Menjadi kontributor sebuah buku? sejujurnya ini menjadi hal yang diinginkan tetapi tak terbayangkan dapat terwujud. Hingga hanya satu kalimat syukur yang menggambarkan semua rasa "Alhamdulillahirobbil'alaamiin.."
Allah Maha Baik memberikan saya kesempatan berbagi lebih luas lagi lewat sebuah buku.
Iya, sedari dahulu saya ingin memiliki sebuah karya berupa buku. Betapa kagumnya saya pada para penulis yang begitu lincah merangkaikan kata demi kata, sehingga membacanya pun emosi menjadi berirama, imajinasi bermain dengan gembira, pikiran tercerahkan, hanya lewat penyampaian sederhana namun memiliki efek luar biasa bagi yang membaca . Setiap selesai membaca karyanya, menyisakan banyak tekad menjadi lebih baik. Terbayang ya betapa banyak amal sholih yang mereka tabung.. maa syaa Allah sukses membuat iri!
Tulisan saya dalam buku Jurnal IIP Jejak Langkah Bunda Sayang sebenarnya lebih berupa catatan saat saya sebagai fasilitator membersamai kelas Bunda Sayang Batch 2 Tangerang Selatan. Tidak ditujukan secara khusus untuk menjadikannya bagian sebuah buku. Hanya mencatat saja sebagai rekam jejak bagi saya dan bekal membersamai di kesempatan lain. Catatan ini berupa hal-hal yang terjadi dalam diskusi kelas dan bagaimana saya menemani para Ibu mengerjakan tantangan game perkuliahan yang berganti setiap bulannya. Pada beberapa kesempatan, catatan ini pun saya bagikan dalam bentuk diskusi whatsapp grup atau obrolan pribadi dengan beberapa peserta kuliah.
Selama menjadi fasilitator, saya membuka diri menjadi teman diskusi, baik di dalam maupun di luar perkuliahan. Kuliah Bunda Sayang yang begitu panjang rentang waktunya (12 bulan) memang butuh ketangguhan tersendiri untuk tetap konsisten. Banyak peserta kelas yang "berguguran", dengan alasan masing-masing. Ada yang karena sakit, melahirkan, atau setelah mengikuti beberapa bulan merasa tidak sanggup mengerjakan tugas perkuliahan karena masih sibuk juga dengan tugas-tugas lain baik di ranah domestik maupun publik. Dari diskusilah akhirnya saya meyakini pentingnya memulai game dengan memahami manfaat game tersebut bagi diri dan keluarga. Mengerjakan sesuatu yang kita tahu memiliki manfaat besar pasti berbeda dengan manfaat yang "sekedarnya". Banyak masalah dalam mengerjakan tantangan yang sebenarnya sudah bisa dijawab sendiri solusinya oleh peserta kelas sehingga hanya butuh sedikit tambahan pertanyaan serta diskusi dari fasilitator untuk menguatkan jawaban tersebut dan menerapkannya.
Jadi jika ditanya apakah saya sudah merasa cukup baik dalam menulis? dengan cepat saya akan menjawab "Masiiihh jauuuh" 🙈 duh kalau dilombakan mungkin juri juga akan merasa seperti membaca jurnal ilmiah atau rekam medis daripada sebuah tulisan indah yang memiliki emosi berirama. Saya sadar sekali saya belumlah pandai menulis. Masih harus banyak belajar. Keinginan saya hanyalah jurnal yang saya tulis pada akhirnya bisa bermanfaat bagi fasilitator dan peserta perkuliahan lainnya (ini yang membuat saya dengan senang hati mengerjakan revisi beberapa kali saat diminta editor jurnal). Dilibatkan sebagai kontributor buku bagi saya seperti peluang memiliki satu pintu berbagi kebaikan. Semakin menyenangkan karena ternyata tidak hanya saya yang berpikir demikian. Kontributor lain bahkan editor kami pun memiliki pemikiran yang sama. Sampai-sampai soal harga juga kami bicarakan lho.. berapa harga yang pantas dan tetap terjangkau agar banyak ibu yang bisa ikut menikmati buku ini. Baik di dalam maupun di luar komunitas Ibu Profesional.
Satu pintu berbagi tidaklah cukup. Setelah Jurnal IIP ini ikhtiar mendapatkan pintu-pintu berbagi manfaat lainnya harus terus dilakukan. Karena berbagi itu indah dan menyenangkan. Penuh harap, semoga Allah pun berkenan memberikan kesempatan kembali.. aamiin.
Sabtu, Maret 02, 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Comments:
Posting Komentar
Haiii.. tanpa mengurangi keakraban, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan yaa.. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi