MENSTIMULASI ANAK SUKA MEMBACA
Berkaitan dengan kegiatan belajar, membaca merupakan salah satu kemampuan yang harus dikuasai anak. Meski berdasarkan Permendikbud No 17 Tahun 2017 sekolah dasar diwajibkan menerima seluruh siswa tanpa seleksi apa pun (termasuk tes baca) tetap saja lembaga kursus membaca untuk usia balita banjir peminat. Ini dikarenakan masih banyak orangtua yang beranggapan lebih cepat bisa membaca lebih baik. Padahal dalam menguasai kemampuan membaca yang terpenting bagi anak adalah menumbuhkan rasa suka membaca, bukan sekedar bisa membaca. Kesukaan membaca akan membuatnya terus bergairah menambah ilmu, tidak berhenti di suatu waktu.
Oleh karena itu Menstimulasi Anak Suka Membaca pun menjadi tema game level #5 bagi para ibu peserta Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional.
Dan selama cawu kedua saya mendapatkan amanah sebagai Fasilitator membersamai Kelas Bunda Sayang Batch #2 Tangerang Selatan. Kelas yang pesertanya hampir semua aktif dalam berdiskusi dan sering berbagi pengalaman dalam mendidik anak. Alhamdulillah senang sekali karena saya pun mendapat banyak tambahan Ilmu.
Tantangan Game Level 5 sebagai berikut :
Iqra! Bacalah! Perintah Tuhan pertama kali ini mengingatkan kita bahwa membaca merupakan sebuah proses penting dalam mengenal diri.
Membaca merupakan jembatan ilmu, makanan bagi otak, dan juga bisa melatih imajinasi. Serta banyak lagi manfaat dari membaca.
Yuk, jadikan diri kita teladan bagi anak dan keluarga!
🌴 Jadilah teladan
✅ Jadwalkan family reading time, membacalah bersama anggota keluarga
✅ Buatlah pohon literasi untuk masing-masing anggota keluarga, rimbunkan dengan judul buku yang telah dibaca
✅ Diskusikan dengan anggota keluarga tentang buku yang telah dibaca, gunakan untuk menambah pengetahuan dan merekatkan hubungan dengan anggota keluarga lainnya
👨👩👧👦 Bagi yang sudah memiliki anak
📖 Jadilah ibu teladan, membacalah bersama anak (sesuai dengan tahapan usia anak).
📷 Dokumentasikan kegiatan membaca anda
📝 Tempelkan judul buku yang telah dibaca pada pohon literasi
👫 Bagi anda yang belum memiliki anak
📖 Membacalah!
📷 Dokumentasikan kegiatan membaca anda
💭 Diskusikan dengan suami tentang buku yang sudah dibaca
📝 Tempelkan judul buku yang telah dibaca pada pohon literasi
👰🏻 Bagi anda yang belum menikah
📖 Membacalah!
📷 Dokumentasikan kegiatan membaca anda
📝 Rimbunkan pohon literasi dengan buku-buku yang sudah anda baca.
❕Gunakan hashtag
#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst
❗Bagi anda yang menggunakan blog, tambahkan label
Bunda Sayang
Ibu Profesional
IIP
For Things To Change, I Must Change First
🔺🔻🔺🔻🔺🔻🔺🔻🔺🔻🔺🔻🔺🔻🔺🔻🔺🔻🔺🔻🔺🔻
Membaca tantangan pohon literasi ini, diskusi seru tentang pembuatan Pohon Literasi dan beragam pertanyaan lainnya pun datang, antara lain
- Apakah bentuknya boleh tidak berupa pohon?
- Apakah boleh dihitung beberapa lembar bacaan sebagai 1 daun?
- Apakah boleh mendapatkan daun jika yang dibaca bukan 1 judul buku melainkan 1 judul artikel elektronik?
- Apakah boleh yang dibaca buku saku tipis?
- Apakah boleh membaca buku yang sama, selesai 1 judul, namun berulang-ulang?
dan seterusnya
Saya menjawab dengan menegaskan kembali sesuai tugas tertulis yang diberikan dalam grup Fasilitator Nasional yaitu "Buatlah
pohon literasi (berbentuk pohon) untuk masing-masing anggota keluarga, rimbunkan dengan
judul buku (berarti 1 buku, bukan beberapa lembar, bukan artikel, boleh tipis, boleh diulang) yang telah dibaca".
Selesai diskusi teknis game, maka tahap pengerjaan tantangan game dimulai dengan membuat pohon literasi. Ada yang membuat sendiri, bersama anak, dan atau suami. Ternyata hasil kreativitas pohon literasinya keren-keren. Padahal sebelumnya sempat ragu apakah bisa membuat pohon literasi. Ini baru pohonnya, belum cerita lucu yang mengiringi pemasangan daun :
"Anak saya menolak terlibat games baca buku ini.. 🤦🏻 padahal tadi cerita mau main games bikin pohon, lalu klo Mirai baca 1 buku nanti daunnya ditempel di pohon itu. Dia protes keras, katanya ga mau main games kayak begini.. maunya baca buku seperti biasa aja. 😂😂" (Nareswari)
"... kmrn pas aku lg ketiduran dia buka2 buku sendiri tau2 pas bangun buku dimana2. 😅" (Faradilla)
Dari obrolan selama pengerjaan game saya perhatikan umumnya lebih banyak difokuskan pada anak-anak. Terutama bagi peserta yang masih memiliki anak usia balita yang memang masih harus dibacakan.
Setiap tugas yang di tag ke saya di sosmed umumnya menunjukkan perkembangan pohon literasi yang semakin rimbun daunnya.
Masa pengerjaan tantangan pun usai. Kami mulai review tantangan. Saya sampaikan terlebih dahulu review dari Fasilitator Nasional.
Institut Ibu Profesional
Review Materi Bunda Sayang sesi #5
📚
MEMBANGUN KELUARGA LITERASI 📚
Selamat untuk anda para bunda di kelas bunda sayang yang sudah berhasil menyelesaikan tantangan game level 5.
Banyak kreasi literasi yang muncul, mulai dari pohon literasi, pesawat literasi, galaksi literasi dll. Semua yang sudah bunda kerjakan di tantangan kali ini sesungguhnya bukan hanya melatih anak-anak dan seluruh anggota keluarga untuk SUKA MEMBACA, melainkan melatih diri kita sendiri agar mau berubah.
Seperti tagline yang kita gunakan di tantangan level 5 kali ini, yang menyatakan
"
for things to CHANGE, I must CHANGE FIRST "
Sebagaimana yang kita ketahui, tantangan abad 21, tidak cukup hanya membuat anak sekedar bisa membaca, menulis dan berhitung, melainkan kita dan anak-anak dituntut untuk memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung, berbicara dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat di sekitar kita. Kemampuan inilah yang saat ini sering disebut literasi ( National Instiute for Literacy, 1998 )
Institut Ibu Profesional akan mendorong munculnya gerakan literasi yang nyata yaitu mulai dari dalam keluarga kita. Apabila seluruh keluarga Ibu Profesional sudah menjalankan gerakan literasi ini maka akan muncul rumah literasi, muncul kampung literasi, dan insya Allah negara kita dipenuhi masyarakat yang literat. Tidak gampang mempercayai dan menyebarkan berita yang baik tapi belum tentu benar, makin memperkuat struktur berpikir kita, sehingga selalu mengutamakan "berpikir terlebih dahulu, sebelum berbicara, menulis dan menyebar berita ke banyak pihak"
KOMPONEN LITERASI
☘ Literasi Dini ( Early literacy)
Kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Pengalaman anak-anak dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi dasar.
☘ Literasi Dasar ( Basic Literacy)
Kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengkomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi
☘ Literasi Perpustakaan (Library Literacy)
Kemampuan memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah
☘ Literasi Media (Media Literacy)
Kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.
☘ Literasi Teknologi (Technology Literacy)
Kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi.
Kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet
☘ Literasi Visual (Visual Literacy)
Pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat
Keluarga hebat adalah keluarga yang terlibat
Maka libatkanlah diri kita dalam gerakan literasi di dalam keluarga terlebih dahulu.
Pahami komponen-komponen literasi, dan lakukan perubahan yang paling mungkin kita kerjakan secepatnya.
Pohon literasi janganlah berhenti hanya sampai di tantangan materi kali ini saja. mari kita lanjutkan sehingga gerakan ini akan membawa dampak bagi keluarga dan masyarakat sekitar kita.
Salam Ibu Profesional
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
📚Sumber bacaan :
http://dikdas.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2016/03/Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah1.pdf
Clay dan Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) , 2001
Beers, dkk, A Principal’s Guide to Literacy Instruction, 2009
National Institute for Literacy, 1998
✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿
Keesokan harinya saya baru memulai diskusi review. Tidak seperti diskusi review dalam cawu sebelumnya, kali ini diskusi saya lakukan dalam bentuk pertanyaan yang jawabannya masih berhubungan dengan materi review.
Saya mulai dengan mengapresiasi pohon literasi rimbun. Ternyata beberapa mengatakan daun yang rimbun lebih banyak berasal dari buku yang dibaca anak, bukan orang tua. Penyebabnya karena memang mendahulukan anak, time management orang tua yang belum tepat, orangtua sendiri belum terbiasa membaca buku, dan lain-lain.
Jawaban ini memancing pertanyaan-pertanyaan saya berikutnya
Tanya :
Jadi apa aja pelajaran dari membuat pohon literasi kali ini untuk keluarga?
Tanggapan beberapa peserta :
"Harus punya target untuk pengembangan diri melalui membaca, khususnya buat mamak dan bapaknya yang rantingnya syepii daun 😖" (Yesi)
"Pelajaran dikeluarga kami adalah ayah dan bunda harus "mencontoh" anak yg semangat literasinya lebih tinggi dari pada kami ortunya. Anak yg belum bisa membaca selalu semangat utk dibacain buku, nah kami (ortu) yg sdh bisa membaca malah kadang semangat bacanya kurang... 😔" (Dwi Yunita)
"Jiwa berkompetisi banyak2an baca buku sama bapaknya
kalo sama anaknya jelas kalah mulai tumbuh.
Bapaknya jd mulai ikutan baca" (Yulita)
"Jika menginginkan anak yg gemar baca, maka orang tua nya pun harus gemar baca" (Syarah)
"Orang dewasa pun perlu reward reward kecil sebagai motivasi, demi menempel selembar daun lebih semangat membaca buku, Itu pun akhirnya ga selesai satupun buku dalam 17hari" (Tresna)
"Menanamkan kebiasaan membaca, cinta literasi.. harus diteladankan dan dibiasakan.. insyaAllah menular..." (Lely)
"Membuat pohon literasi membuat pengingat saya bahwa hari ini udah baca buku blm yaa...waah daunnya blm nambah2...pas daunnya nambah seneng bgt krn punya 'history' buku yg sudah pernah dibaca. 😆" (Fasta)
Tanya :
Menarik.. hmm kalau kita terus mendorong anak2 suka membaca sementara anak2 jarang melihat kita membaca bagaimana ya?
Tanggapan beberapa peserta :
"maluuu sama anak huhu.." (Yesi)
"Jd ada alasan kl diminta baca buku: "mami papi jg jarang baca" 😦" (Nika)
"ada kemungkinan anak menolak atau beralasan ketika kita mengajak mereka membaca,,,😁😁" (Tya)
"Anak-anak akan kurang berbinar-binar dalam membaca buku, bahkan bisa menolak membaca buku krn mereka tidak bisa merasakan sesuatu yang menarik dr buku. 😰" (Fasta)
Tanya :
Kira2 gimana dong biar kita juga bisa punya waktu buat baca buku teratur?
Tanggapan beberapa peserta :
"Jadwalkan per hari misal stgh jam baca buku" (Nika)
"Atur jadwal dan target baca buku...
Misal, setiap mau tidur minimal baca 5 halaman.." (Lely)
"Menjadikan membaca buku jg prioritas, menjadwalkan dgn teratur" (Yulita)
"Duuuh ini masalah aq bgt.. Klo ada waktu kosong,, malah buat baca grup atau liat sosmed..
Untuk baca buku masih beraaatt bgt..
Tapi semangat klo bacain buku anak..
Dan anak pun mulai rutin minta di bacain buku.. " (Irma)
Tanya :
Intinya memang harus meluangkan waktu ya buat kita sendiri membaca. Entah pagi, siang, atau malam. Apalagi biar bagaimanapun, "ruh"nya pasti bedalah.. mengajak karena juga melakukan dengan mengajak gak melakukan.
Sekarang cerita dong .. gimana tanggapan para paksu dengan game literasi ini?
Tanggapan beberapa peserta:
"Paksu pun gak mau kalah... Ikutan tantangan juga.. alhamdulillah selama 15hr berhasil menamatkan 4 buku (tipis) 😍👏🏻"
Waktu diajakin... "abi ga ikutan ya, pusing sama uas"
Tapi tetep konsisten membacakan buku untuk anak kalau sedang senggang waktunya...
Kemarin sore, paksu tertegun lihat Alaric bener2 memperhatikan ketika dibacakan buku sama saya, disentuh2 gambarnya, bubling, kayak ngerti...
Proses tdk mengkhianati hasil yaa..
Jadinya pengen beli buku lagi biar Alaric makin seneng sama buku... "
(Lely)
"Awalnya paksu mengernyitkan dahi mba. Bilangnya, plg kerja udah capek, mami. Tp alhamdulillah stlhnya msh mau sih bacain buku anak" (Nika)
"Paksu ga mau kalah.
Awal2 saya WA tiap hari
"Udah baca buku apa hari ini?" Lama2 laporan sendiri.
Walopun sebagian besar laporannya adalah "baca buku rekening" 😒" (Yulita)
"Paksu emang dasarnya lebih rajin baca dari saya.
Pokonya bukunya persipilan dan bisnis yg ia suka.
Kalau pulang dan Ghazi masih bangun, biasanya suka bacain. Krn Ghazi yg nagih" (Ika)
"Paksu support bgt mba.. Walaupun paksu ga baca samsek.. 😞
Tapi Paksu dengan senang hati bacain buku buat anak-anak,, dan ikutan beliin buku anak jg.. 😊" (Irma)
Pertanyaan saya berikutnya adalah apakah gairah membaca buku itu bisa menular? Semua sepakat menjawab "Ya"
Dari sini bisa disimpulkan bahwa bukan tidak mungkin untuk menjadikan keluarga kita sebagai keluarga yang gemar membaca, karena ayah, ibu, dan anak bisa saling menularkan semangat membaca. Di akhir diskusi saya tuliskan
"Inti dari diskusi kita kali ini adalah kita mencoba mengenali lebih dalam apa yang ada dalam keluarga kita masing2, kelebihan dan tantangannya, terkait dengan usaha kita menumbuhkan kesukaan membaca.Sebelum keluarga kita menjadi agen perubahan bagi lingkungan, menularkan gairah membaca"
Sumber Bacaan
- http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/berita/permendikbud-no-17-tahun-2017-tentang-ppdb
- Diskusi Whatsapp Grup Kelas Bunda Sayang Batch #2 Tangerang Selatan, Fasilitator Farida Ariyani
- Materi Bunda Sayang Institut Ibu Profesional level #5, oleh Tim Fasilitator Bunda Sayang
- Review Bunda Sayang Sesi #5, oleh Tim Fasilitator Bunda Sayang