Tidak pernah saya mengira gamifikasi perkuliahan Bunda Produktif dalam bentuk sebuah kota. Sampai saya menerima tawaran sebagai Mardika pun masih mengira demikian. Hingga akhirnya pertemuan pertama dalam koordinasi perkuliahan bersama Founder IIP, Rektor IIP, Malika, Tim Manajer Operasional Bunpro dan Manajer Media dan Komunikasi IIP barulah saya tahu. Excited? tentu saja! Imajinasi akan sebuah kota memenuhi benak kepala. Dan saya mengawalinya dengan dua keinginan sederhana, ingin belajar dan bermanfaat. Kedua keinginan yang saya sampaikan pula kepada suami saat menyampaikan ijin.
Hexagon City...
Sebagaimana taglinenya, Kota Produktif, Warga Kreatif, Penuh Solusi, inilah yang kami rasakan ketika berada di dalam kota. Sungguh sebuah kota yang dinamis bahkan di hari libur. Saya pernah membaca sebuah status Hexagonia di media sosial yang menuliskan "Hexagon City buannteerree poll" yang menyiratkan betapa cepatnya kota ini melaju. Saya tersenyum sendiri dan mengiyakan dalam hati karena hampir setiap hari memang ada saja yang didiskusikan terutama terkait dengan project passion. Membuat rencana, menetapkan milestone, melaksanakan project, mengevaluasi, menjadi santapan sehari-hari. Disadari atau tidak inilah pola yang turut membentuk kebiasaan baru para hexagonia, sebutan untuk warga Hexagon City.
Jika ada tantangan, maka hadapi (kerjakan) dan jika ada masalah maka cari solusinya.
Dalam posisi saya sendiri sebagai Mardika pun terasa sekali dorongan untuk sigap memutuskan suatu solusi tindakan, tegas, dan tidak mudah berubah jika itu sudah menjadi sebuah ketetapan. Berkali=kali saya menjumpai masalah berkali-kali pula saya belajar.
Contoh ketika pengajuan dispensasi (kelonggaran untuk tidak mengerjakan tugas) oleh hexagonia. Dispensasi berlaku jika memang hasil diskusi dengan saya selaku Mardika diputuskan untuk mendapatkan dispensasi. Syarat utama pemberian dispensasi adanya musibah/kejadian di luar dugaan yang menyebabkan pengerjaan tugas pun terhambat Misalnya sakit parah. Namun ternyata ada juga yang mengajukan dispensasi karena alasan di luar hal tersebut yang sebenarnya tugas jurnal masih bisa dikerjakan. Di sinilah kembali mengasah komunikasi produktif dan menguatkan ketegasan untuk mematuhi peraturan yang ada. Adakalanya terselip rasa kasihan namun saya meyakini diri kembali bahwa yang ditetapkan pun untuk kebaikan hexagonia dalam membentuk karakter diri yang tangguh dan memiliki daya tahan yang kuat.
Ini baru satu contoh peristiwa, belum lagi hal-hal lain yang saya jumpai selama berinteraksi dengan hexagonia. Termasuk yang terkait dengan Code of Conduct Ibu Profesional.
Kerjasama dalam tim...
Kerjasama menjadi pembeda dengan perkuliahan sebelumnya. "Naik satu level" karena kalau biasanya hexagonia menjalani apa-apa sendiri di perkuliahan ini tidak bisa demikian.
Berbekal pengalaman menjadi leader regional, Alhamdulillah saya sudah terbiasa bekerjasama dan terlibat aktif dalam sebuah tim. Naik turun ritme dalam tim setidaknya saya icipi. Saat di Hexagon City ternyata tantangannya, wow, semakin meningkat.
Alhamdulillah, saya bersyukur berarti Allah menghendaki kemampuan saya bertambah ..
Dalam Hexagon City saya tidak bekerjasama dalam satu regional saja yang cenderung memiliki tipikal yang sama tetapi justru dengan banyak regional lain, dengan tipe yang berbeda-beda pula. Kerjasama tim tidak selalu mulus sesuai harapan. Beberapa yang menjadi delay bagi kerja tim (termasuk saya sendiri pun pernah menjadi delay) Dari sini saya belajar adaptasi, komunikasi, tanggung jawab dan memahami lebih banyak lagi. Tidak hanya di tingkat co house tetapi juga di tingkat leader bahkan sampai City Leader. Masing-masing dengan warna yang berbeda.
Menambah ilmu..
Ilmu di Hexagon City bertaburan banyak sekali. Kita bisa bebas memilih ilmu apa yang ingin diambil. Ada cerita menarik tentang ini.
Selepas perkuliahan Bunda Cekatan saya merintis usaha kuliner dengan merk Tekkan dan produknya cemilan Onde-onde dan kue Pukis. Usaha ini yang juga merupakan bagian dari peta belajar saya di perkuliahan tersebut.
Kira-kira sebulan sebelum perkuliahan Bunda Produktif dimulai, seorang sahabat yang telah beberapa kali memesan cemilan ini dari saya mengajak saya untuk mengembangkan bisnis lebih jauh lagi. Saya diajak mengikuti sebuah pelatihan bersama seorang coach yang keren dan sudah sering menjadi konsultan bagi pelaku usaha kaya. Namun karena pandemi, suami saya tidak mengijinkan saya mengikuti pelatihan secara offline.
Lalu satu per satu tugas saya sebagai Mardika datang sehingga perhatian saya terhadap perkembangan bisnis Tekkan berkurang. Saya memang memutuskan untuk tak banyak multitasking supaya lebih fokus. Tekkan tetap saya jalani (jika ada pesanan saya terima) namun tidak mendalam untuk pemasarannya. Saya pikir saya ingin serius dulu dalam Bunda Produktif, apalagi ini perdana.
Ternyata di Hexagon City saya menjumpai adanya pitching dimata materinya mirip dengan yang Coach itu berikan. Alhamdulillah senangnyaaaa
Tentu saya harus pelajari lagi secara mendalam tapi ini saja sudah membuat saya berbinar bahagia.
Melatih disiplin manajemen waktu..
Mengasah inisiatif dan solusitif..
Dampak kota dalam keseharian keluarga...
Dua bulan lagi perkuliahan selesai
Dan catatan ini akan terus bertambah..
0 Comments:
Posting Komentar
Haiii.. tanpa mengurangi keakraban, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan yaa.. Komentar bersifat spam tidak akan dipublikasi