Kamis, Februari 11, 2021

Leiden is Lijden : Mental Pemimpin

 "Jadi pemimpin gak boleh baperan" begitu kalimat yang sering saya dengar.  Dan iya, saya menggangguk setuju. Pemimpin itu tombak utama suatu organisasi atau kepanitiaan. Pemimpin yang baperan sudah pasti akan menjadi penghambat. Entah kegiatannya yang berjalan lambat atau malah kepengurusan atau kepanitiaannya menjadi bubar secara teratur. Eh tapi apa iya menjadi pemimpin gak boleh kesal?

Hmm.. tentu saja boleh.  Kesal, adalah suatu hal yang wajar terjadi pada diri kita.  Karena tidak semua hal bereaksi sesuai harapan kan.. Kadang hal sepele bisa membuat kita kesal.  Hanya saja  aksi berikutnya yang perlu kita pikirkan. Larut dalam kesal atau tidak itu pilihan yang bisa kita tentukan sendiri. Yang tidak dapat kita hindari adalah segala pilhan mengandung konsekuensi. 

Bahan soal baper ini terkait dengan mental.  Entah mengapa rasanya kok pas banget lagi berpikir soal pemimpin baperan, saya melihat rak buku, buku Leiden is Lijden karangan Dea Tantyo seperti tersaji untuk saya buka.  Ini salah satu buku favorit saya.  Sudah sejak lama berniat ingin mengikat maknanya. Saya langsung menuju bab pertama dan.. ah ini dia yang saya cari, Leadership Mentality.

Bab pertama ini mengawali pembahasannya dengan "Explore Your Leadership Mentality". Kenapa sih kita perlu mengeksplore mental kepemimpinan yang kita miliki? Jawabannya adalah untuk mendapatkan mental yang kuat karena dengan memiliki mental kuat, seorang pemimpin tidak hanya menemukan jalan tetapi juga memiliki kekuatan untuk melampaui.  Semakin kuat mental, semakin mampu seseorang menghadapi segala tantangan kehidupan, apapun bentuknya.  Termasuk pula menumbuhkan daya tahan yang tinggi.
Ini pas banget dengan yang saya alami. Beberapa kali saya menjumpai suatu peristiwa yang terasa menguji daya tahan saya sebagai seorang leader.  Misalnya ketika ada anggota yang salah paham kemudian menyebarkan kesalahpahamannya ini ke orang lain, dan orang lain tersebut ikut tertular salah paham tanpa mengecek lebih lanjut.  Akhirnya suasana menjadi tidak enak. Menjadi parah ketika kesalahan pahaman ini terus menggelinding. Butuh kesabaran yang lebih untuk meluruskannya kembali.  Kesabaran yang hanya bisa terjadi ketika daya tahan mental dalam kondisi kuat. 

Dea Tantyo mengutip tulisan Lao Tzu .. 
He who controls others may be powerfull but he who mastered himself is mighter
Benar sekali, saat seseorang bisa mengontrol orang lain agar sesuai dengan keinginannya maka akan terlihat orang tersebut memiliki kekuatan.  Tetapi sesungguhnya orang yang bisa menguasai dirinya sendiri jauh lebih kuat lho.. karena orang yang demikian, dalam situasi dan lingkungan sekitar yang sering berubah-ubah, akan lebih bisa mengendalikan keadaan. Mudah baginya untuk kembali on track.
Di sisi lain, kekuatan mental mampu menembus batas kelemahan fisik. Sudah banyak tokoh yang menunjukkan hal ini dan salah satunya adalah Jenderal Sudirman. Siapa yang tak kenal dengan kegigihan pejuang besar Indonesia ini? Namanya dijadikan nama sebuah universitas di Jawa Tengah.  Dituliskan dalam buku bahwa Jenderal Sudirman memiliki penyakit paru dimana paru yang berfungsi hanya sebelah. Terbayanglah kondisi fisik yang demikian. Aktivitas berlebih pasti membuat beliau amat lelah dan bernafas pun tersengal-sengal.  Tetapi hal ini tidak menyurutkan langkah beliau.  Dengan ditandu dan bergerilya, terus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 
 
Untuk meningkatkan kemampuan dalam memimpin. kita bisa mengikuti pelatihan atau membaca literatur. Saat ini pelatihan leadership (kepimpinan) menjamur.  Tinggal pilih saja ikut yang mana.  Materi seputar leadership pun  dengan mudah kita jumpai baik secara daring maupun luring. Namun tetap saja  kepimpinan ini kembali pada diri kita sendiri dalam menerapkannya. Menurut M. Natsir, 

Pemimpin tidak bisa cetak atau di SK-kan.  Sebab pemimpin itu tumbuh di lapangan, yakni setelah berinteraksi dengan tantangan di masyarakat.  Bila seseorang memang berbakar menjadi pemimpin dan mendapat tantangan, ia akan menggunakan seluruh kemampuan dan ilmu yang dikuasainya untuk menghadapi tantangan itu 

Saat Anda memutuskan untuk memimpin, yakinlah bahwa magnet diri Anda bergantung pada seberapa kuat mental Anda.  Tak perlu "menjual diri" agar orang mengikuti kehendak Anda, pemimpin yang kokoh akan otomatis dipercaya oleh para pengikutnya.

Kapan-kapan kita bahas bab buku berikutnya ya?

In syaa Allah.. 



 



  

0 Comments:

Posting Komentar

Haiii.. tanpa mengurangi keakraban, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan yaa.. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi