Sabtu, Januari 30, 2021

Ambassador

Sepekan terakhir ini beranda facebook saya dipenuhi oleh berita tentang Hexagon City.  Jelas saja demikian karena lingkup pertemanan saya memang sebagian besar adalah anggota komunitas Ibu Profesional. Menyimak tulisan teman-teman tentang Hexagon City ini membuat saya tersadar luar biasa dampak seorang ambassador apalagi jika seperti ini, tidak hanya dilakukan oleh satu orang.  Kita bahas lebih detail yaa..

Pengertian ambassador menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah duta besar.  Biasanya dikaitkan dengan suatu produk/merk (brand) tertentu sehingga dikenal pula istilah Brand Ambassador. Ambassador ini perlu ada karena dari ambassador inilah akan terbentuk citra suatu produk/merk/kegiatan, mengubah persepsi seseorang terhadap produk/merk/kegiatan dan menarik perhatian orang lain.

Dari sini dapat disimpulkan setidaknya ada 4 hal yang perlu dimiliki seorang ambassador

  1. Daya tarik. Seorang ambassador suatu produk kosmetik tentu penting untuk memiliki daya tarik secara fisik. Tetapi tidak semua ambassador haruslah memiliki daya tarik fisik.  Karakter dirinya pun bisa menjadi daya tarik
  2. Bisa dipercaya. Penilaian dan tingkat kepercayaan berpengaruh pada ketertarikan seseorang untuk memperhatikan produk yang disampaikan.  Misalnya ketika seorang ambassador dikenal suka bohong, maka orang juga tidak akan percaya pada apa yang disampaikannya. Bisa jadi itu itu berita bohong saja
  3. Kesesuaian.   Seorang ambassor menjadi representatif dari apa yang diwakilinya.  Misalnya ambassador Hexagon City, maka menjadi representatif bagi kota ini. Dengan menyimak apa yang disampaikan oleh seorang ambassador, orang lain akan mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan semakin tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi.  Penting sekali bagi seorang ambassador untuk menyadari bahwa apa pun yang dilakukannya haruslah menjadi bukti sesuai dengan apa yang disampaikannya. Contoh, ketika menjadi ambassador Hexagon City, menyampaikan bahwa ini ada kota produktif yang luar biasa keren karena banyak pelatihan dan seterusnya.  Tetapi di lain waktu memposting tulisan betapa ia mulai lelah berada di kota ini.  Orang yang membaca akan menangkap pesan bahwa kota ini memang keren tetapi berada di dalamnya tidak membahagiakan. 
  4. Memiliki pengetahuan pada produk/merk
  5. Menyadari dampak perannya sebagai ambassador. 
Buat diri kita sendiri adakah keuntungan dengan menjadi seorang ambassador? Tentu saja ada. Bagi ambassador suatu perusahaan atau produk sudah pasti ada keuntungan materi yang didapat.  Tetapi bagi ambassador produk non profit atau suatu kegiatan yang tidak memberikan imbalan materi tetap ada keuntungan yang didapat, yakni
  • Terdorong untuk meningkatkan keterampilan diri seperti kerampilan berbicara depan umum, keterampilan menulis, dan lain sebagainya
  • Menambah rasa percaya diri
  • Menambah luas pertemanan
  • Mengasah tanggung jawab
  • Menjadi bagian dari program kebaikan 
  • Menambah kebahagiaan diri karena kebermanfaatan yang diberikan
Yuk semangat menjadi Ambassador!


Jumat, Januari 29, 2021

Reframing

Reframing.. 

Saya mendengar kata ini kembali saat sesi latihan di workshop Terapi Memaafkan sore tadi dan mendapatkan contoh yang jelas bagaimana cara menerapkannya dalam keseharian. Wah ternyata memang penting juga ya untuk reframing.  Meski sudah mengerti apa yang dimaksud dengan reframing, rasa penasaran mengajak saya untuk bergegas mengetikkan kata Reframing dalam mesin pencari..

Pengertian Reframing

Linda Bloom mengawali tulisannya di Psychology Today  tentang reframing dengan kalimat berikut

Life is sometimes difficult. We don't get what we want, and we get a lot of we don't want

Kita bisa mulai tergelincir ke dalam pola pikir "Apa yang salah dengan saya sehingga saya memiliki begitu banyak tantangan", atau "Hidup saya terkutuk"..  
Kalau kita terus berpikir seperi ini maka akan tersugesti dalam diri dan akhirnya terjadilah seperti yang kita bayangkan Di sinilah reframing dibutuhkan. 

Prinsip dasar reframing adalah mengubah keberatan menjadi keuntungan. Dengan syarat keberatan tersebut adalah sesuatu yang tidak bisa diubah lagi. Misalnya, cacat tubuh, kejadian di masa lalu, anggota keluarga, dll yang memang di luar lingkaran pengaruh kita untuk berbuat sesuatu guna menjadikannya sesuai dengan keinginan kita. Didasarkan pada asumsi bahwa di balik setiap perilaku/kejadian terkandung maksud positif, reframing mengajak kita untuk keluar dari kerangka berpikir ‘masalah’ dan melompat ke dalam kerangka berpikir ‘solusi’ atau ‘tujuan/outcome’. (Teddy Prasetya)

Eh sebentar, apakah reframing ini sama dengan berpikir positif? 
Menurut Teddy Prasetya bisa ya dan tidak. Reframing tidak sekedar mencari makna positif tetapi yang juga empowering bagi diri kita.

Tujuan dan Manfaat Reframing

Secara runut Ahmad Budiyanto dalam blognya menuliskan tujuan reframing yakni
  1. Memperluas gambaran seseorang tentang dunianya dan memungkinkannya mempersepsikan situasinya secara berbeda dengan cara yang lebih konstruktif
  2. Memberi cara pandang yang baru dan positif
  3. Mengubah keyakinan/pikiran/cara pandang dari negative iraasional ke positive rasional
  4. Membingkai ulang cara pandang seseorang dari
    • Sebuah masalah sebagai peluang
    • Kelemahan sebagai kekuatan
    • Kemustahilan sebagai kemungkinan yang jauh
    • Kemungkinan yang jauh sebagai kemungkinan yang dekat
    • Penindasan ("terhadap saya") sebagai netral ("tidak peduli tentang saya"
    • Perbuatan buruk karena kurangnya pemahaman
Merinci apa yang disampaikan Teddy Prasetya tadi, manfaat reframing adalah
  1. Mengubah kerangka berpikir
  2. Memunculkan tindakan dan perilaku baru yang dikehendaki
  3. Menghilangkan rasa rendah diri
  4. Meningkatkan kepercayaan diri
  5. Membiarkan adegan muncul di frame (sudut pandang) yang lain sehingga seseorang merasa lega atau mampu mengatasi situasi lebih baik
  6. Menjadikan seseorang lebih berdaya dengan cara yang menyenangkan

    


Kamis, Januari 28, 2021

Ikigai

Topik tentang Ikigai tiba-tiba saja muncul dalam pembicaraan keluarga. Berawal dari si Ragil yang bertanya "Ikigai aku apa ya?" Lho kok tumben .. "Kenapa?"tanya saya.  "Gak, aku pengen punya sesuatu yang ngedorong aku biar gak males-malesan.." Oalaaa.. 
"Dek kamu nonton ini aja.."kata kakaknya sambil memperlihatkan sebuah video youtube yang mengulas tentang Ikigai. 
"Jadi Ikigai tuh begitu ya Bu?"
"Baca buku ini aja dulu.. baru kita diskusi ya"sahut saya sambil memberi sebuah buku.

Buku yang saya maksud adalah buku berjudul "The Book of Ikigai" karangan Ken Mogi, PhD. Di buku ini banyak sekali ditermukan cara hidup, tradisi, budaya, cara hidup, dan falsafah Jepang. Ikigai sendiri merupakan istilah Jepang untuk menjelaskan kesenangan dan makna kehidupan. Iki, artinya hidup sedangan gai berarti harapan. Memiliki Ikigai bisa menghasilkan kesuksesan tetapi kesuksesan bukanlah prasyarat untuk memiliki ikigai.  Dan siapa saja bisa memiliki ikigai. Kita bisa menemukan, menanamkan, dan menumbuhkan ikigai kita sendiri. Menariknya, ikigai ternyata berkorelasi erat juga dengan kesehatan. Berdasarkan riset yang dilakukan pada tahun 2008 yang dilakukan oleh para penelit di fakultas kedokteran Universitas Tohoku dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki ikigai memiliki kerangka berpikir dapat menciptakan kehidupan yang aktif dan bahagia.  Mereka cenderung berolahraga sehingga memiliki penyakit kardiovaskular lebih rendah.

5 Pilar Ikigai

Pertama, Awali dengan hal kecil.

Ikigai diekspresikan sebagai alasan kita bangun di pagi hari. Kisah kehidupan Hiroki Fujita dalam buku menjelaskan detail bagaimana bangun di pagi hari menjadi hal yang penting.
Hiroki Fujita adalah seorang pedagang ikan tuna di pasar ikan Tsukiji. Alasan khusus mengapa ia harus bangun pukul 02.00 dini hari, karena harus segera mendapatkan ikan terbaik bagi para pelanggannya. Sepanjang waktu bergerak, Fujita berpikir, ikan terbaik apa yang bisa didapat hari ini?  Ia merasa pelanggannya, restoran-restoran terkemuka di Tokyo, bergantung pada dirinya. Maka ia pun berusaha seteliti mungkin memilih diantara lusinan ikan tuna yang tergelar di lantai pasar.  
Hal kecil, mendapatkan ikan terbaik, tetapi berdampak luar biasa.

Kedua, Bebaskan dirimu

Masa apa dalam kehidupan yang bebas tanpa beban? jawabnya pasti masa kanak-kanak. 
Anak-anak tak peduli akan status sosial apalagi  berlarut akan penilaian orang lain.  Betapa menyenang anak-anak. Inilah pilar ikigai, melakukan sesuatu tanpa beban.

Ketiga, Keselarasan dan kesinambungan


Keempat, Kegembiraan dari hal-hal kecil

Cerita seperti Fujita menjadi gambaran umum yang terjadi di Jepang yang menjadikan pagi sebagai waktu yang istimewa mengawali hari. Tak hanya karena rutinitas keseharian tetapi juga ada banyak kegembiraan-kegembiraan kecil yang terjadi di pagi hari seperti minum teh hijau, olahraga bersama dengan mendengarkan instruksi dari radio taiso (sekarang lebih banyak dilakukan oleh orang-orang tua) atau bermain shogi (catur Jepang). 
Kita sendiri bisa menciptakan kegembiraan kecil untuk diri sendiri di pagi hari seperti minum teh ditemani sepiring kecil cemilan, berjalan santai menikmati sekitar, atau menyiram tanaman yang tumbuh semakin indah. Kegembiraan di pagi hari, mendorong kegembiraan sepanjang hari. 

Kelima, Hadir di tempat dan waktu sekarang











Rabu, Januari 27, 2021

Memberi dan Menerima Maaf

Kemarin sore saya mengikuti kegiatan  Happy HexaCare Festival, di booth yang membahas tentang Terapi Memaafkan bersama Nugrahaeni Ariati, M.Psi atau yang sering disapa oleh Hexagonia, mbak Nuni.  Niat banget deh emang lagi pengen tahu banyak soal memaafkan. Biar lebih dari hati gituh.. tsahhh ..

Sebelum masuk ke materi, mbak Nuni minta kami, peserta workshop menuliskan perasaan dan harapan yang diinginkan dari memaafkan.  Saya tiga hal, yakni menerima kesalahan (baik pada diri sendiri maupun dari orang lain), mudah memaafkan, dan damai. Setidaknya ini yang langsung terlintas dalam pikiran saya. Kemudian mbak Nuni pun memulai materi dengan menguraikan sebab mengapa kita perlu memaafkan yang ternyata lebih dalam dari sekedar kedamaian. 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu"  (QS Az-Zariyat : 56)

Pemaafan adalah sebuah proses membersihkan hati. Bukan sekedar untuk menciptakan suasana damai atau menjaga kewarasan. Dengan membersihkan hati, kita akan lebih mudah beribadah, yang sejatinya menjadi tugas kita hidup di dunia.

Berikutnya kami belajar mengenali alarm pemaafan. Mbak Nuni mengajak kami membuat lingkaran di kertas dan membaginya menjadi empat bagian yakni perilaku, sosial, fisik, dan emosi. Garis pembaginya diberi skor 0-10

Masing-masing kategori ada tanda alarmnya. Misalkan untuk sosial tandanya menarik diri, dan lain-lain.  Sementara untuk fisik (alarm saya ada di fisik) antara lain sakit kepala, sakit kulit,  serta mual/asam lambung naik.
Ada kalanya alarm terjadi begitu kuat. Jika sudah ada alarm maka kita harus menelaah dengan teliti apa yang pengalaman yang terjadi hari itu atau beberapa hari sebelumnya. 
Mbak Nuni memberikan tips untuk membuat "Life Line" pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman yang tidak , menyenangkan dimana masing-masing juga diberi skor. 

Setelah mengenali alarm pemaafan, membuat life line, maka kami pun dikenalkan beberapa cara untuk bisa melakukan healing. Sesi ini langsung dipraktekkan. Dimulai dengan memfokuskan pandangan, rileks, memejamkan mata, lalu tarik nafas panjang, tahan sampai hitungan keempat, hembuskan. Demikian dilakukan sampai beberapa kali. Saat memejamkan mata, kami diajak untuk menerima semua suara yang terdengar, merasakan apa yang kami sentuh hembusan nafas. Pikiran terasa lebih lepas. Selain tehnik ini ada beberapa tehnik lain lagi yang juga diajarkan.
Bagi saya booth ini sungguh menarik. Saya mendapat banyak oleh-oleh ilmu.



 




 


Selasa, Januari 26, 2021

My City Growth

 

Satu orang memiliki growth mindset, lalu dirinya membumikan pikiran dalam tindakan dan melejit demikian pesat.. nah apa yang terjadi jika dilakukan tidak hanya oleh satu atau dua orang saja tetapi oleh seisi kota?

Inilah yang sedang terjadi di Hexagon City.  Para Hexagonia yang bersungguh-sungguh menjalankan perannya berjalan semakin jauh dari zona nyaman dan kadang menjumpai kejenuhan, keletihan, kesalahan serta kegagalan. Di sinilah proses belajar terjadi yang akan membentuk kualitas lebih baik lagi dan pada akhirnya berpengaruh juga pada kota. Kata kuncinya : mau berubah.

Saya mulai menuliskan action plan yang saya lakukan untuk co house di pekan pertama. Karena saya mencoba membuat aplikasi dengan software pertama masih belum berhasil meski sudah saya instal berkali-kali, saya memutuskan untuk mencoba software yang lain. Di pekan pertama berhasil membuat tampilan aplikasi hanya saja dalam bentuk pdf.


Pekan kedua saya mencoba lagi software yang lain. Qiqiqi sungguh kemal..
Alhamdulillah di rumah si Ragil juga sedang mengikuti worskhop aplikasi android tanpa coding.  Hwaaa pas banget. Emak rusuh ikutan nguprek



berlanjut yaa













Belajar Sampai Tanda Titik

Menulis jurnal zona Growth membuat saya membuka-buka lagi buku "Strawberry Generation" karangan Rhenald Kasali, PhD. Sampai akhirnya saya bertemu lagi dengan tulisan beliau yang ketika pertama saya membacanya dulu membuat saya terdiam agak lama.. 

Berselancar dalam zona belajar itu meletihkan dan kadang memang pahit.  Anda boleh bilang hidup dalam kepahitan ini unethical. Boleh saja. But this is your life, your family life, and you should remember those you love.  Kalau kita mau hidup enak yang harus belajar terus, tidak boleh ada tamatnya meski tidak ada ijazahnya. Artinya, ya kerja keras, kerja lebih gigih, lebih bertanggung jawab, dan memberi lebih.

Ah iya bener banget Prof, belajar itu gak bisa dipungkiri ada lelahnya dan pahitnya juga. Secara fisik belajar membutuhkan energi yang besar.   Secara mental, belajar juga menjadi tantangan stamina mental manakala menjumpai kegagalan berulang kali yang membuat harus belajar lagi berulang kali juga, berjumpa dengan kejenuhan atau godaan yang membuat ingin cepat beralih saja tanpa menyelesaikan apa yang sedang dipelajari.  

Belajar itu pilihan untuk kehidupan yang ingin atau sedang kita lakoni. Saat kehidupan sedang sulit, kita perlu belajar bagaimana caranya agar kesulitan itu dapat teratasi. Mempelajari peluang bisnis, mengatur keuangan, belajar berjejaring, dan lain sebagainya.  Sebaliknya demikian juga saat kita senang, kita perlu belajar menyikapi kesenangan, belajar memajukan lingkungan sekitar, dan seterusnya. Belajar ada di setiap fase kehidupan.

Belajar gak cuma berhubungan dengan diri sendiri tetapi ada orang lain juga yang akan terdampak dengan proses belajar kita. Yang saya maksud bukan hanya tentang hasil belajar ya.. misalnya ketika kita belajar menjahit maka ada hasil jahitan yang lebih rapi lalu kita jual dan bisa mendapatkan uang. Tetapi lebih dari itu belajar juga membawa dampak lebih lainnya terutama pada orang-orang di sekitar kita atau dengan kata lain dalam belajar pun ada hukum alam, presesi.

Apa sih hukum presesi?

Menurut Buckminster Fuller, presesi adalah sebuah prinsip yang selalu memastikan bahwa kita akan memperoleh banyak hal selain tercapainya tujuan itu sendiri.  Jadi yang terpenting bukanlah tercapai tujuan melainkan apa yang kita pelajari dan seberapa jauh perkembangan kita dalam mempelajari tujuan tersebut.
Presesi juga dipahami sebagai efek sebuah jasad yang bergerak dengan jasad lain yang juga bergerak.  Seperti ketika kita menjatuhkan batu di air, maka akan tercipta riak/gelombang air. 
Contohnya saat seorang ibu belajar karena ada suatu tujuan yang ingin dicapai. Dalam prosesnya, ada anak-anak yang melihat betapa ibunya memiliki rasa ingin tahu yang besar, ada suami yang melihat kesungguhan istrinya berusaha, sehingga akhirnya membawa dampak bagi seisi rumah, tanpa direncanakan demikian oleh si Ibu. 
Bagi si ibu sendiri, suatu proses belajar acapkali membuka pintu belajar lainnya.
Sebagaimana yang saya alami. Saat saya belajar memasak lalu saya ingin membagikan di media sosial agar bisa bermanfaat maka saya belajar food photography. Kemudian saya tertarik untuk berjualan makanan, maka saya pun belajar digital marketing, belajar menulis konten dan seterusnya sehingga dari satu tujuan saya bisa memperoleh banyak ilmu.
Contoh lainnya lagi masih dalam tujuan ingin bisa memasak, maka si Ibu membeli beberapa peralatan masak. Efeknya terasa bagi penjual peralatan masak, mendapatkan keuntungan yang berguna juga untuk keluarga penjual ini. 
Hanya satu tujuan, riaknya sampai jauh tak terduga.

Dari sini kita menyadari bahwa belajar tak hanya tentang suka atau tidak suka, butuh atau tidak butuh melainkan tentang value/nilai dan tanggung jawab. Bisa baik atau buruk tergantung pada kita yang memilih value.  Value jugalah yang mendorong para ilmuwan mampu bertahun-tahun melakukan berbagai penelitian. Value, menjadi bahan bakar semangat melebihi dari sebuah pengakuan dan materi.
Hingga belajar menjadi sebuah proses yang tak berhenti, terus dilakukan sampai pada tanda titik  dimana kita tidak bisa lagi belajar karena sudah selesai waktu kita di dunia.
 

Minggu, Januari 24, 2021

Pelukan 20 Detik



Pagi ini saya mendapat kabar duka.. suami salah seorang Hexagonia, yang juga sama-sama menjadi widyaiswara di matrikulasi, meninggal dunia.  Innalillahi wa inna ilaihi rooji'uun..
Sepekan yang lalu, kami masih bercakap-cakap tentang pengajuan dispensasi karena suami beliau masuk rumah sakit. Beliau bercerita bagaimana tekanan darah suaminya sulit naik..
Qodarullah.. pekan ini cerita mengikuti garis ketetapanNya 

Pikiran saya melayang kepada salah seorang sahabat yang juga kehilangan suaminya hampir setahun yang lalu. Kepergian yang tak terduga. Pagi hari masih berinteraksi seperti biasa. Lalu suaminya pergi beraktivitas, demikian juga dengan istrinya. Dan Allah menetapkan sang suami meninggal dunia di tempat aktivitas.. Innalillahi wa inna ilaihi rooji'uun
Alhamdulillah saya datang bertakziah sebelum jenazah dimakamkan. Saya melihat bagaimana sahabat saya memakai pakaian terbaiknya untuk mengantar sang suami ke peristirahatan terakhir. Bukan sebuah gamis berwarna hitam dan jilbab hitam sebagaimana yang biasa dikenakan kebanyakan orang saat berduka. Apakah ini berarti ia tidak berduka? tidak.. saya yakin sahabat saya ini berduka. Tangis derasnya selepas sholat jenazah menjadi wujud semua rasa yang ada dalam dirinya..
Beberapa hari berikutnya, di percakapan whatsapp grup kami, ia melontarkan pertanyaan.. "sudah peluk suami belum hari ini? Alhamdulillah aku sudah peluk suamiku pagi hari sebelum pergi kemarin.."
Duh ..auto meleleh.. 

Pelukan itu sederhana, tak melulu butuh waktu lama. Efeknya pun bisa jadi tak langsung terasa tapi percayalah ia seperti pupuk bagi akar tanaman, menyehatkan dan membuat kokoh suatu hubungan. Tidak hanya bagi suami istri tetapi juga bagi anak-anak, orangtua, dan pertemanan. 
Sebenarnya apa yang terjadi ketika berpelukan? Dilansir dalam artikel klikdokter.com dalam sebuah artikelnya tentang manfaat pelukan bagi kesehatan ternyata berdasarkan penelitian Tiffany Field, PhD (direktur Tousch Research Institut di University of Miami School of Medicine, Amerika Serikat) terdapat efek biokimia dari sentuhan yang meliputi peningkatan serotonin dan bertambahnya oksitosin.

Serotonin adalah suatu neurotransmiter monoamino yang disintesiskan pada neuron-neuron 
serotonergis dalam sistem saraf pusat dan sel-sel enterokromafin dalam saluran pencernaan. Hormon ini dipercaya sebagai pemberi perasaan nyaman dan senang 
Sementara oksitosin adalah hormon pada manusia yang berfungsi untuk merangsang kontraksi yang kuat pada dinding rahim/uterus sehingga mempermudah dalam membantu proses kelahiran. Selain itu, Hormon ini juga berfungsi untuk mensekresi air susu dengan merangsang kontraksi duktus laktiferus kelenjar mammae (payudara) pada ibu menyusui.
(sumber : Wikipedia)

Faktanya, saya baca dari Ibupedia.com, hormon oksitosin memiliki manfaat mengagumkan lainnya yakni 
  • Meningkatkan kemampuan sosial
  • Membuat hubungan semakin solid
  • Membuat tidur lebih baik
  • Membuat orang menjadi lebih dermawan
  • Meningkatkan hasrat seksual
  • Memicu insting melindungi
Maa syaa Allah ..
Betapa banyak manfaat sebuah pelukan.
Kerennya, secara alami, manusia sejak dini bisa merasakannya manfaat pelukan karena memang sudah terinstall dalam dirinya.  Ini sangat menjelaskan mengapa bayi lebih tenang dalam pelukan.  Demikian juga balita yang saat sedang kesal, mendapat pelukan menjadi obat mujarab.

Tetapi ternyata bertambah usia tak semua orang suka dipeluk dan malah merasa risih. Dari pengamatan yang saya lakukan, setidaknya empat hal dibawah ini yang menjadi penyebabnya
  • Pola asuh, 
  • Sedang melalui fase mandiri, 
  • Pengaruh lingkungan, 
  • Krisis kepercayaan diri,  
Mungkin ada hal-hal ilmiah pula yang menguatkan pengamatan saya ini.
Perlu digali lagi nih 😊

Sudah memeluk orang-orang kesayangan hari ini?
20 detik hanyalah angka.. ia terasa sebentar jika rasamu ada didalamnya. Dan sebaliknya, terasa lama jika hanya sebuah keterpaksaan.
Apapun rasamu, mulailah.. 






Selasa, Januari 19, 2021

Diri yang Bertumbuh

 


Growth Mindset.
Saya pernah menulis tentang ini saat mengikat makna buku Prof Rhenald Kasali "Strawberry Generation" Buku yang menarik karena banyak membahas  sisi parenting dimana keberhasilan anak-anak ternyata banyak dipengaruhi oleh mindset yang dimiliki orang tua. Sampai sekarang masih saja ada orang tua yang beranggapan ijazah itu paling utama yang harus dikejar. Pintar itu nomor 1. Dan memang dalam masyarakat pun gelar pendidikan tetap menjadi penilai kedudukan seseorang. "Gelarnya apa?" "Lulusan darimana?" meski telah banyak bukti yang menunjukkan pintar saja tidak cukup. Pintar tetapi tidak bisa mengambil keputusan? akan membuat seseorang mudah dikendalikan oleh orang lain dan hanya bisa menjadi penumpang.

Mindset

Sebelum membahas lebih lanjut tentang Zona Growth, kita cari tahu dulu yuk pengertian mindset. 

Mindset artinya serangkaian pemikiran yang membentuk dasar pemikiran seseorang dalam memandang sesuatu. Mindset adalah kata lain dari pola pikir. Beberapa pengertian mindset menurut para ahli adalah suatu set atau rangkaian pemikiran yang membentuk kebiasaan berpikir dari individu. Selain itu, pengertian lain dari mindset adalah doa dan harapan yang dimiliki seseorang akan suatu hal yang ingin dicapai dalam hidup. Sehingga, doa dan harapan ini kemudian membentuk cara berpikir seseorang. (studilmu.com)

 

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan selama dua puluh tahun oleh Carol S. Dweck yang menunjukkan pandangan yang Anda adopsi untuk diri Anda sangat mempengaruhi cara Anda mengarahkan kehidupan. Mindset hanyalah sebuah keyakinan, ada dalam kesadaran dan sebenarnya dapat diubah. Berkaitan berubah ini ada dua macam mindset. Yang pertama fixed mindset (mindset tetap) dimana orang yang memiliki mindset ini percaya bahwa kualitas seseorang sudah ditetapkan. Misalnya sudah ditetapkan sebagai orang cerdas.  Akibatnya akan menciptakan kebutuhan untuk membuktikan diri terus menerus. Sementara orang yang memiliki mindset lain -growth mindset- percaya bahwa kualitas dasar diri dapat diolah melalui upaya-upaya tertentu. Keberhasilan bagi orang dengan growth mindset terjadi manakala mereka mengembangkan diri.  Sedangkan bagi orang dengan fixed mindset, keberhasilan terjadi jika faktor keberhasilan sudah ada dalam genggaman. Jika sesuatu sudah bersifat terlalu menantang dan mereka merasa tidak cerdas/berbakat, mereka tidak akan tertarik lagi.

Mindset dan Hexagon City

Dari penjabaran singkat di atas tentu kita semakin bisa mengerti mengapa secara khusus ada zona Growth di Hexagon City. Agar kota produktif ini dapat semakin tumbuh, memiliki warga dengan pikiran, keinginan dan aksi untuk terus berkembang menjadi hal yang penting. Memiliki warga yang cerdas dan kreatif saja tidak cukup. 

Saya mulai dengan menuliskan growth untuk diri saya sendiri. Growth mindset bagi saya sebagai hexagonia, selalu ada solusi. Dengan pikiran demikian saya akan mendorong diri terus berupaya bila bertemu tantangan dengan ikhtiar maksimal yang saya bisa lakukan. Baik berupa tindakan maupun pemikiran. Selebrasinya tentu saja manakala sebuah masalah terpecahkan. 

Contoh penerapannya ada di growth saya untuk Co Housing. Membuat aplikasi sendiri tidak pernah terbayang oleh saya sebelumnya. Growth mindset saya BISA. Saya yakin membuat aplikasi bisa dipelajari. Tentu inginnya bisa ada di apps store. Tetapi langkah besar selalu dimulai dari langkah kecil. Jadi target utamanya di perkuliahan ini, bisa diinstal di gawai kami masing-masing. 

Dan kemarin menjadi hari yang menyenangkan buat saya karena akhirnya bisa membuat aplikasi meski masih dalam versi pdf jadi belum bisa diklik seperti file asli yang saya buat.  Yeaayyyy! ini aja udah seneeen.  Tinggal uprek lebih dalam lagi.. semangat!! *tepuk-tepuk pundak sendiri 














 


Selasa, Januari 12, 2021

Hexagon City Bagi Saya...

 


Tidak pernah saya mengira gamifikasi perkuliahan Bunda Produktif dalam bentuk sebuah kota. Sampai saya menerima tawaran sebagai Mardika pun masih mengira demikian. Hingga akhirnya pertemuan pertama dalam koordinasi perkuliahan bersama Founder IIP, Rektor IIP, Malika, Tim Manajer Operasional Bunpro dan Manajer Media dan Komunikasi IIP barulah saya tahu. Excited? tentu saja! Imajinasi akan sebuah kota memenuhi benak kepala. Dan saya mengawalinya dengan dua keinginan sederhana, ingin belajar dan bermanfaat. Kedua keinginan yang saya sampaikan pula kepada suami saat menyampaikan ijin.

Hexagon City...

Sebagaimana taglinenya, Kota Produktif, Warga Kreatif, Penuh Solusi, inilah yang kami rasakan ketika berada di dalam kota.  Sungguh sebuah kota yang dinamis bahkan di hari libur. Saya pernah membaca sebuah status Hexagonia di media sosial yang menuliskan "Hexagon City buannteerree poll" yang menyiratkan betapa cepatnya kota ini melaju. Saya tersenyum sendiri dan mengiyakan dalam hati karena hampir setiap hari memang ada saja yang didiskusikan terutama terkait dengan project passion. Membuat rencana, menetapkan milestone, melaksanakan project, mengevaluasi, menjadi santapan sehari-hari. Disadari atau tidak inilah pola yang turut membentuk kebiasaan baru para hexagonia, sebutan untuk warga Hexagon City. 

Jika ada tantangan, maka hadapi (kerjakan) dan jika ada masalah maka cari solusinya.

Dalam posisi saya sendiri sebagai Mardika pun terasa sekali dorongan untuk sigap memutuskan suatu solusi tindakan, tegas, dan tidak mudah berubah jika itu sudah menjadi sebuah ketetapan.  Berkali=kali saya menjumpai masalah berkali-kali pula saya belajar.
Contoh ketika pengajuan dispensasi (kelonggaran untuk tidak mengerjakan tugas) oleh hexagonia. Dispensasi berlaku jika memang hasil diskusi dengan saya selaku Mardika diputuskan untuk mendapatkan dispensasi. Syarat utama pemberian dispensasi adanya musibah/kejadian di luar dugaan yang menyebabkan pengerjaan tugas pun terhambat  Misalnya sakit parah. Namun ternyata ada juga yang mengajukan dispensasi karena alasan di luar hal tersebut yang sebenarnya tugas jurnal masih bisa dikerjakan. Di sinilah kembali mengasah komunikasi produktif dan menguatkan ketegasan untuk mematuhi peraturan yang ada. Adakalanya terselip rasa kasihan namun saya meyakini diri kembali bahwa yang ditetapkan pun untuk kebaikan hexagonia dalam membentuk karakter diri yang tangguh dan memiliki daya tahan yang kuat. 
Ini baru satu contoh peristiwa, belum lagi hal-hal lain yang saya jumpai selama berinteraksi dengan hexagonia. Termasuk yang terkait dengan Code of Conduct Ibu Profesional.

Kerjasama dalam tim...

Kerjasama menjadi pembeda dengan perkuliahan sebelumnya. "Naik satu level" karena kalau biasanya hexagonia menjalani apa-apa sendiri di perkuliahan ini tidak bisa demikian. 
Berbekal pengalaman menjadi leader regional, Alhamdulillah saya sudah terbiasa bekerjasama dan terlibat aktif dalam sebuah tim. Naik turun ritme dalam tim setidaknya saya icipi.  Saat di Hexagon City ternyata tantangannya, wow, semakin meningkat. 
Alhamdulillah, saya bersyukur berarti Allah menghendaki kemampuan saya bertambah ..
Dalam Hexagon City saya tidak bekerjasama dalam satu regional saja yang cenderung memiliki tipikal yang sama tetapi justru dengan banyak regional lain, dengan tipe yang berbeda-beda pula.  Kerjasama tim tidak selalu mulus sesuai harapan.  Beberapa yang menjadi delay bagi kerja tim (termasuk saya sendiri pun pernah menjadi delay)  Dari sini saya belajar adaptasi, komunikasi, tanggung jawab dan memahami lebih banyak lagi. Tidak hanya di tingkat co house tetapi juga di tingkat leader bahkan sampai City Leader. Masing-masing dengan warna yang berbeda. 

Menambah ilmu..

Ilmu di Hexagon City bertaburan banyak sekali. Kita bisa bebas memilih ilmu apa yang ingin diambil.  Ada cerita menarik tentang ini. 
Selepas perkuliahan Bunda Cekatan saya merintis usaha kuliner dengan merk Tekkan dan produknya cemilan Onde-onde dan kue Pukis.  Usaha ini yang juga merupakan bagian dari peta belajar saya di perkuliahan tersebut.
Kira-kira sebulan sebelum perkuliahan Bunda Produktif dimulai, seorang sahabat yang telah beberapa kali memesan cemilan ini dari saya mengajak saya untuk mengembangkan bisnis lebih jauh lagi. Saya diajak mengikuti sebuah pelatihan bersama seorang coach yang keren dan sudah sering menjadi konsultan bagi pelaku usaha kaya. Namun karena pandemi, suami saya tidak mengijinkan saya mengikuti pelatihan secara offline. 
Lalu satu per satu tugas saya sebagai Mardika datang sehingga perhatian saya terhadap perkembangan bisnis Tekkan berkurang.  Saya memang memutuskan untuk tak banyak multitasking supaya lebih fokus. Tekkan tetap saya jalani (jika ada pesanan saya terima) namun tidak mendalam untuk pemasarannya. Saya pikir saya ingin serius dulu dalam Bunda Produktif, apalagi ini perdana.
Ternyata di Hexagon City saya menjumpai adanya pitching dimata materinya mirip dengan yang Coach itu berikan. Alhamdulillah senangnyaaaa
Tentu saya harus pelajari lagi secara mendalam tapi ini saja sudah membuat saya berbinar bahagia. 
 
Melatih disiplin manajemen waktu..
Mengasah inisiatif dan solusitif..
Dampak kota dalam keseharian keluarga...

Dua bulan lagi perkuliahan selesai
Dan catatan ini akan terus bertambah.. 



 

Minggu, Januari 10, 2021

Mahal atau Murah?

"Berapa harga kuenya?  mahal .."kata Gendhuk.
Saya menatapnya dan ia seperti langsung menangkap kode tatapan mata saya..
"Ngng.. ya gak mahal-mahal banget juga sii..tinggal makan"
Ups.. tatapan emak dahsyat ya.. 
Eh tapi gak gitu juga siii..

Soal murah dan mahal ini sudah menjadi obrolan lama dengan anak-anak.
Saya sampaikan, murah atau mahal itu relatif.  Tergantung pada uang yang kita miliki. Kalau lagi gak punya uang, harga dua ribu pun masih ditawar. Tetapi saat kita punya uang, karena harganya cuma dua ribu jadi beli banyak. Hohoho...Bener kaaan..
Juga ketika kita menjumpai barang dengan diskon yang cukup menggiurkan. Tetap menjadi mahal saat kita belum memiliki cukup uang. Dalihnya, belum prioritas ..qiqiiqiq
Karena kita tahu tergantung pada kedalaman kantong masing-masing, akhirnya kita juga menjadi lebih memahami gaya orang lain dalam membeli sebuah produk.  Contohnya saat melihat banyak sosialita yang punya banyak koleksi tas dengan harga masing-masing tas berjuta-juta (langsung nengok ke tas di rumah yang harganya 60 ribu.. 😜) kita merasa wajar saja, gak julid-julid amat karena memang mereka memiliki uang dan mampu membelinya. 

Selain soal punya uang atau gak, ada beberapa hal lagi yang bisa membuat perspektif kita soal mahal dan murah menjadi berbeda
  1. Kualitas Produk.  Biasanya emak-emak nih paling detail membandingkan kualitas produk sebelum membeli. Ya iyalaaah pengennya punya barang yang tahan lama/awet.  Misalnya ketika ingin membeli baju. Modelnya sama-sama menarik nih, warnanya pun sesuai keinginan. Tapi kualitas bahan berbeda. Yang satu lebih murah tetapi pada cucian pertama akan luntur.  Sementara yang lain tidak. Tentu yang dipilih yang tidak luntur. 
  2. Kebutuhan. Pernahkah melihat suatu pelatihan dengan biaya di atas satu juta? Sering yaa.. biasanya pelatihan yang ilmunya lagi banyak dicari nih...  Lalu menurut kamu sendiri gimana? Mahal atau murah? Jawabannya pasti lagi-lagi tergantung kebutuhan.  Kalau dengan mengikuti pelatihan itu kehidupan kita akan semakin lebih baik, biaya pelatihan tidak terlalu dipermasalahkan. Itu sebabnya meski ada yang mengatakan mahal tetap saja pesertanya membludak.  
  3. Berperan pula sebagai penjual/produsen.  Bagi saya, contoh yang paling mudah diberikan kepada anak-anak tentang harga saat mulai membuka usaha kuliner.  Karena di usaha sebelumnya yang dilakukan tidak banyak melibatkan anak-anak. Misalnya ketika saya membuka usaha craft, yang menjahit saya sendiri.  Usaha MLM juga demikian. Tetapi di usaha kuliner anak-anak melihat dan membantu secara langsung proses pembuatannya. Ikut merasakan pegal-pegal seperti emak 😁 sehingga semakin memahami ada biaya tenaga yang juga harus diperhitungkan 
  4. Produk buatan teman sendiri. Terutama teman yang sudah dekat sekali. Banyak mengiyakan harga yang ditawarkan daripada menawar. Karena kita berharap dengan membeli produknya, akan membuat sang teman merasa senang dan terbantu. Hubungan pun akan menjadi lebih baik lagi. 
  5. Empati.  Duh suka gak tega yaa liat penjual pinggir jalan.  Apalagi kalau sudah tua dan barang dagangannya masih banyak. Hal ini membuat kita tergerak ingin membeli meskipun belum begitu membutuhkan. Mahal atau murah pun tidak terlalu diperhitungkan
Pada akhirnya semua penilaian harga dikembalikan kepada diri masing-masing.
Mungkin saja teman-teman memiliki point-point lain sebagai pertimbangan, silakaaan..
Yang penting kita tetap menjaga adab jual beli yuk!




Sabtu, Januari 09, 2021

Agility

 

Zona Agility
Hai Hexagonia, saatnya berkontribusi dan bekerjasama dalam Cluster.
Waaaa tambah luas lagi, karena biasanya hanya dalam 1 Co House alias bersama 7-12 orang saja.
Kali ini dengan lebih banyak lagi.
Seperti dalam cluster Ratoe Dapur, ada 105 orang yang siap berperan aktif saling membantu. 

Kita cari tahu dulu yuk, Agility apa sih?

Menurut https://lektur.id agility adalah kata benda yang berarti 
  • kelincahan
  • ketangkasan
  • kecerdikan
  • kegesitan
  • kecerdasan
Berkaitan dengan arti kata kelincahan ini menurut Ary Ginanjar, agility adalah kemampuan seseorang untuk mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan keseimbangan shingga dapat beradaptasi dan bertahan dengan segala perubahan jaman. Kelincahan ini berkaitan erat antara kecepatan dan kemampuan belajar sesuatu yang baru. Beliau membagi agility dalam 5 bidang
  1. Change Agility, kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan apapun
  2. Mental Agility, kemampuan untuk bertahan dalam kondisi apapun
  3. People Agility, kemampuan untuk bekerjasama dengan siapapun
  4. Learning Agility, kemampuan untuk mempelajari dan memahami hal yang baru dengan cepat
  5. Result Agility, kemampuan untuk tetap berprestasi dalam kondisi apapun
Di Zona A, kami ditantang untuk menguasai kelima bidang ini  dengan pola pikir agile yang disampaikan oleh Founding Mother yaitu hormat kepada semua orang tanpa membedakannya, dapat memberikan penilaian tertinggi kepada customer, melakukan kolaborasi dengan yang lain, dan menjadikan setiap moment adalah kesempatan untuk belajar.
Kami memulai dengan melakukan analisa diri apa saja yang sudah kami miliki selama di zona-zona sebelumnya serta evaluasi project passion serta memberikannya kepada Cluster Leader sebagai bahan diskusi bersama. 
 


Ini adalah lembar gambaran diri karakter, kekuatan, dan tugas saya selama ini dalam co housing.  Meskipun co house saya adalah memasak, karena kami hendak membuat aplikasi memasak maka saya mengajukan diri untuk menjadi tim aplikasi. 
Karakter yang saya pilih sejak awal adalah inisiatif.  Saya ingin karakter ini akan bermanfaat juga bagi cluster. 

Selanjutnya diskusi dalam co house. Kami bersama membuat master mind dan false celebration project passion. Kami memang bekerja dalam beberapa tim kecil. Namun semua saling terkait.  Kelambatan satu tim berpengaruh pada yang lain. False celebration bukan untuk saling menyalahkan melainkan bagaimana semua akan menjadi lebih baik lagi.


Beberapa hari kemudian kami mendapat undangan berkumpul di Cluster dan saling memperkenalkan diri sesuai urutan Co House serta menceritakan project co housing masing-masing. Mudah ketebak ya, namanya juga Cluster Memasak isi projectnya pasti ada foto makanannya. Asli deh bikin mupeng semua.. wkwkwk











Kamis, Januari 07, 2021

Diam Aja Deh

 

Berasa kayak lagi ngambek baca tulisan "Diam Aja Deh.."
Hehehe gak gitu sih maksudnya
Buat saya, lebih baik diam aja kalau sudah mulai membaca gejala debat panjang dengan orang yang ngeyel.

Pernah mengalami hal yang sama?

Bertemu dengan orang yang ngeyel, diberi saran A-Z tetap aja gak berubah, tetap bersikeras pada pendapatnya sendiri. Kadang saya berpikir, kenapa ya seseorang bisa ngeyel banget? Hmm dugaan saya 

  • Merasa paling tahu dan lawan bicara selalu dianggap memiliki pengetahuan yang kurang
  • Merasa paling mampu 
  • Tidak memahami cara berkomunikasi
  • Tidak suka dengan aturan
  • Memiliki kesulitan dalam berinteraksi
Kalau sudah begini biasanya saya memilih menghindari obrolan yang panjang apalagi sampai berdebat
Cara menghindarinya antara lain dengan diam atau mengalihkan pada obrolan lain. Daripada lelah hayati Maaak..

Atau pola tulisan/lisan saya menjadi resmi dan saya usahakan sistematis agar tidak bertele-tele dan langsung pada point yang dimaksud. Mungkin terkesan tegas atau resmi. Tetapi menurut saya lebih baik daripada dengan obrolan santai malah tak sampai pada inti pembicaraan.
Hal lain lagi yang saya lakukan, tetap berusaha tenang dan  terpancing emosi meski kadang jantung mulai berdebar gemes.. duh Gusti.. istighfar deh banyak-banyak.
Kebayanglah kalau sudah tersulut emosi hubungan pertemanan pun akan menjadi buruk.

Ternyata, kata Nandi Pelusi Ph.D di psychologytoday.com memang menghadapi orang yang sulit memang harus tetap rasional. Tipsnya kurang lebih begini (terjemahan bebas ala saya yaa)
  1. Jika orang yang sulit ini sudah mulai menyerang dengan kalimat yang gak rasional dan emosi, tanyakan langsung apa yang membuatnya emosi
  2. Konfirmasi apa yang disampaikannya. Kalau kita dikatakan mengacau misalnya, tanyakan "maksudnya apa ya?"
  3. Gak perlu membalas dengan nada defensif. Sepakati kalimatnya jika memang kita mengacau namun minta umpan balik yang membangun agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama
  4. Berempati pada apa yang sedang dirasakannya. Misalnya dengan mengatakan "Kedengarannya kamu sedang marah sekarang, aku minta maaf soal itu"
  5. Tahan keinginan untuk bertarung untuk memenangkan perdebatan. Mendengarkan dan mengajukan pertanyaan membawa orang lain ke kesimpulan yang lebih baik. Proses ini dikenal sebagai metode Socrates. 

Alhamdulillah sama seperti yang sudah saya lakukan. 
Oh satu lagi, menurut saya kondisi keimanan kita juga berpengaruh besar saat berhadapan dengan orang sulit/ngeyel. Bikin jadi lebih sabar. 
Yang satu ini, semoga selalu terjaga ya?
 


Selasa, Januari 05, 2021

Menyikapi Sebuah Kesalahan

 


Seorang ummahat membagikan tulisan dari Ali Bin Abi Thalib di atas.. 
Sukses membuat saya tertegun dan merasa diingatkan akan kejadian akhir-akhir ini yang terkait dengan kata "Salah".
Reaksi atas kesalahan yang dilakukan oleh seseorang, yang akhirnya berimbas juga pada reaksi diri saya sendiri dalam menyikapinya yang terasa menguras energi.
Hai, ada apa dengan diri saya?
Bukankah saya tahu selalu ada pilihan?
Sekarang saatnya mencerna lagi..

Seseorang wajar gak sih berbuat salah? Atau salah itu hal yang tabu? Apa yang mendorong kita memiliki persepsi khusus tentang kata salah?
Hmm.. barangkali jawaban paling mudah diberikan adalah (menuding) pola asuh yang kita terima sejak kecil. 
Berkaca dari pola asuh yang umum terjadi, gak semua orang tua mau menerima kesalahan. Contoh gampangnya ucapan yang sering terdengar adalah "Kerjain yang bener, awas ya jangan sampai salah". 
Dan jika si anak berbuat salah, reaksi orangtua beraneka rupa. Mulai dari yang cuek sampai tangan yang terangkat siap menghukum.
Begitu terus bertahun-tahun sehingga yang kita pahami adalah gak boleh salah. 

Lalu pertanyaan berikutnya, kalau gak boleh salah darimana kita akan belajar sesuatu yang benar selain yang memang sudah tahu itu benar?
Qiqiqiqi kalimatnya mbulet ya..
Misalnya gini.. kita diberitahu bahwa kalau mau ke tempat A, saat bertemu di persimpangan jalan yang paling mudah mengambil rute jalan yang lurus saja meski terlihat seperti agak jauh.  Memang benar demikian setelah dicoba. Namun di lain waktu karena penasaran kita memilih rute belok kanan. Dengan anggapan, akan sampai lokasi yang sama juga pada akhinya nanti. Siapa tahu malah bisa lebih cepat. Tetapi ternyata petunjuk awal yang benar karena saat belok kanan kita harus menyeberangi sungai yang membuat perjalanan terhambat. 
Nah jadi tahu kaan.. 

Iseng, saya pun mencari di internet artikel yang membahas reaksi otak saat kita melakukan kesalahan dan menemukan artikel menarik "Mistake Grow Your Brain"  yang menyebutkan bahwa berdasarkan hasil penelitian Jason Moser tahun 2011, saat kita melakukan kesalahan, otak kita secara istimewa memberikan 2 respon.
Pertama, respon RPN dimana terjadi peningkatan aktivitas listrik saat otak mengalami konflik antara respon yang benar dan kesalahan terlepas dari orang yang membuat respon tahu bahwa mereka membuat kesalahan atau tidak.
Kedua, saat orang membuat respon sadar bahwa kesalahan telah dibuat dan memberikan perhatian secara sadar pada kesalahan tersebut. Respon ini disebut Pe. 
Hwaaa maa syaa Allah...
Sudah diinstal demikian oleh Sang Pencipta

Berarti reaksi pertama ketika kita melakukan kesalahan dan disadari sebagai kesalahan seharusnya adalah menerima hal tersebut salah 
Demikian juga semestinya dengan reaksi orang yang ada di sekitarnya, menerima hal itu sebagai kesalahan

Get one point!  

Otak kita menerima tantangan, merespon terhadap sebuah kesalahan, dan tumbuh.
Respon berikutnya pilihan tindakan, memperbaiki atau berdebat? 
Dalam keduanya, jika ada proses yang salah, sekali lagi otak akan merespon serta kembali tumbuh.

Ali bin Abi Thalib ra menyatakan orang bijak akan memperbaiki diri. 
Benar banget, karena dari kesalahan yang diinginkan hasil akhirnya adalah mendapatkan kebenaran.
Perbaikan bisa jadi membutuhkan proses yang panjang.
Di sinilah, menurut saya kerentanan energi terkuras itu besar apalagi ketika proses perbaikan tidak hanya menyangkut diri sendiri tetapi juga orang lain serta tidak sepakat mengarah pada solusi karena dalam perbaikan yang dilakukan bisa terjadi perdebatan.

Debat sendiri, tidak selalu buruk.
Adakalanya debat dibutuhkan untuk menyampaikan dan mempertahankan suatu hal/ilmu yang kita yakini kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam Islam pada dasarnya debat diperbolehkan asal dengan cara yang baik dan benar seperti dalam ayat berikut 

 فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ 
"Berbicaralah kamu (Musa) berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut" Qs Thahaa (22) : 44  

Debat menjadi buruk manakala dilakukan dengan cara yang tak baik seperti misalnya menjatuhkan lawan dan tidak berdasarkan ilmu melainkan emosi semata, merasa yang paling benar.
Kalau sudah begini banyak waktu tersita, menjadi episode panjang melebihi sinetron manapun, karena debat tidak pernah mencapai titik temu.

Clear, saya memang harus menetapkan pilihan kalau tidak mau larut dalam capek dan waktu terbuang percuma pada debat tak berujung.. 
Pengen menjadi orang pintar dan bijak sajalah..😁

Biar tetap bahagia 😘