleh mesin, anak-anak yang tidak terbiasa dilatih kreatifitasnya akan mudah tersingkir. Dan jika itu terjadi, lagi-lagi bukan salah jamannya. Karena anak adalah cerminan orangtua.
Meminjam ucapan para Power Rangers saat menghadapi monster “Berubaaahhh!” Ya, sekaranglah saatnya orang tua fokus melakukan perubahan diri, menghadapi “monster-monster penghambat kreatifitas. Bermacam cara bisa dilakukan untuk mendukung perubahan. Seperti mengikuti kelas parenting, kursus/seminar/workshop, berdiskusi, dan lain-lain. Perubahan diri orangtua tidak hanya membawa kebahagiaan bagi diri orangtua sendiri tetapi juga pada anak.
Sumber Bacaan
  1. Ebook Menumbuhkan Kreativitas Anak, Kreshna Aditya
  2. Diskusi Kelas Bunda Sayang Ibu Profesional, bersama fasilitator Septi Peni Wulandani, 2017
  3. The Awakenes Family, Shefali Tsabary, Ph.D, 2016
  4. Creative Quotes, https://www.brainyquote.com
#kelasbundasayang #InstitutIbuProfesional #ThinkCreative

 

0 Comments:

Posting Komentar

Haiii.. tanpa mengurangi keakraban, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan yaa.. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi