Pencuri Mimpi? Siapakah?
Hmmm tahukah pencuri mimpi tidak melulu orang lain? bahkan tidak melulu "siapakah?" tetapi juga bisa "apakah?"
Penasaran?
sambil pegang mimpimu baik-baik yaa 😊
Ketika mendengar kata "pencuri" kita langsung berpikir ia adalah seseorang yang mengambil barang yang dimiliki orang lain. Pencuri, dimana-mana selalu membuat kesal! Orang yang miliknya dicuri, tentu saja merasa rugi sehingga tak jarang marah dan mengumpat. Kenyataannya yang dicuri pun tak selalu berupa barang fisik. Bisa juga berupa non fisik seperti perasaan 😟 bahkan juga mimpi 😲
Setiap diri memiliki mimpi. Entah itu berupa khayalan yang tak kan terwujud atau harapan yang bisa terwujud. Yang akan kita bahas di sini tentu saja mimpi yang berhubungan dengan harapan akan kehidupan yang lebih baik. Apa jadinya jika mimpi kita dicuri? apalagi jalan membumikan mimpi ternyata tak semudah yang kita bayangkan. Kita mengira dalam waktu sekian bulan sudah bisa terwujud ternyata butuh waktu sekian tahun. Modal yang semula diperkirakan cukup ternyata tidak. Kita pun mulai goyah.
Bagaimana jika pencurinya kita sendiri? marah jugakah?
Ya, disadari atau tidak bisa jadi mimpi kita tidak terwujud karena kita sendiri yang mencuri mimpi.
Pencuri-pencuri itu adalah
- Tak Percaya Diri. Mimpi kita adalah milik kita. Tentu kita sendirilah yang harus percaya pada mimpi. Percaya bahwa kita memiliki kemampuan yang sudah dianugerahkanNya untuk mewujudkan mimpi. Namun terkadang kepercayaan diri ini tergerus karena kita lebih mempercayai penilaian orang lain terhadap diri kita, dibandingkan penilaian dari diri kita sendiri, yang belum tentu benar. Misalnya orang lain mengatakan kita bodoh dalam akademik, tak mungkin menjadi orang sukses. Kita menerima begitu saja dilabeli bodoh. Padahal untuk sukses tak hanya ditentukan oleh kecerdasan akademik. Ada beragam kecerdasan lain yang juga bisa membawa pada pintu kesuksesan,
- Malas. Masih ingat tulisan saya Menang Tanpa Usaha? tidak ada kemenangan yang benar-benar murni tanpa usaha. Tetap saja membutuhkan usaha, entah dari diri kita sendiri atau dibantu orang lain, Bahkan orang yang menang undian sekian juta pun butuh usaha, minimal untuk membeli kupon. Saya jadi teringat cerita si Kabayan yang sering digambarkan sebagai orang yang malas berusaha. Dalam suatu lirik lagu Nyi Iteung, istri Kabayan, meminta Kabayan lebih rajin bekerja. Kabayan menjawab, "Nyi Iteung, Akang mah rajin, kalau tidur rajin mimpi" kalau saya menjadi Nyi Iteung sepertinya bakal berada dalam posisi antara tanduk mendadak muncul 😈 dan ketawa geli mendengarnya 😂
- Lebih banyak berangan-angan. Wright bersaudara (Orville dan Wilbur) adalah dua orang Amerika penemu pesawat terbang yang pertama kali bisa diterbangkan dan dikendalikan oleh manusia, pada tahun 1903. Mainan helikopter yang dibelikan oleh ayah, terbuat dari bambu dan karet, menjadi sumber bagi ketertarikan mereka terhadap mesin yang bisa terbang. Belasan abad sebelumnya, tepatnya awal abad ke-9, seorang ilmuwan muslim bernama Ibn Firnas yang berhasil terbang menggunakan glider, alat terbang sederhana yang dilengkapi sayap. Ketertarikannya pada aeronautika bermula saat ia menyaksikan atraksi pria pemberani bernama Armen Firman yang terjun dari ketinggian namun tidak berhasil (selengkapnya ada di artikel Serambi News ini ya). Bayangkan apa yang terjadi jika Wright bersaudara dan Ibn Firnas hanya tertarik lalu berhenti pada angan-angan panjang bisa terbang di angkasa tanpa mengusahakan rasa ingin tahunya terwujud? Demikian juga mimpi kita yang berawal dari rasa ingin yang besar. Agar terwujud dibutuhkan usaha yang besar, bukan angan-angannya yang besar.
- Mudah menyalahkan orang lain. Meski mimpi milik sendiri, tetapi dalam mewujudkannya kita dikelilingi oleh orang-orang yang dengan senang hati memberikan bantuan. Jika kita tidak bijak dalam menyikapi bantuan, bisa jadi mimpi kita menjadi milik orang lain. Di lain sisi, kita pun dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki mimpi yang sama dan siap berkompetisi dalam menggapainya. Namun sesungguhnya semua orang memiliki peluang keberhasilan dan kegagalan yang sama. Oleh karena itu tidak bisa kita hanya menuding orang lain atas kegagalan yang kita dapatkan karena pasti ada usaha dari kita yang mempengaruhinya.
- Terlalu menggenggam erat mimpi. Hmm.. bukankah mimpi harus digenggam agar tak hilang? Yup! benar sekali. Mimpi yang akan diwujudkan itu ibarat target sebuah papan panah. Mimpi adalah panah itu sendiri. Busur yang kita tarik mengibaratkan usaha. Jika kita hanya mencekram erat mata panah tanpa melepasnya dari busur maka ia tidak akan pernah mencapai target. Demikian juga mimpi. Jika hanya kita genggam erat tanpa diiringi dengan usaha, ia tidak akan pernah terwujud. Bagaimana jika sudah dilepas tetapi tidak mencapai sasaran? Di sinilah kita menempatkan tawakal, menyerahkan hasil kepada Allah SWT semata. Yakinlah Allah selalu memberikan hasil yang terbaik.
Jagalah bahkan dari diri sendiri.
karena mimpi yang kita miliki begitu spesial dan berharga 💝
0 Comments:
Posting Komentar
Haiii.. tanpa mengurangi keakraban, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan yaa.. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi