Senin, Desember 30, 2019

Mengenal Fiqh Jinayat

Ada yang seperti saya, baru tahu fiqh jinayat?  Sebenarnya sudah sering membaca topik-topik bahasan yang tergabung dalam fiqh jinayat. Hanya saja kata "Jinayat"nya baru mendengar.
Jinayat, artinya kejahatan. Jadi semua tindak kejahatan yang ada di muka bumi ini, kaidah hukumnya dibahas dalam fiqh Jinayat.  Sebutan lain untuk Jinayat adalah Jarimah. Sepintas kata jarimah terdengar bagus ya.. Nah jangan sampai salah nih karena gak ngerti arti bahasa dijadiin nama anak.."yang penting ke arab-araban" 😜
Ada pun definisi jinayat secara syar'i menurut Sayyid Sabiq dalam buku fiqh sunnah adalah "Setiap pekerjaan yang diharamkan".

"Kenapa sih fiqh Jinayat baik untuk kita pelajari? kan hukum di Indonesia gak pake hukum Islam?" tanya KH Bakrun Syafii (Pengasuh Pondok Pesantren Sains Al Qur'an Al Abror), pengajar kami. Duh kok pas banget ya saya lagi mikir gitu juga..
"Biar tahu Ustadz.." jawab salah seorang di antara kami.
"Kalau sudah tahu mau apa?" tanya Ustadz lagi.
Eh iya ya mau apa? kan gak diterapin..
Suasana jadi hening.. khas emak-emak kalo gak tahu 😁
Ustadz pun melanjutkan penjelasannya, "Kita belajar perlu fiqh Jinayat, karena selain untuk pengetahuan saat ini, juga ketika akhirnya hukum Islam sudah bisa diterapkan, kita sudah memiliki bekal. Seperti di Aceh, sebelumnya hukum Islam tidak diterapkan seperti sekarang. Bukan tidak mungkin di wilayah lain di Indonesia pun hukum Islam bisa diterapkan sebagaimana di Aceh"
Saya pun mengangguk-angguk.. benar juga kata Ustadz.  Kalau akhirnya bisa diterapkan oleh pemerintah tetapi banyak di antara rakyatnya sendiri yang tidak paham meski muslim, tentu butuh orang-orang dari kalangan muslim juga yang membantu menjelaskan dan mensosialisasikan kebaikan dari diterapkannya hukum Islam.

Kemudian Ustadz menerangkan tentang Maqoshid Syariah.
Waduh bahasa arab lagi.. apa maksudnya ya?
Kita bahas pengertiannya per kata suoaya lebih mudah memahami.
Maqoshid, artinya tujuan.  Sementara Syariah adalah ajaran/hal-hal yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah, Muhammad SAW.
Kalau kita gabungkan nih, Maqoshid Syariah berarti tujuan diterapkannya ajaran yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

Maqoshid Syariah mencakup 6 hal, yakni :

  1. Menjaga Agama, contoh kejahatan yang membuat agama tak terjaga adalah murtad, aliran sesat, penistaan terhadap simbol-simbol agama, dll
  2. Menjaga Jiwa, contoh kejahatan yang membuat jiwa melayang antara lain pembunuhan, aborsi, euthanasia
  3. Menjaga Keturunan, contoh kejahatannya yaitu zina dan LGBT 
  4. Menjaga Akal, dari kejahatan seperti narkotika dan miras
  5. Menjaga Harta, contoh kejahatannya  pencurian, perampokan, korupsi
  6. Menjaga Kehormatan, dari kejahatan seperti menuduh orang baik-baik melakukan zina/perselingkuhan, dll
Maa syaa Allah.. luar biasa ya betapa ajaran Islam menyentuh semua aspek kehidupan.
Selama ini yang sering terhembus pada kita bahwa hal-hal yang berbau syariah itu melanggar hak asasi manusia dan merugikan padahal sebaliknya justru dihadirkan untuk menjaga kebaikan kita, umat Islam. Bahkan imbas kebaikannya pun ada untuk umat lain. 

Kaitan antara mempelajari fiqh jinayat dengan maqoshid syariah, tentu saja dengan mempelajari fiqh jinayah maka kita akan semakin tahu kejahatan apa saja yang harus kita waspadai karena  kejahatan-kejahatan tersebut amat berbahaya bagi keselamatan agama, jiwa, keturunan, akal, harta, dan kehormatan kita secara khusus dan umat secara umum. 
Sesuai definisi syar'inya ya, jinayat itu pekerjaan yang diharamkan.
Sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT sudah pasti karena Allah Maha Mengetahui, pekerjaan itu amat berbahaya bagi kehidupan kita. 
Siapa yang mau selamat dari bahaya?
Saya yakin semua akan mengacungkan jari.
Saat kita sudah lebih waspada, maka kita akan dengan sukarela menghindari dan memutuskan tindakan apa yang harus kita lakukan untuk mengantisipasi kejahatan tersebut. 
Pastinya  berjuang memberantas kejahatan dan menegakkan syariat bukan hal yang mudah.
Namun jika tidak ditegakkan maka bahayanya akan semakin besar dan bukan tidak mungkin syariatnya pun akan musnah. 
Sementara kita sudah sepakat tujuannya luar biasa baik bagi kita. 
Kita bisa memulai dengan memusnahkan benih kejahatan dan menegakkan syariat dari diri kita sendiri.
Semakin banyak orang yang memulai dari dirinya sendiri, in syaa Allah semakin mudah maqoshid syariah tercapai.. aamiin

Kembali ke fiqh jinayah yuk

Fiqh Jinayah membagi kejahatan dalam 3 kelompok yaitu
  1. Kejahatan yang tergabung dalam kategori Hudud, yakni kejahatan yang sanksinya ditetapkan oleh syariat baik jenis, jumlah, dan ukurannya.  Termasuk di dalamnya khomr (mabuk-mabukan), zina, murtad, penistaan agama, hirobah (perampokan), dan menuduh zina. Jadi siapa pun pelakunya, hukumannya ya seperti itu, sesuai jenis kejahatan yang dilakukan. 
  2. Kejahatan yang tergabung dalam kategori Ta'zir, yakni kejahatan yang sanksinya tidak ditetapkan oleh syariat baik jenis, jumlah dan ukurannya. Untuk ini yang menerapkan sanki adalah hakim atau penguasa.
  3. Kejahatan yang tergabung dalam kategori Qishos, yakni kejahatan yang dapat menghilangkan nyawa seseorang. Khusus Qishos tidak termasuk dalam kategori Hudud karena didalamnya ada hak Adamy (hak manusia) dimana jika keluarga korban ada yang memaafkan maka sanksi qishos tidak berlaku dan diganti dengan membayar diyat.
Bismillah, in syaa Allah akan saya kupas kembali tentang fiqh jinayah ini sesuai makna/hikmah yang saya ikat saat menghadiri kajian. 
Untuk pembahasan ilmu fiqh secara detail, lengkap dengan mahzab, dalil ayat Alqur'an serta hadist, dan seterusnya, lebih baik ikut kajiannya juga deh atau baca bukunya ..
Saya sendiri merasa mengikuti kajian, mendengarkan penjelasan ustadz secara langsung amat membantu memahami ilmu fiqh ini dibanding hanya membaca dari buku.
Apalagi penjelasan ustadz juga banyak dikaitkan dengan kejadian sehari-hari
Bikin saya makin mengucap "oooo gitu.." hehehe..

Alhamdulillah jadi semakin tahu.
Dan iyess.. itu rejeki!


Sumber Bacaan :
  • Materi Kuliah Fiqh Sunnah Masjod Qoryatussalam Depok
  • Fiqh Sunnah Jilid 4, karangan Sayyid Sabiq



Sabtu, Desember 28, 2019

Nasyid Bestari

Kangen Bestari.  Siang itu tetiba pengen aja nguprek di google, ada gak ya yang masih punya kaset Bestari? kalau nasyidnya di youtube alhamdulillah cukup banyak.  Terutama nasyid dengan judul Hijrah karangan teman saya Dina (miss u Din!). 
Dina ini satu-satunya anggota tim nasyid Bestari yang berasal dari luar IPB , tepatnya dari Universitas Pancasila.  Sebelumnya Dina juga sudah punya tim Nasyid sendiri, bernama Nurani, yang juga sudah mengeluarkan satu album kaset muslimah.
Dan saat saya nguprek inilah, setelah sekian halaman pencarian, saya menemukan setidaknya tiga artikel, yang hampir sama isinya di tiga blog yang berbeda (seperti copy paste dan entah mana yang menulis lebih dahulu) yang mengupas sejarah nasyid di Indonesia dimana di dalamnya dicantumkan juga tentang Nasyid Bestari yang dikaitkan dengan feminisme. 
Hmm... sepertinya ada beberapa bagian yang perlu saya luruskan guna menghindari kesalahpahaman. 

Berikut ini adalah bagian artikel yang saya salin dari salah satu blog tersebut :

Nasyid dan Feminisme
Grup vokal “Bestari”, pada awal tahun 90-an menandai kemunculannya dalam dunia nasyid yang selama ini disemarakkan oleh kaum lelaki. Grup vokal yang digawangi oleh Asma Nadia ini mendapatkan pro-kontra. Sebagian mendukung karena kelahiran Bestari merupakan sebuah dorongan bagi muslimah lain untuk bangkit dari pundak lelaki. Bestari mengatakan bahwa wanita memliki potensi lebih baik daripada pria dalam hal bernyanyi. Sebagian lain kontra terhadap pernyataan tersebut.
Feminisme ternyata tidak melulu dikaitkan dengan kesetaraan dalam bidang pekerjaan maupun politik saja dalam hal ini. Pada sisi lain, masalah feminisme telah merasuk ke dalam seni musik yang satu ini, sehingga pada awal mula kelahirannya, Bestari mendapat beberapa kecaman karena berusaha mendobrak masuk ke wilayah yang seharusnya tak terjamah wanita. Dalam Islam memang banyak ulama yang berpendapat bahwa suara wanita dapat menyebabkan bangkitnya syahwat lelaki yang dapat menimbulkan hawa nafsu. Karena dalam Islam, suara wanita merupakan aurat. Islam telah mengatur sesuatu sedemikian rupa, sehingga keindahan wanita dapat disalurkan lewat media-medianya yang lain, seperti menulis atau membuat seni-seni rupa dan kriya, seperti melukis, merajut, membuat keramik, dsb.

Cukup mengernyitkan kening juga membaca tulisan ini.  Di satu sisi Alhamdulillah ternyata kemunculan tim nasyid Bestari dijadikan sebagai bagian dari sejarah perkembangan nasyid di Indonesia namun di satu sisi juga kaget karena dikaitkan dengan feminisme yang bahkan topik tentang feminisme saja amat jarang kami bahas apalagi dijadikan tema sebuah lagu.
Justru awal kami hadir, selain diniatkan untuk menjadi amal sholih dalam kehidupan kami, juga menjadi alternatif pilihan nasyid yang bisa didengar oleh para muslimah, dimana kala itu lebih banyak didominasi oleh tim nasyid ikhwan (laki-laki). Kami berharap mendengarkan nasyid muslimah akan membantu menjaga hati dan memudahkan penyampaian pesan dakwah karena beberapa hal pada muslimah akan lebih mengena jika yang menyampaikan adalah muslimah.  Contoh pesan tentang jilbab. Akan berbeda jika yang mengajak untuk memakai jilbab adalah muslimah juga karena sebagai sesama muslimah bisa berbagi cerita apa yang dirasakan ketika hijrah atau saat sudah berjilbab. Saya ingat sekali ada sebuah surat dari seorang ikhwan dari kota Solo kepada kami yang menuliskan ucapan terimakasihnya karena lirik nasyid Bestari turut membantu memudahkan ikhtiarnya untuk mengajak sang adik mengenakan jilbab. Mirip dengan kisah yang dituliskan oleh mbak Suci dalam blognya. Dan kisah kejadian seperti ini tidak hanya satu atau dua saja yang dibagikan langsung kepada kami. Sekali lagi, tentu semua terjadi atas kehendak Allah semata.

Tidak dipungkiri memang benar di masa itu reaksi terhadap kemunculan Bestari amat beragam.  Beberapa bereaksi seperti pada artikel di atas tetapi banyak juga yang mendukung bahkan senang kehadiran tim Nasyid Bestari menjadi perantara untuk mengenal Islam lebih jauh. Ada sebuah ulasan khusus dalam sebuah tabloid Islam, dari seorang ustadz yang ikut menanggapi reaksi ini dengan mengatakan kurang lebih demikian "Jika dalam kaset dituliskan khusus muslimah, maka bukan seratus persen kesalahan tim nasyid tersebut jika ada pria yang mendengarkannya.  Ibarat pisau yang diperuntukkan sebagai alat untuk memotong sayuran (memasak) kemudian digunakan untuk berbuat kejahatan maka bukan kesalahan dari si pembuat pisau".  Alhamdulillah di cover kaset Bestari memang sudah tertulis khusus untuk muslimah.

Saya bergabung dalam tim nasyid Bestari sejak masih bernama Forum Kreativitas Muslimah (FKM).  Semua anggota FKM merupakan mahasiswi IPB namun berasal dari beberapa fakultas yang berbeda.  Kemudian anggota FKM mengerucut menjadi 5 orang dan berganti nama menjadi BESTARI yang merupakan singkatan dari BErsama cinTa dan Ridho Ilahi. Menjelang pembuatan album pertama terjadi perubahan personel lagi menjadi 4 orang yakni Asma Nadia, Yuni Prihayati, Novi Kristianti, dan saya sendiri.  Kami bernasyid secara acapella, tanpa alat musik sama sekali.  Pada pembuatan album kedua tim Bestari mendapatkan dua anggota baru yang salah satunya berasal dari luar IPB seperti yang sudah saya sebutkan di awal tulisan. 

Setelah menikah, karena domisili yang jauh, saya tidak terlibat lagi dalam kegiatan Bestari, termasuk dalam pembuatan album ketiga.
Namun demikian kami tetap saling bertukar kabar.
Bagi saya, hingga kini setiap anggota Bestari (dan juga FKM) adalah sahabat-sahabat hati..
Semoga Allah berkenan, mengeratkan ikatan ukhuwah ini dan menjadi syafaat di yaumil hisab kelak..aamiin

Eh iya tentang kasetnya tadi.. ternyata masih ada yang jual di toko online!
Volume 2 aja sihhh.. gapapalah
Liat foto kasetnya auto flash black, mata langsung ngembeng...
Buru-buru ngasih kabar teman bestari yang lain
Reaksinya sama
Suaminya malah langsung beli.

"Eh nyetelnya pakai apa? masih punya tape?"
"Aku adaaaa"
"Alhamdulillah..." 💖💖💖

Jumat, Desember 27, 2019

Belajar Fiqh Yuk!

Jujur dulu tuh saya agak melipir setiap diajak serius belajar fiqh. Bukan karena ilmu fiqh gak penting.. pening euy liat banyak banget mahzabnya, dalilnya.. jadi saya lebih sering membaca bab fiqh sesuai kebutuhan saja.  Misalnya saya sedang mencoba berdagang maka bab tentang Jual Beli saja yang saya baca. Atau mau melihat tentang memandikan jenazah, ya sudah itu saja. Dan tidak mencoba mencari buku atau sumber lain sebagai penambah pengetahuan. "Cukuplah yang penting intinya dapat" begitu pikir saya.  Padahal setelah saya ikut belajar kajian fiqh saya baru tahu yang saya kira "inti" bukan inti juga, alias perlu ada hal lain yang mendasar yang dipahami.

Alhamdulillah Allah ijinkan sekitar 3 bulan terakhir saya mengikuti 2 kajian fiqh sekaligus.  Yang satu kajian fiqh khusus wanita, yang satu lagi kajian fiqh umum. Keduanya berbeda tempat dan waktu. Ada yang setiap pekan dan ada yang setiap dua pekan sekali.  Sebenarnya pada kedua kajian itu saya tidak mengikuti dari awal. Bahkan untuk yang fiqh umum sudah memasuki semester terakhir.  Tetapi penyelenggara mengatakan bahwa kuliah fiqh akan diulang kembali dari awal. Jadi in syaa Allah saya akan tetap bisa mengikuti materi-materi awal.

Ya, saya ingin sekali ilmu yang akan saya dapat bisa saya bagikan kembali khususnya untuk anak-anak yang sudah beranjak dewasa (selain bagi saya sendiri akan bertambah lagi bekal pengetahuan sebelum melakukan sesuatu hal).
Saya ingat saat seumuran mereka saya tak tertarik sama sekali untuk belajar fiqh.
Saya bersekolah di sekolah negeri yang notabene jam pelajaran agamanya lebih sedikit daripada sekolah madrasah atau sekolah islam lainnya. Belajar pelajaran sekolah saja rasanya sudah cukup menyita waktu.  Apalagi ditambah belajar fiqh dengan banyak dalil, bisa makin keriting deh 😵

Namun seiring berubahnya peran, menjadi seorang Ibu, sisi pandang saya berubah.
Saya merasa anak-anak saya perlu mengetahui  fiqh meski mungkin belum mendalam.  Minimal lebih banyak daripada yang saya ketahui dulu.  Apalagi mengingat pergaulan masa ini amat berbeda dengan masa saya dulu. Mudahnya akses teknologi menambah perbedaan semakin terasa. Di satu sisi padatnya jam belajar (yang juga lebih banyak daripada masa saya sekolah dulu), banyaknya tugas sekolah, membuat keinginan mereka untuk belajar fiqh secara langsung berkurang.  Sudah lelah dengan sedemikian banyaknya beban sekolah.
Saya berharap bisa menjadi perantara ilmu bagi mereka.
Dan yang mereka ketahui ini akan bisa menjadi bekal dalam menghadapi tantangan jaman.
Gendhuk (anak perempuan saya) beberapa kali bilang "Jaman aku nanti ngeri ya Bu, sekarang aja banyak pendapat sama pemikiran (yang jauh dari nilai Islam) begini.."
Kalimat yang menjadi pendorong buat saya untuk semakin bersemangat lagi belajar.. 💪
Meski masih aja tiap liat bukunya, tatapan saya mendadak sendu "banyak amattt yang musti dibaca..."
Tantangan banget!

Sesuai dengan tujuan pribadi tadi, Bismillah, saya membuat tulisan khusus dalam menu jurnal, apa yang saya pelajari selama mengikuti kajian fiqh. Yang saya tulis lebih pada ikatan makna dari ilmu yang dibagikan oleh pengajar, ustadz dan ustadzah.
Untuk ilmu fiqh lebih detail silakan membaca buku rujukan utama yakni Fiqh Sunnah karangan Sayyid Sabiq dan buku Fiqh Wanita karangan Syaikh Kamil Muhammad 'Uwaidah.  Atau bisa ditambah juga artikel-artikel lain yang berkaitan.

Oh iya saat menulis ini saya belum lama mengikuti ujian fiqh.  Meski kajian ini pesertanya ibu-ibu semua (dan banyak yang lebih tua daripada saya) yang setiap hari lebih banyak berkutat dengan urusan domestik rumah tangga, tetapi tetap diadakan ujian tertulis untuk mengukur pemahaman terhadap hal-hal yang sudah dipelajari. Khusus untuk kajian Fiqh Umum bahkan sebelumnya didahului dengan presentasi kelompok yang membahas tema-tema seputar ilmu fiqh yang dipelajari.

Ibu-ibu rumahan ujian?
Mau tahu yang terjadi di malam sebelum ujian?
Whatsapp grup heboh luar biasa!
Deg-degan.. udah lamaaa gak sekolah euy
Ada yang nanya kisi-kisi.. ada yang nanya bahan ujian karena gak datang di pertemuan..
Ada yang nulis "ujiannya bisa open book gaaakk?" "Ujiannya bisa dbawa pulang?" 😂

Ssstttt Maaaak.. jangan sampai anak-anak tahuuuu.. bisa malu kitah 😅






Selasa, Desember 24, 2019

Ini Terampilku!

Begini kali ya ekspresi mata berbinar saat akhirnya menemukan aktivitas keseharian yang "gue banget".  Bangun tidur jadi lebih bersemangat karena tahu hari itu akan bertemu kembali dengan aktivitas yang bisa dan disuka. Apalagi kalau ternyata bisa menjadi keterampilan yang berguna bagi ketebalan isi dompet.. rutinitas di rumah jadi gak ngebosenin.  Hitung-hitungan soal uang memang bikin "segaaar".. hahahaha.  Eit belum tentu juga ya.. menambah tebal dompet belum berarti otomatis menjadi bahagia secara batin apalagi jika menjalaninya karena terpaksa.

Duh jadi kemana-mana deh bahasannya..
Qiqiqi emak, suka ngelantur
Balik lagi ke aktivitas saya sendiri..

Setelah di postingan sebelumnya saya menuliskan 5 aktivitas keseharian yang saya suka dan bisa (masak, hasta karya, diskusi, belajar, desain) dalam telur hijau, kali ini saya akan mengelompokkan lagi dari 5 aktivitas tersebut mana yang

  1. Penting dan mendesak
  2. Penting tetapi tidak mendesak
  3. Tidak penting tetapi mendesak
  4. Tidak penting dan tidak mendesak
Pengelompokkan ini berkaitan erat dengan penempatan prioritas. Dari sekian banyak yang kita suka tentu perlu diperdalam satu per satu agar hasilnya lebih maksimal. Saat melakukannya pun akan lebih fokus.  Ini hasil pengelompokkan aktivitas saya : 



Gak mudah ternyata menentukan prioritas.
Apalagi kalau yang disuka banyak. Ibarat melihat makanan enak, maunya semua dibeli, semua mau dimakan. Tetapi bisa jadi kelezatannya malah berkurang.
Demikian juga jika semua kegiatan yang disuka dipilih untuk diperdalam. "Kelezatan" alias hasil pun bisa jadi tdiak maksimal.

Akhirnya saya menentukan memasak dan belajar yang berada dalam kuadran penting dan mendesak.  
Belajar menjadi hal yang penting dan mendesak karena pada hampir setiap kegiatan di rumah melibatkan proses belajar.  
Sementara memasak saya pilih karena

  • Keluarga (terutama anak-anak) lebih suka masakan yang dimasak sendiri.  
  • Memasak sendiri lebih hemat daripada membeli masakan yang sudah jadi
  • Menjadi tanggung jawab seorang ibu untuk menyiapkan  makanan yang halal dan thoyib bagi keluarga
  • Berpeluang menambah pemasukan keuangan
  • Ilmu memasak bisa dibagikan dengan yang lain sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat
Untuk desain, saya masukkan ke dalam kuadran tidak penting tetapi mendesak.  Saya sudah  mulai memberanikan diri menerima permintaan desain. Tak semua berbayar memang tetapi tak mengapa karena saya memanfaatkan pesanan tersebut sebagai ajang latihan sehingga mengerjakannya pun tetap dengan hati senang.  Yang sudah saya kerjakan antara lain desain spanduk (contoh pada foto di bawah ini, desain untuk ukuran spanduk 6x8 m2),pin,  kartu undangan, flyer, sampai desain tampilan web (front end).



Agar lebih bagus lagi dalam mendesain, saya berpikir untuk menambah ilmu cukup mendesak namun  tidak penting karena permintaan desain masih sewaktu-waktu saja.

Hasta karya (keterampilan tangan) menjadi kegiatan favorit yang saya tempatkan di kuadran tidak mendesak tetapi penting. Penting bagi saya untuk membuat beberapa peralatan/benda sendiri karena selain kebutuhan akan fungsi sebuah benda yang terpenuhi, juga rasa bahagia berkreativitas serta bangga bisa membuat hasta karya sendiri.
Seperti saat saya membutuhkan wadah untuk meletakkan remote televisi karena remote seringkali terselip akibatnya mau menonton televisi harus mencari remote dahulu.  Lalu saya pun berpikir "apa ya yang bisa digunakan sebagai wadah? pakai bahan yang sudah gak terpakai.." Pilihan jatuh pada botol bekas air mineral.  Saya potong menjadi dua kemudian saya hias dengan kain sehingga tampilan wadah remote pun menjadi cantik dan.. iyess! gak perlu bingung mencari remote lagi. Namun hasta karya dimasukkan dalam kategori tidak mendesak karena beberapa barang masih bisa dibeli saja tanpa harus membuatnya sendiri.

Di kuadran terakhir, tidak mendesak dan tidak penting adalah diskusi.
Kegiatan ini masih bisa saya perkecil porsinya dan dibatasi dengan kandang waktu agar tidak mengganggu aktivitas utama.
Musti usaha bener-bener nih ...
secara emak doyan ngobrol 😅

Menentukan Telur Merah


Telur Emak sekarang berwarna merah!
Di grup whatsapp Bunda Cekatan Depok kami bercanda menyebutnya sebagai telur bumbu bali atau telur balado .. hahahahha emak-emak obrolannya gak jauh dari makanan dan dapur.

Inilah telur-telur yang akan saya perdalam lagi baik ilmu maupun keterampilannya.
Oh iya saya tambahkan satu telur yakni membuat kue.
Prinsip dasar keterampilan dan ilmu yang dibutuhkan sama seperti memasak hanya beda jenis.
Misalnya sama-sama perlu mengujicoba resep. Maka yang satu uji resep masakan, yang satunya uji resep kue.

Mulai bikin coretan ah..
Apa saja yang saya harus kuasai agar semakin terampil 😊






Selasa, Desember 17, 2019

Bermain di Kelas Bunda Cekatan


Yeaayyyy alhamdulillah.. setelah jeda waktu yang cukup panjang akhirnya kelas Bunda Cekatan datang juga. Waktunya belajar ilmu baru tiba.. hwaa seneng banget !  Apalagi batch 1 ini difasilitatori oleh Ibu Septi )founder Ibu Profesional) langsung.  Kelas Bunda Cekatan sendiri merupakan kelas lanjutan dari 2 kelas sebelumnya di Institut Ibu Profesional (IIP), yakni kelas Matrikulasi dan kelas Bunda Sayang.  Sebenarnya jurnal keduanya pun ada di blog ini tetapi setelah perkuliahan selesai saya sembunyikan.  Pernah ada yang tanya alamat blog untuk melihat jurnal.  Katanya biar dapat "gambaran" mengerjakan tugasnya.  Saya sampaikan hal yang sama "Jurnalnya udah diumpetin Mbak.." 😁.

Kamis, Mei 30, 2019

Pentingnya Sebuah Alasan


Segala tindakan memiliki alasan. Bahkan pada hal yang katanya "tak memiliki alasan". Karena itu pun sebuah alasan. Eh iya gak sih?
Dan banyak buku motivasi menyarankan kita untuk menemukan alasan kuat (Big Why) yang  menurut kita sendiri jika dipenuhi akan membawa kebahagiaan dalam hidup.
Alasan yang kuat melanggengkan usaha.
Jadi kalau usahanya sesuai mood?
Naaah yang ini musti dijawab sendiri 😁

Balik lagi yuk bahas tentang alasan.
Faktor ekonomi, tuntutan dari orang-orang terdekat, adalah salah dua dari sekian banyak hal yang bisa menjadi alasan kuat seseorang melakukan sesuatu.
Tetapi nyatanya tak semua orang mudah menemukan alasan yang kuat.  Apalagi jika dirasakan hidupnya baik-baik aja. Padahal kadang hidup yang kita kira baik tak selamanya baik ya.

Sebenarnya alasan kuat gak musti ditentukan dari awal lho..  bisa aja ditemukan saat kita sedang mengerjakan sesuatu.
Bingung? Contohnya begini.
Saya senang berkebun. Meski beberapa kali bertemu dengan cacing tanah. luwe, dll, aduk-aduk tanah jalan terus. Kalau gak inget lahan di rumah sempit rasanya pengen menanam pohon yang lebih banyak lagi.  Alasan saya berkebun selain rumah menjadi terlihat lebih rindang juga senang rasanya bisa menjadi bagian orang yang menjaga lingkungan alami, menjaga resapan air tanah meski dalam skala yang kecil. Hehehe alasan anak IPA banget ya.
Sampai kemudian saya menemukan hadits berikut

“Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya.” [HR. Muslim dalam Al-Musaqoh (3945)]

Maa syaa Allah..
Baca hadits ini membuat saya lebih ikhlas rasanya melihat binatang-binatang kecil uyel-uyelan di media tanam, semut-semut yang membuat sarang di akar, sampah batang kering yang dijatuhkan burung-burung ..
Hei, siapa yang tak suka bisa menambah amal jariyang dengan mengerjakan sesuatu yang disukai.. Makin semangat dan perhatian deh merawat tanaman di rumah.

Bisa tergambar ya mengapa mengetahui alasan kuat itu penting.. bikin makin ngegas deh usahanya.
Bagaimana jika alasannya terasa abstrak, gak sejelas seperti alasan makan itu karena lapar?
Ini berarti kita harus membuka mata hati lebih lebar, lewat bacaan atau obrolan, untuk mengetahui apa sebenarnya yang kita inginkan.
 
Sebuah alasan menjadi penting karena dengannya kegiatan kita terasa bermakna, tak hanya sekedar memenuhi rutinitas yang membosankan.
Alasan, mendorong kita membuat lompatan-lompatan menakjubkan dalam hidup.
Dan alasanlah yang akan ditanyakan kelak di hari akhir..
Di hari dimana jawaban tidak tahu tak berlaku..















Rabu, Mei 29, 2019

The Power of When

"When?" membaca kata ini membuat saya tergelitik untuk mengintip isi buku. Biasanya buku-buku motivasi lebih banyak membahas tentang kekuatan berbicara, menjalin hubungan, membuat perencanana strategis, dan sebagainya.  Tetapi buku ini mengupas dari sisi yang berbeda, yakni tentang "kapan". Michael Breus, Phd, penulis buku ini, menyatakan "kapan" adalah hal yang krusial selain "Apa" dan "Bagaimana" dalam usaha manusia untuk melakukan perubahan yang cepat.
Dr Breus sendiri adalah seorang peneliti yang memiliki sertifikat resmi di bidang pengobatan tidur klinis.
Iya ya.. apapun yang kita inginkan selalu berhubungan dengan waktu alias kapan. Hanya rencana dan cara tapi tak jelas kapan akan dilakukan tak akan membawa kebaikan apa pun.
Dan membahas kapan berarti kita juga membicarakan ritme biologis tubuh. 
Dr Breus menuliskan dalam bab pendahuluan,

Berlawanan dengan apa yang mungkin Anda pernah dengar,  apa pun yang Anda lakukan punya waktunya sendiri-sendiri. Waktu yang tepat bukanlah yang Anda pilih, kira-kira, atau harus Anda tebak. Semua sudah dan sedang terjadi dalam tubuh Anda, dalam DNA Anda, sejak detik pertama Anda bangun sampai saat kembali tidur, dan sepanjang waktu di antaranya.  Sebuah jam internal dalam otak Anda terus menerus berdetak, menjaga agar waktunya senantiasa tepat, sejak Anda berusia 3 bulan. 
Penjaga waktu yang supertepat ini disebut pengatur waktu sirkadian atau jam biologis.  Secara khusus, pengatur waktu sirkadian ini berbentuk sekumpulan syaraf yang disebut suprachiasmatic nucleus (SCN) yang ada di dalam hipotalamus, tepat di atas kelenjar pituari.
Pada pagi hari, sinar matahari memasuki mata kita, mengalir sepanjang syaraf optik, dan mengaktifkan SCN untuk memulai ritme sirkadian harian. SCN adalah jam utama yang mengendalikan puluhan jam lain di sekujur tubuh Anda. 

Membaca tulisan ini pikiran saya langsung teringat pada ayat-ayat Al Qur'an tentang pergiliran siang dan malam yang telah Allah hadiahkan bahkan jauh sebelum kita lahir.. Subhanallah..
Setidaknya ada 29 ayat di Al Qur'an yang membahas tentang ini. Salah satunya QS Al Furqon : 42

Dan (Dia) pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur

Alhamdulillah, Maha Benar Allah, Sang Maha Pencipta, hingga hal yang sangat detail seperti ritme biologis tubuh telah diatur sedemikian rupa berbeda pada setiap orang dan telah disesuaikan pula dengan kebutuhan masing-masing.
Dalam perkembangannya, nyatanya manusia sendirilah yang membuat ritme ini berantakan.
Malam dan siang seringkali bertukar tempat.
Karena pengaruh teknologi yang tak bijak disikapi dengan alasan kesenangan serta tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup.
Contohnya teknologi handphone.  Asyik menonton youtube atau bermain game mampu membuat kita terjaga semalaman dan tidur menjelang pagi.  Acapkali sampai lupa makan. Akibatnya tepat seperti yang diungkap oleh Dr Breus, menyalahi waktu biologis mengacaukan keseimbangan fisik, mental dan emosional seseorang. Fenomena ini disebut "chronomisalignment". Beberapa penyakit seperti jantung, diabetes, kanker, obesitas, dan lain-lain disinyalir para ilmuwan muncul akibat kekacauan ini.
Duh ternyata penting banget buat kita memperhatikan waktu biologis.

Fakta ilmiahnya adalah, jika Anda bijak dalam menggunakan waktu, hidup Anda akan selancar putaran jarum jam. Akan tetapi jika tidak sesuai dengan waktu biologis Anda sendiri, Anda sebenarnya tengah bekerja melawan kehendak biologis Anda. Ini tentu bukan hal baik (Dr Breus)

Karena jam biologis setiap orang tidak sama, maka dilakukan pengklasifikasian yang disebut dengan kronotipe. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dr Breus (hal 5), ada 4 kategori kronotipe yang dianalogikan dengan jenis hewan mamalia
  1. Lumba-lumba, yang merupakan nama kategori untuk orang yang mengalami imsomnia, cerdas, mudah terbangun karena gangguin neurosis, dan memiliki dorongan tidur rendah
  2. Singa, merupakan nama kategori untuk orang yang optimis, aktif di pagi hari, dan memiliki dorongan tidur menengah
  3. Beruang, merupakan nama kategori untuk orang yang menyukai kesenangan, bersifat terbuka, lebih menyukai beraktivitas sesuai peredaran matahari, dan memiliki dorongan tidur tinggi 
  4. Serigala, sesuai untuk orang-orang ekstrover yang aktif pada malam hari dan memiliki dorongan tidur menengah
Penasaran termasuk dalam kategori kronotipe apa? 
Kalau sudah memiliki bukunya, segera kerjakan kuis yang ada di buku atau bisa mengisi kuis di https://thepowerofwhen.com 

Setelah mengetahui kronotipe, selanjutnya mulailah menelusuri lebih jauh segala hal yang terkait dengan kronotipe kita. Buku setebal 399 halaman ini membahas beberapa aspek seperti kesehatan, kebugaran, tidur, keuangan, makan dan minum, karier, kreativitas, dan lain-lain. 

Sebagai contoh saya uraikan apa yang saya dapatkan dari buku yaa..

Tentang Makan...

Tidak ada orang yang ingin kelebihan berat badan. Itu sebabnya banyak orang yang tertarik dengan diet dan tak jarang mencoba mati-matian demi mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. Namun acapkali gagal. Menurut Dr Breus ini bisa disebabkan karena pola diet dilakukan tanpa memperhatikan jam biologis tubuh. Berdiet namun saat waktu makan tiba, makan tidak pada waktu yang tepat. Karena seperti yang sudah ditulis sebelumnya, tubuh kita memiliki puluhan jam internal (hal 219). Semua jam internal ini berjalan sesuai waktu terbit dan tenggelamnya matahari secara beriringan dengan jam internal lainnya, dalam urutan yang tepat dan ritme yang sempurna.
Jika kita makan pada waktu yang tak sesuai waktu biologis maka akan terjadi timbunan lemak besar-besaran.  Lemak berlebihan dan hormon metabolis yang tak sesuai fungsinya mengakibatkan peradangan dan oksidasi, yang menjadi penyebab penyakit sudah ternama, khususnya penyakit jantung, kanker, dan diabetes.

Jadi musti gimana dong?

Dr Breus memberikan anjuran untuk mengikuti ritme larangan waktu makan dan menggunakan ritme makan awal.
Makan setiap 3-4 jam (dalam slot waktu 8 atau 12 jam) membantu menjaga waktu pencernaan biologis yang sempurna.

Ada 3 aturan makan Dr Breus yakni

  1. Makan dalam waktu satu jam setelah bangun
  2. Makanlah seperti raja atau ratu saat sarapan, pangeran atau putri saat makan siang, dan pengemis saat makan malam
  3. Pastikan suapan terakhir dalam sehari dilahap 3 jam sebelum tidur
Adapun waktu makan (tidak termasuk waktu untuk kudapan) setiap kronotipe adalah sebagai berikut

  • Lumba-lumba : sarapan : pukul 8.00; makan siang : pukul 12.00; makan malam : pukul 19.30
  • Singa : sarapan : pukul 6.00; makan siang : pukul 12.00; makan malam : pukul 18.00
  • Beruang : sarapan : pukul 7.30; makan siang : pukul 12.30; makan malam : pukul 19.30
  • Serigala : sarapan : pukul 8.00; makan siang : pukul 13.00; makan malam : pukul 20.00

Rinci sekali kaan arahan dan penjelasan dari Dr Breus seputar The Power of When.
Ini baru tentang makan 😉
Dan semua yang ada di buku berdasarkan hasil penelitian yang tak sebentar, termasuk pada pasien-pasien beliau, untuk kesehatan yang lebih baik.

Maa syaa Allah manfaat banget ilmunya 😍
Sekarang waktunya buat menerapkan. 
Chaiyyooo ..Semangat hidup sehat!



















Minggu, Maret 31, 2019

Cinta Masakan Tradisional


Iyesss..Kelas Minat Dapur Emak Ibu Profesional Depok dimulai lagi.  Kelas minat ini merupakan tempat bagi para ibu, member Ibu Profesional Depok, yang memiliki minat sama. Dan Dapur Emak mengumpulkan para ibu yang memiliki minat pada dunia masak dan kuliner.  Dalam Dapur Emak, ada 3 tingkatan kelas yakni kelas Dasar, Menengah, dan lanjutan.  Triwulan kali ini  masih di term kelas Dasar namun berbeda dengan tema kelas Dasar sebelumnya, kali ini kami tim kreatif Dapur mengambil tema Masakan Tradisional. Terbayang rempah-rempah, aroma yang kuat, dan mungkin sedikit tak biasa untuk anak-anak yang sekarang lebih sering mencicipi fried chicken, burger, pizza,serta masakan barat lainnya. Tantangan bagi para ibu untuk mengenalkan masakan Indonesia

Kami memulai dengan masak kompakan membuat Sambal Indonesia.  Untuk menambah referensi, tim kreatif Dapur Emak membuat daftar Sambal Indonesia yang umum diketahui.  Ternyata ada 17 jenis sambal lebih! ini belum semua provinsi di Indonesia lho. Maa syaa Allah Indonesia memang kereen 👍👍
Saya sendiri mengawali tantangan ini dengan membuat sambal korek/sambal penyet. Bahan utamanya cukup mudah, hanya cabe rawit merah (ada juga yang menyebutnya cabe rawit setan) 'dan bawang putih. Resep ini saya dapatkan dari kakak ipar, sebagai pelengkap santapan bebek goreng. Hanya saja karena di rumah tidak suka yang terlalu pedas, maka saya tambahkan cabe merah keriting sekitar 90 gram dan 8 cabe rawit merah serta garam dan gula secukupnya.  Alhamdulillah sukses membuat selera makan bertambah.  Apalagi ditemani dipenyetkan ke tahu hangat.. alamaakk!


Sambal berikutnya yang saya buat adalah sambal bawang cabe hijau dan sambal matang. Hiks..sayaang gak kefoto karena sudah habis (ini alasan mengapa penting memfoto makanan sebelum makan 😝😀).  Tetapi di satu sisi senang juga berarti sambal buatan saya disukai keluarga. Apalagi mengingat butuh waktu yang cukup lama bagi saya untuk bisa membuat sambal enak. Eh bener lho.. walaupun sepertinya hanya mengulek cabe tapi butuh kemampuan tersendiri untuk menyeimbangkan rasa pedasnya terutama karena saya tidak menggunakan penyedap rasa buatan.

Gak cuma sambal tetapi beberapa jenis masakan nusantara pun lainnya kami bahas dan praktekkan bersama dalam kegiatan "Masak Kompakan".  Kami bertukar resep (beberapa merupakan resep andalan keluarga), bertukar info bumbu masakan tradisional, cara mengolah dan menyimpan makanan, tips, dan lain-lain. Ternyata ngobrol tentang masakan tradisonal sama serunya dengan membahas masakan kekinian. Dan yang pasti, semakin menambah kecintaan pada kekayaan masakan tradisional Indonesia.  Cinta yang perlu ditularkan pada anak-anak.





Minggu, Maret 24, 2019

Menantu Pertama

Lalu lintas di Depok hari Minggu siang ini sungguh macet.  Biasanya hanya hari Sabtu saja yang demikian.  Akibatnya waktu tempuh menjadi dua kali lipat. Kami pun terlambat sampai ke rumah kakak saya yang paling besar.  Hari ini saya dan kakak-kakak (beserta keluarga masing-masing) mengadakan makan siang bersama.  Selain tujuan silaturahmi, acara ini sengaja digagas untuk memulai suatu kebiasaan dalam keluarga besar, menyambut anggota baru. Alhamdulillah awal bulan ini keponakan saya baru saja menikah. Istrinya menjadi menantu pertama dalam keluarga besar kami. Saatnya berkenalan dengan anggota keluarga baru! 😍

Silaturahmi seperti ini bukan kali pertama kami lakukan. Alhamdulillah setiap menjelang bulan Romadhon, di bulan Romadhon, atau setelah lebaran, kami selalu berkumpul. Minus kakak kedua karena tinggal di luar kota. Biasanya hanya makan dan mengobrol santai saja tanpa topik yang resmi. Pertemuan tadi menyadarkan kami bahwa pembicaraan dengan topik khusus ternyata bisa menjadi hiburan karena kami terpingkal-pingkal geli melihat kecanggungan masing-masing saat saling mengenalkan diri. Kalimat-kalimat yang keluar mendadak bahasa baku dan seringnya malah salah ucap. Seperti tiba-tiba lupa anak urutan ke berapa dalam keluarga, kakak dan adik tertukar, biasanya cerewet jadi malu-malu.. haduuuhh!  Keponakan saya yang baru menikah itu malah mengawali perkenalan dengan mengatakan "Kenalkan.. ini istri baru saya.." Hahahahhaha kesannya sudah berapa kali menikah..padahal ini kan pernikahan pertamanya 😂

Cukup repot juga membuat janji bertemu offline, mencocokkan waktu semua bisa berkumpul.  Ada yang ulangan, kondangan, dll.  Memang lebih mudah membuat janji pertemuan online, tetapi menurut saya tetap saja membutuhkan pertemuan offline.  Akan berbeda rasa kedekatannya saat kita bisa bertatapan langsung, bersalaman, dan memperhatikan bahasa ubuh selama bercakap.  Juga rasa disambut dan diterima sebagai anggota keluarga yang baru.

Kebiasaan menerima dan mengenalkan anggota baru ini sebenarnya saya tiru juga dari kebiasaan keluarga besar suami dari pihak ibu. Setahun sekali, di acara halal bihalal, ada sesi perkenalan khusus keluarga baru. Saya ingat sekali saat bersama suami mengenalkan diri di tengah-tengah keluarga besar yang jumlahnya lebih banyak. Tantangan deh.. ada rasa grogi, ditertawakan juga karena grogi, tapi menyenangkan karena mengurangi canggung setelahnya untuk menyapa.

Semoga menjadi awal untuk perkenalan-perkenalan berikutnya dan menambah kuat ikatan kekeluargaan.  Saya ingin kebiasaan silaturahmi offline tetap terjaga dalam keluarga kami sampai generasi berikutnya.. aamiin

Sabtu, Maret 23, 2019

Peran Kehidupan

Dunia ini panggung sandiwara..
Ceritanya mudah berubah
Ada Mahabrata atau tragedi dari Yunani

Setiap kita mendapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura

Mengapa kita bersandiwara.. mengapa kita bersandiwara

Peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak
Peran bercinta bikin orang mabuk kepayang
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan..

Ngacuuung, siapa yang baca lirik lagu "Panggung Astria"nya Nicky Astria ini otomatis sambil nyanyi? 🙋
Berarti tahun lahirnya berdekatan dengan saya 😁 toos ah!
Angkatan jadul.. hahahhahaa

Ngomongin soal peran, media sosial merupakan salah satu cara yang mudah lho untuk mengamati peran kehidupan dipilih oleh seseorang. Meski yang tampak di media sosial belum tentu sesuai kenyataan karena tak semua tampil jujur apa adanya, tetapi itulah peran yang ditunjukkan serta diinginkan. Peran sebagai artis, traveler, penyebar berita gosip, interpreneur, pembelajar, pendakwah, koki,  ibu rumah tangga  dan masih banyak lagi.  Alasan memilih peran, tidak ada orang lain yang benar-benar tahu, kecuali pemilik akun media sosial dan Allah tentunya,  Dan apapun peran yang dipilih rasanya gak bijak juga menilai berlebihan apalagi jika kita tidak mengetahui alasan dibalik peran yang dipilih.

Peran bisa berubah?
Iyalah.. bisa banget
Banyak film yang menggambarkan tokoh jahat di akhir adegan menjadi orang baik. Pun sebaliknya.
Memang kenyataannyay seperti itu.
Peran kadang mengikuti kondisi yang ada.  Peran yang dimaksud di sini gak terkotak pada pekerjaan atau status dalam keluarga atau status sosial yang memang sudah dimiliki ya..
Setiap orang bisa memiliki lebih dari satu peran.

Kalau saya sendiri ditanya, apakah peran saya selalu peran menjadi orang baik?
Hmmm rasanya gak juga ya
Harapan dan usahanya tentu bisa berperan dengan baik dalam setiap bentuk dan kondisi.
Tapi bisa jadi ternyata orang lain menangkapnya sebagai peran yang buruk.
Entah saya yang memang sadar buruk dalam berperan di saat itu atau saya merasa sudah berperan baik tetapi orang lain tidak merasakan kebaikan yang saya ingin sampaikan lewat peran tersebut.
Duh musti banyak istighfar yakk 😔
Dan memang yang seharusnya selalu menjadi pertanyaan adalah, bentuk peran yang pilih apakah sesuai dengan peran yang dikehendaki Allah?

Apakah Allah mengatur kita harus menjadi apa secara spesifik? Tentu tidak. 
Kebebasan memilih bentuk peran yang kita inginkan menunjukkan betapa Allah Maha Penyayang. Bisa dibilang belum pernah kita mendengar ada sanksi langsung jika salah memilih bentuk peran. Meski amat mungkin bagi Allah melakukan demikian. Allah memberikan waktu bagi kita untuk menimbang pilihan, belajar menjalani peran dan memperbaiki jika ada kesalahan. Kadang Allah memberikan rambu-rambu ketika kita salah arah, baik yang terlihat maupun yang samar (contohnya perasaan tidak nyaman saat menjalani bentuk peran yang salah).

Tak hanya sampai di situ, Allah pun memberikan bekal bagi kita untuk memilih dan menjalani peran berupa rasa suka, insting, kecerdasan (pengetahuan), ketangguhan dan kekuatan.
Peran baik yang dipilih tak selamanya menyenangkan meski kita pilih dengan rasa suka.
Di sinilah bekal ketangguhan bisa kita gunakan.
















Kamis, Maret 21, 2019

Nenek Hebat dari Saga


Suatu hari ada sesuatu yang tanpa ada alasan khusus ingin kuucapkan pada Nenek. "Nek, kita memang miskin sekarang, tapi suatu hari enak juga ya kalau bisa jadi kaya.  Tanpa diduga-duga beginilah jawaban Nenek. "Kau ini bicara apa? Ada dua jalan buat orang miskin.  Miskin muram dan miskin ceria.  Kita ini miskin yang ceria. Selain itu karena bukan baru-baru ini saja kita miskin, kita tidak perlu cemas.  Tetaplah percaya diri. Keluarga kita memang turun temurun miskin. Pertama, jadi orang kaya itu susah. Selalu makan enak, berpelesir, hidupnya sibuk.  Dan karena selalu berpakaian bagus saat bepergian, bahkan saat jatuh pun, mereka harus tetap memperhatikan cara jatuh mereka.  Sedangkan orang miskin kan sejak awal selalu mengenakan pakaian kotor.   Entah itu saat hujan, saat harus duduk di tanah, mau jatuh, ya bebas, terserah saja.  Ahh, untung kita miskin."  Aku diam. Lalu, "Selamat tidur, Nek" ujarku tanpa tahu harus berkata apa lagi.

Kalimat yang saya baca dalam buku ini membuat saya tersenyum geli. Ah iya, selalu ada kebaikan pada setiap keadaan.  Tidak ada yang benar-benar buruk selagi cara kita menyikapi dan menetapkan sudut pandang tetap positif.

Menemukan buku ini di deretan buku-buku novel yang ada di toko buku besar yang kami kunjungi di saat mulai letih mencari buku novel non percintaan remaja, melegakan sekali. Sekarang semakin sulit menemukan novel yang membangun jiwa positif dengan bahasa yang mudah dimengerti dan disukai remaja. Buku-buku novel remaja dengan tulisan "New Arrival" atau "Best Seller" tak jauh dari jatuh cinta atau patah hati. "Boseeen begitu melulu.."keluh gendhuk. Entah berapa kali anak-anak pulang dari toko buku dengan tangan kosong.  Pertama kali melihat buku ini mereka pun kurang tertarik.  Baiklah, saya dulu yang membaca. Tak menunggu sampai di rumah, saya mulai menelusuri halaman demi halaman.

Buku karangan  Akihiro Tokunaga atau yang lebih dikenal dengan nama Yoshichi Shimada berjudul asli Saga no Gabai Baachan ini membawa ingatan saya melayang ke masa kecil sepeninggal Bapak dimana kondisi keuangan keluarga pun kurang baik. Kami harus cepat belajar menerima keadaan apa adanya dan berhemat. Mungkin karena kami nyaris tak pernah mendengar ibu mengeluh, kami pun melalui masa sulit dengan biasa saja sebagaimana anak-anak lain yang tak mengalami kesulitan ekonomi. Bedanya, bekal sekolah kami lebih sedikit 😀. Tak mengapa, itu bukan masalah besar, kami masih tetap bisa tertawa pada setiap hal lucu yang kami jumpai.

Bab pertama buku ini mengisahkan dorongan sang Ibu yang membuatnya masuk ke dalam kereta, yang membawanya ke Kampung Saga, tempat nenek Osano tinggal. Benar-benar mendorong, bukan kiasan.  Karena sang Ibu tahu Tokunaga kecil pasti tak ingin jauh darinya.  Sementara kehidupan di Hiroshima selepas bom atom semakin sulit. Ia ingin Tokunaga mendapatkan lingkungan dan pendidikan yang lebih baik di kampung halaman.  Bagi Tokunaga sendiri ini seperti mimpi buruk. "Aku jadi merasa bagai anak yang akan dijual ke suatu tempat" tulisnya (hal 31). Ditemani bibi Kisako ia pun diantar menemui Nenek.

Bab-bab berikutnya bercerita tentang babak kehidupan Akihiro Tokunaga bersama Nenek. Di hari pertama datang, Tokunaga langsung mendapat pelajaran bagaimana cara menyalakan api di tungku oven agar esok bisa memasak nasi sendiri karena Nenek harus berangkat pagi-pagi sekali untuk bekerja membersihkan kantor di Universitas Saga dan sekolah dasar serta menengah yang terafiliasi dengannya. Rumah Nenek sendiri digambarkan sebagai gubuk bobrok beratap jerami. Namun pemandangan di sekitar rumah Nenek sungguh indah. Di depan rumah terbentang sungai yang mengalir. Nenek menyebut sungai ini supermarket. Sebatang galah dibentangkan sedemikian rupa di permukaan sungai. Seringkali ranting atau batang pohon tersangkut di galah. Nenek menggunakannya untuk kayu bakar. "Selain sungai menjadi bersih, kita pun mendapatkan kayu bakar cuma-cuma.  Sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui.."ucap Nenek sambil tertawa keras"( hal 43). Tidak hanya ranting pohon yang tersangkut tetapi juga sayuran, buah-buahan, sampai sandal kayu.  Benda-benda ini terbawa air sungai yang berasal dari pasar di hulu.

Meski kehidupan kampung tidak mewah namun banyak kejadian yang menarik bagi Tokunaga.  Terutama jika dibandingkan dengan kehidupannya di Hiroshima dulu. Di Saga,  banyak makanan yang bisa dimakan tanpa harus membeli.  Ingin buah, tinggal petik di pohon. Ingin mainan pun tinggal membuat sendiri dari batang kayu yang bergeletakan di tanah. Semua gratis tanpa biaya.

Tokunaga sangat tertarik pada kegiatan olahraga. Suatu waktu ia ingin  mengikuti latihan Kendo. Namun setelah mengetahui  untuk bergabung dengan latihan tersebut membutuhkan uang, mendadak Nenek meminta Tokunaga membatalkannya. Di lain waktu Tokunaga ingin mengikuti latihan Judo.  Nenek meminta Tokunaga melupakannya karena latihan Judo pun tidak gratis.  Nenek malah mengusulkan Tokunaga untuk berlatih lari saja. Kata Nenek, "Tidak perlu peralatan dan tempat berlarinya juga gratis.  Lari saja." Tokunaga pun menerima saran Nenek. Ia berlatih lari sendirian setiap hari. Ternyata di kemudian hari latihan larinya ini membawa hasil memuaskan. Ia selalu menjadi pahlawan di festival olahraga. Namun yang menyedihkan hatinya, tak pernah satu kali pun ibunya datang melihatnya mengikuti lomba. Dan ada peristiwa aneh di setiap tahun di hari festival tersebut. Wali kelas Tokunaga menderita sakit perut! Dengan alasan sakit perut itulah mereka selalu meminta Tokunaga bertukar bekal.  Beberapa tahun kemudian Tokunaga baru diberitahu Nenek kalau wali-wali kelasnya sengaja berbuat demikian untuk menghibur Tokunaga. "Itulah kebaikan sejati" demikian penjelasan Nenek. Kebaikan sejati adalah kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang yang menerima kebaikan (hal 92).

Lewat kisah-kisah kesederhanaan, Nenek Osano mengajarkan banyak sekali nilai dan prinsip kehidupan. Tidak hanya untuk Tokugana tetapi juga untuk kita yang menyimak ceritanya. Bahwa kehidupan baik atau buruk tidak ditentukan oleh uang yang kita miliki tetapi rasa yang kita ijinkan hadir : susah atau senang, bahagia atau sedih. Kaya, adanya di hati. Inilah nilai kaya yang sesungguhnya.

Tak perlu minder juga saat putaran roda kehidupan berada di bawah. Harga diri kita tak serta merta jatuh karena kemiskinan. Sang Pencipta pun tak menciptakan manusia dalam derajat yang berbeda-beda. Semua yang muda akan menua.  Kaya atau miskin, keduanya memiliki kebutuhan dasar yang sama seperti butuh makan dan minum. Apa pun keadaannya kita tetap masih bisa bahagia dan meraih mimpi. Asalkan mau bersyukur dan menikmati pemberianNya




Rabu, Maret 20, 2019

Saat Emak Bertemu Coding


Saya suka nguprek...
Suka banget!
Dari ngupreklah saya akhirnya bertemu dengan coding.
Mulai dari penasaran..
Kemudian guggling..
Yeayyy! berhasil mengubah tampilan blog sedikit lebih indah (yang sedikit aja udah bikin emak senang bukan kepalang, macam Archimedes teriak "Eureka!")
Kemudian nguprek, edit html lagi, hasilnya..
honooww kok blognya error ...??
Lalu...
bertambahlah alasan buat gak nulis di blog 🙈

Sampai suatu ketika mak Inne, teman baik di komunitas IP Depok, mengabarkan info pelatihan Coding Mum. Hwaaa maauuuuu.. kebayang bisa ngoding trus bisa bikin website sendiri, landing page sendiri, dan lain-lain serba sendiri.. berbinar deh ngebayanginnya.
Program pelatihan ini berlangsung selama 8 pekan, dan di pekan terakhir kami harus mempresentasikan template hasil coding yang dibuat sendiri.

Belajar di pelatihan Coding Mum jauh dari suasana sunyi senyap. Suasananya ala emak-emak banget deh! Kadang serius, di lain waktu penuh canda, dan tetap sambil ngemil dong.. 😋
Suara anak balita menangis atau tertawa berlarian juga sesekali menjadi backsound.  Beberapa dari kami memang membawa serta balitanya, karena tak memungkinkan untuk ditinggal. Agar anak-anak tak bosan, di sudut ruang tersedia mainan.
Alhamdulillah mentor dan para fasilitator sabar membersamai kami yang sebagian besar minim pengetahuan tentang coding (cerita lengkap belajar codingnya sendiri ada di label Jurnal ya..)
Dan tentang presentasi, jangan tanya, deg-degan Maaak 😰
Di hadapan teman sendiri saja sudah grogi, ini ditambah juri, mentor, dan wartawan pula.
Wajan manaaa wajan... wkwkwk biasa presentasi depan wajan di dapur.
Satu per satu bergiliran maju. Saya mendapat urutan di tengah-tengah. Jadi masih cukup waktu mempersiapkan diri.  Alhamdulillah presentasi perjalan lancar.  Template yang saya buat sederhana namun sudah mencakup header dengan logo, jumbotron, form, link, dan lain-lain.
Karena ala saya, tentu lebih mudah untuk mempresentasikannya.
Semakin bersyukur ternyata template yang saya buat mendapat apresiasi yang baik dari para juri.

Tak diduga 6 bulan setelah pelatihan saya mendapat undangan dari Bekraf untuk mewakili Depok hadir di Festival Bekraf Surabaya bersama 21 ibu wakil peserta Coding Mum dari kota-kota lain, sekaligus rapat koordinasi pembentukan Komunitas Coding Mum Indonesia.  Di awal pertemuan kami berkenalan dan saling bercerita tentang apa yang kami dapatkan dari pelatihan Coding Mum. Ternyata tidak semua dari kami memiliki latar belakang pendidikan berbasis teknologi. Tetapi benang merahnya sama : suka belajar.  Lalu apa hasil yang didapat dari belajar coding? salah seorang ibu bercerita pernah mendapat fee 40 juta dari suatu project lho! maa syaa Allah mata emak pun berbinar 😍 bukan semata karena mendengar fee yang "WOW" tapi ini menambah lagi bukti bahwa seorang ibu meski bekerja dari rumah pun tetap bisa mandiri finansial.

Everybody should learn how to program a computer, because it teaches you how to think (Steve Jobs)

Dulu, sebelum berkutat lebih lama dengan coding, saya kurang mengerti apa yang dimaksud oleh Steve Jobs. Sekarang saya bisa mengangguk, membenarkan perkataannya. Serupa dengan yang dikatakan oleh Mitchel Resnik, seorang profesor di MIT, berikut ini

When you learn through coding, [you're] coding to learn. You're learning it an meaningful context, and that the best way of learning things

Belajar coding ternyata tidak hanya tentang bagaimana memperoleh penghasilan tambahan tetapi juga mengajarkan kita untuk berpikir lebih baik dalam menghadapi suatu masalah atau tantangan.
Sebagai contoh, dibalik sebuah tampilan menarik sebuah web ada coding yang harus teliti dikerjakan. Kurang satu tanda saja, misalnya tanda tutup (>) maka web muncul tak sesuai harapan. Bagi pemula seperti saya hal ini cukup menguji kesabaran . Ibarat mencari jarum di tumpukan jerami, dibutuhkan ketelitian menelusuri baris demi baris kode yang sudah dibuat.  Celakanya kadang tak hanya satu masalah yang dijumpai. Dikoreksi yang satu, masalah lain sudah menanti. Sampai suatu kali saya katakan ke mentor, ingin rasanya saya gunting saja lalu tempel di tempat yang dikehendaki. Saking merasa mengatur posisi tampilan web sedemikian merepotkan. Gemas!

Di keseharian masalah tentu selalu saja ada. Terkadang membuat kita pusing.  Namun terbiasa mengerjakan coding ternyata berdampak dalam menyelesaikan masalah. Secara refleks pikiran saya mengajak duduk lebih tenang dan mencoba mengurai satu demi satu peristiwa sehingga akhirnya menemukan sumber kerumitan. Tak selalu berhasil memang tapi terasa apa yang dilakukan saat coding membentuk pola pikir yang sama pada bidang lain.

Tidak cepat bereaksi secara verbal dan fisik juga merupakan dampak positif yang saya rasakan. Pernah melihat seorang progammer kesal karena belum menemukan kode yang tepat lalu membanting laptop/pcnya? Saya sih belum..hahahaha sayaang laptopnya 😜. Biasanya reaksi pertama adalah berpikir "Dimana ya salahnya?" lalu serius bahkan betah duduk berjam-jam berusaha menemukan kode yang tepat.


Coding, ternyata juga menyenangkan untuk dipelajari oleh anak-anak. Mereka bahkan lebih cepat menguasai materi. Rupanya karena sering melihat saya asyik nguprek coding, si ragil pun tertarik untuk belajar juga. "Bosen main hape" katanya. Tanpa saya suruh, ia mengambil sendiri diktat pelatihan Coding Mum, menyalakan laptop dan mulai menuliskan barisan kode html di sublime. Wajahnya terlihat senang saat tampilan web yang ia kerjakan berhasil sesuai keinginan. Keningnya mengernyit penasaran saat letak gambar ternyata tak jua di tengah halaman. Setelah terpecahkan ia pun berkomentar, "Ternyata seru juga ya ngoding, kayak main game!" Alhamdulillah ..

Ada cerita lucu dari teman sekamar saya, seorang Coding Mum dari Bandung. Penampilannya yang biasa saja sungguh menyamarkan kalau ia adalah seorang ibu yang jago membuat database website. Beberapa kali ia mengikuti pelatihan selalu dikira sedang mengantar anak atau malah pengajar. Pernah suatu ketika bersama tiga orang Coding Mum Bandung lainnya membuat janji bertemu di sebuah cafe di Bandung untuk membahas sebuah project. Katanya, "Anak-anak di rumah udah pada ngerti kalau saya bilang Mamah mau ngafe berarti mau ketemu temen, ngerjain tugas di cafe". Awalnya para anak muda yang sudah lebih ada di cafe menganggap mereka sekumpulan ibu biasa yang sedang bersantai di cafe. Tetapi saat diskusi tentang program yang dibuat semakin seru (sudah pasti agak sulit mengontrol volume suara) beberapa anak muda pun mulai mencuri-curi pandang. Hahahahaha mereka pasti gak percaya ada coding "div" ketemu "div" di obrolan emak-emak berwajah emak rumahan 😂

Berkaitan dengan coding, berapa kali saya ditanya, "Susah gak belajar Coding?"
Saya jawab "Mudah kok"
"Tapi kan saya bukan lulusan komputer.."
Jelas sekali terlihat ragu akan kemampuannya untuk mempelajari Coding.
"Sama kok Mak.. dulu saya juga kuliah jurusan Biologi. Yang diuprekin bakteri. Udah punya anak yang diuprekin malah html 😆 Mulai saja dan sabar nguprek, in syaa Allah bisa"

Emak Bertemu Coding?
Itu keren! 😘













Senin, Maret 18, 2019

Si Pencuri Mimpi


Pencuri Mimpi? Siapakah?
Hmmm tahukah pencuri mimpi tidak melulu orang lain? bahkan tidak melulu "siapakah?" tetapi juga bisa "apakah?"
Penasaran?
sambil pegang mimpimu baik-baik yaa 😊

Ketika mendengar kata "pencuri" kita langsung berpikir ia adalah seseorang yang mengambil barang yang dimiliki orang lain. Pencuri, dimana-mana selalu membuat kesal! Orang yang miliknya dicuri, tentu saja merasa rugi sehingga tak jarang marah dan mengumpat.  Kenyataannya yang dicuri pun tak selalu berupa barang fisik. Bisa juga berupa non fisik seperti perasaan 😟 bahkan juga mimpi 😲

Setiap diri memiliki mimpi. Entah itu berupa khayalan yang tak kan terwujud atau harapan yang bisa terwujud. Yang akan kita bahas di sini tentu saja mimpi yang berhubungan dengan harapan akan kehidupan yang lebih baik. Apa jadinya jika mimpi kita dicuri? apalagi jalan membumikan mimpi ternyata tak semudah yang kita bayangkan. Kita mengira dalam waktu sekian bulan sudah bisa terwujud ternyata butuh waktu sekian tahun.  Modal yang semula diperkirakan cukup ternyata tidak. Kita pun mulai goyah.

Bagaimana jika pencurinya kita sendiri? marah jugakah?
Ya, disadari atau tidak bisa jadi mimpi kita tidak terwujud karena kita sendiri yang mencuri mimpi.
Pencuri-pencuri itu adalah
  1. Tak Percaya Diri. Mimpi kita adalah milik kita. Tentu kita sendirilah yang harus percaya pada mimpi. Percaya bahwa kita memiliki kemampuan yang sudah dianugerahkanNya untuk mewujudkan mimpi. Namun terkadang kepercayaan diri ini tergerus karena kita lebih mempercayai penilaian orang lain terhadap diri kita, dibandingkan penilaian dari diri kita sendiri, yang belum tentu benar. Misalnya orang lain mengatakan kita bodoh dalam akademik, tak mungkin menjadi orang sukses. Kita menerima begitu saja dilabeli bodoh.  Padahal untuk sukses tak hanya ditentukan oleh kecerdasan akademik. Ada beragam kecerdasan lain yang juga bisa membawa pada pintu kesuksesan, 
  2. Malas. Masih ingat tulisan saya Menang Tanpa Usaha? tidak ada kemenangan yang benar-benar murni tanpa usaha. Tetap saja membutuhkan usaha, entah dari diri kita sendiri atau dibantu orang lain, Bahkan orang yang menang undian sekian juta pun butuh usaha, minimal untuk membeli kupon. Saya jadi teringat cerita si Kabayan yang sering digambarkan sebagai orang yang malas berusaha. Dalam suatu lirik lagu Nyi Iteung, istri Kabayan, meminta Kabayan lebih rajin bekerja. Kabayan menjawab, "Nyi Iteung, Akang mah rajin, kalau tidur rajin mimpi" kalau saya menjadi Nyi Iteung sepertinya bakal berada dalam posisi antara tanduk mendadak muncul 😈 dan ketawa geli mendengarnya 😂
  3. Lebih banyak berangan-angan. Wright bersaudara (Orville dan Wilbur) adalah dua orang Amerika penemu pesawat terbang yang pertama kali bisa diterbangkan dan dikendalikan oleh manusia, pada tahun 1903.  Mainan helikopter yang dibelikan oleh ayah, terbuat dari bambu dan karet, menjadi sumber bagi ketertarikan mereka terhadap mesin yang bisa terbang. Belasan abad sebelumnya, tepatnya awal abad ke-9, seorang ilmuwan muslim bernama Ibn Firnas yang berhasil terbang menggunakan glider, alat terbang sederhana yang dilengkapi sayap. Ketertarikannya pada aeronautika bermula saat ia menyaksikan atraksi pria pemberani bernama Armen Firman yang terjun dari ketinggian namun tidak berhasil (selengkapnya ada di artikel Serambi News ini ya).  Bayangkan apa yang terjadi jika Wright bersaudara dan Ibn Firnas hanya tertarik lalu berhenti pada angan-angan panjang bisa terbang di angkasa tanpa mengusahakan rasa ingin tahunya terwujud? Demikian juga mimpi kita yang berawal dari rasa ingin yang besar. Agar terwujud dibutuhkan usaha yang besar, bukan angan-angannya yang besar. 
  4. Mudah menyalahkan orang lain. Meski mimpi milik sendiri, tetapi dalam mewujudkannya kita dikelilingi oleh orang-orang yang dengan senang hati memberikan bantuan. Jika kita tidak bijak dalam menyikapi bantuan, bisa jadi mimpi kita menjadi milik orang lain. Di lain sisi, kita pun dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki mimpi yang sama dan siap berkompetisi dalam menggapainya. Namun sesungguhnya semua orang memiliki peluang keberhasilan dan kegagalan yang sama. Oleh karena itu tidak bisa kita hanya menuding orang lain atas kegagalan yang kita dapatkan karena pasti ada usaha dari kita yang mempengaruhinya. 
  5. Terlalu menggenggam erat mimpi. Hmm.. bukankah mimpi harus digenggam agar tak hilang? Yup! benar sekali.  Mimpi yang akan diwujudkan itu ibarat target sebuah papan panah. Mimpi adalah panah itu sendiri. Busur yang kita tarik mengibaratkan usaha.  Jika kita hanya mencekram erat mata panah tanpa melepasnya dari busur maka ia tidak akan pernah mencapai target. Demikian juga mimpi. Jika hanya kita genggam erat tanpa diiringi dengan usaha, ia tidak akan pernah terwujud. Bagaimana jika sudah dilepas tetapi tidak mencapai sasaran? Di sinilah kita menempatkan tawakal, menyerahkan hasil kepada Allah SWT semata. Yakinlah Allah selalu memberikan hasil yang terbaik.

Jangan biarkan mimpi tercuri ya?
Jagalah bahkan dari diri sendiri.
karena mimpi yang kita miliki begitu spesial dan berharga 💝



Sabtu, Maret 16, 2019

Menang Tanpa Usaha


Si ragil sedang bersiap berangkat ke sekolah di hari Minggu itu.
Ada seleksi yang diselenggarakan serentak untuk menjadi wakil sekolah masing-masing ke Olimpiade Sekolah Nasional. Satu bidang pelajaran hanya dipilih satu orang. Si ragil terpilih bersama satu orang teman lainnya mengikuti seleksi bidang matematika. Di antara mereka berdua hanya akan ada 1 orang saja yang mewakili sekolah.

"Udah siap Dek?"tanya saya.  
"Auk dah.."jawabnya sambil memakai kaos kaki. 
"Eeeh kok Auk?"tanya saya 
"Aku sih udah belajar .. tapi auk dah.."
"Emang kenapa Dek?"
"Aku gak gitu apal rumus, kalo temenku itu apal rumus. Kursus juga"
"Tapi kan Adek pinter logika.." timpal saya menyemangati
"Menang tanpa usaha..pake logika aja"katanya sambil tertawa

Tentu saja si ragil paham usaha itu penting. Hal yang seringkali saya ucapkan berulang-ulang kepada anak-anak, bukan hasil yang paling utama tetapi usaha. Sesuai keinginan atau tidak, yang kita dapatkan selalu ketetapan Allah yang terbaik. Karena hal ini juga saya belajar untuk tidak bereaksi marah saat anak-anak pulang sekolah dan bilang "kayaknya ulangan aku hasilnya jelek deh.." atau marah karena "Bu.. ranking aku turun..". Yang saya tanyakan pasti "udah usaha belajar belum? kalau udah ya gapapa". Lain hal kalau anak-anak tidak usaha/belajar, sudah pasti bawel saya kambuh (ups!)

Suatu hari pernah seorang teman dengan ceria menunjukkan sebuah hasta karya, tugas sekolah anaknya.
"Wow kereeeen!" begitu reaksi pertama saya saat melihatnya.
"Pinter banget ih udah bisa bikin kayak gini".
Lalu dengan santai teman saya menjawab "Itu aku yang bikin..abisnya kasian dia bikin lama banget gak jadi-jadi. Sekalinya jadi gak bagus. Daripada dimarahin gurunya mending dibantuin deh"
"Oooo.." batal deh kagumnya.
Dengan hati-hati saya tanyakan kepadanya "Kenapa dibantuin?"
"Ya karena sayanglah" jawabnya lugas.
Tidak sekali dua kali saya menjumpai kejadian seperti ini, orangtua yang rajin mengerjakan tugas sekolah anak. Tampak raut wajah bangga dan senang melihat tugas sekolah anaknya selesai dengan memuaskan.  Terbayang senyum di wajah sang anak kala menyerahkan tugas tersebut kepada guru.
Sungguh saya mengerti rasa cinta, sikap melindungi dan rela berkorban yang dimiliki orangtua untuk anak-anaknya. Tetapi bentuk cinta orangtua yang tidak pada tempatnya justru akan merusak anak.

Mengapa saya katakan demikian?
  • Dengan mengerjakan tugas anak sesungguhnya kita sedang menunjukkan pada anak secara tidak langsung bahwa kita tidak mempercayai kemampuan anak kita sendiri. Bukankah kita ingin anak kita adalah anak yang mampu menghadapi tantangan jaman? Bagaimana bisa menghadapi tantangan jika ia tak yakin memiliki kemampuan? sementara orangtuanya sendiri tidak percaya.
  • Memupuk sikap bergantung pada anak. Tak selamanya kita sebagai orangtua ada di samping anak saat ia membutuhkan. Tubuh orangtua pun menua. Justru di saat itu keadaan bisa terbalik, orangtualah yang membutuhkan anak. Dan anak-anak yang terbiasa menggantungkan kebaikan pada orang lain besar kemungkinan sulit menjalani kehidupan apalagi memberi bantuan. Manja, demikian biasa disebut. Sikap yang terlahir dari pola asuh.
  • Mengajarkan sikap tidak bertanggung jawab. Tugas anak adalah tanggung jawab anak. Mendorongnya mengerjakan tugas dengan baik merupakan bentuk dukungan orangtua. Setiap tugas memiliki konsekuensi. Oleh karena itu wajar pula jika ternyata tugas tidak dikerjakan mendapatkan konsekuensi negatif seperti dimarahi guru, mendapat tugas tambahan, dan lain-lain. Dengan belajar konsekuensi, selain menguatkan sikap bertanggung jawab, jiwa ketangguhan anak pun terasah.
  • Memupus rasa bangga anak akan hasil kerja sendiri. Siapa lagi yang akan lebih menghargai dan merasa bangga suatu hasil karya jika bukan pembuatnya? Rasa bangga menjadi motivasi untuk menghasilkan karya-karya berikutnya. Kalau tugas yang mengerjakan orangtua, maka rasa bangga menjadi milik orangtua, bukan anak.
  • Menyuburkan sikap berbohong. Melihat hasil karya yang dikerjakan di rumah bagus, tentu guru akan bertanya, siapa yang mengerjakan? Jika berani jujur anak akan mengerjakan orangtua yang lebih banyak mengerjakan.  Tetapi jika ia takut, akan menjawab dirinya sendiri. Padahal setiap orangtua seringkali meminta anaknya berkata jujur bukan?
Lain waktu anak-anak bercerita tentang teman-temannya yang mencontek saat ulangan.
Betapa mereka pun melihatnya gemas.
Ditambah pengawas ujian sepertinya kurang peduli dengan kejujuran.
Saya katakan, "Hasil tetap Allah yang tetapkan. Kalau nilai mereka bagus, maka itulah ketetapan Allah.  Gak usah kita iri. Nilai bagus, bisa jadi cobaan buat mereka. Mau terus berbuat salah atau gak? Kalau pilih terus berbuat salah, mereka sebenernya rugi. Gak nambah ilmu selain ilmu mencontek. Lagian percaya deh, beda banget rasanya nilai bagus karena usaha sendiri dengan nilai bagus karena mencontek"
"Ah gak selalu juga nilai mereka bagus" timpal si ragil.
"Hahahaha iya ya Dek, sibuk nyontek trus nyonteknya salah waktunya habis"😝

Dan saat pembagian rapor ternyata alhamdulillah ranking mereka lebih tinggi daripada yang mencontek. Iseng, saya tanyakan kembali, "Gimana rasanya ranking bagus tanpa nyontek, seneng?" mereka pun menjawab dengan bangga "Iya!"

Menanamkan nilai pada sebuah kemenangan adalah tugas orangtua.
Menang tanpa usaha, bisa jadi sebuah keberuntungan.
Menang karena usaha yang sungguh-sungguh adalah kemenangan yang membanggakan.













Senin, Maret 11, 2019

Tulis Sajalah


Sejujurnya bingung mau menulis judul apa ya?? Meski ada beberapa kelebatan ide judul yang ingin saya tulis. Tetap rasanya kurang sreg. Ini bedanya menulis blog dengan status facebook, instagram, atau twitter ya.. yang tinggal tulis "what is in your mind?" tetiba lancar deh jemari emak menulis segenap rasa serta pikiran.. curhat colongan pun dimulai. Sependek yang saya ingat memang dalam beberapa buku dan pelatihan menulis yang saya ikuti, narasumber menyatakan hal senada, mulailah dengan menuliskan pengalaman yang berkesan. Gak usah dipikirin kalimat harus sesuai susunan baku bahasa Indonesia yang benar. Lancar dulu menulis, terbiasa, baru perlahan mulai dibenahi.

Kebingungan saya dalam menulis judul membawa saya membuka-buka lagi buku tentang menulis. Ada beberapa buku tentang menulis di rumah. Pilihan saya tertuju pada buku Pak Hernowo, Mengikat Makna Update : Membaca dan Menulis yang Memberdayakan. Tak sengaja buku ini terbuka tepat di halaman yang bertuliskan :
... saya hanya ingin memberikan satu peluang besar agar siapa saja yang ingin menulis, pertama-tama mendapatkan manfaat-langsung dan nyata dari kegiatan  menulisnya.  Apa manfaat itu? Manfaat menulis yang ingin saya bagikan lewat buku ini adalah manfaat menulis untuk sebuah upaya memperbaiki diri.  Menulis boleh apa saja dan untuk siapa saja, tetapi menulislah untuk mendapatkan manfaat langsung dan konkret bagi diri sendiri terlebih dulu
Tulisan yang mengajak saya bertanya kembali pada diri sendiri untuk apa saya menulis?  Sebelum saya bisa membagikan manfaatnya kepada orang lain seperti yang selama ini saya inginkan tentu diri saya sendiri harus bisa merasakan manfaatnya terlebih dahulu. Ibarat tanaman obat, bagaimana mungkin saya bisa mengajak orang lain menggunakannya sebagai alternatif pengobatan jika saya sendiri tidak pernah merasakan langsung. Saya pasti hanya bisa bilang "katanya" tanpa meyakini benar (kecuali ada kerabat/teman dekat yang sudah mencoba dan berhasil menyembuhkan sakitnya).

Saya pun mulai mengingat-ingat kembali kapan saat saya rutin menulis untuk diri saya sendiri. Ah iya masa smp-kuliah. Berarti sekian puluh tahun yang lalu?  maa syaa Allah..di jaman banyak gadis seusia saya gemar menulis "dear diary..", termasuk saya. Tetapi saya lebih sering menulisnya tidak di sebuah buku, karena khawatir ada yang membaca 🙈.  Isi hati saya tuliskan di lembaran kertas, kemudian setelah selesai saya hapus dan buang. Bukan tidak pernah memiliki buku diary. Beberapa kali malah membeli buku diary yang ada gemboknya. Saking hati-hati gemboknya sering hilang 😅. Haduuh padahal baru ditulis sedikit. Ya sudahlah pakai kertas biasa saja, yang penting apa yang mengganjal di hati dan pikiran sudah tersalurkan. Meski akhirnya tak bisa dibaca ulang. Belakangan saya baru tahu dari seorang terapis bahwa tehnik menulis untuk menyalurkan uneg-uneg di selembar kertas juga bisa digunakan sebagai terapi mengurangi efek inner child. Hanya saja menulisnya menggunakan pulpen (tidak dihapus seperti yang saya lakukan) dan setelahnya dibakar, dengan alasan yang sama agar tak dibaca lagi.

Seingat saya setelahnya memang ada masa di mana saya rutin lagi menulis namun lebih dalam bentuk quote atau status facebook. Tetapi biasanya jika sedang ada kegiatan lain atau ada yang sedang saya fokuskan bisa berbulan-bulan facebook saya sepi tanpa postingan. Dan buat saya menulis di facebook, yang merupakan ranah publik, tak sebebas menulis di kertas. Ada beberapa pertimbangan sebelum akhirnya membuat sebuah postingan status. Sebagaimana saya tidak suka membaca status negatif (yang isinya mengeluh, mengumpat, meledek, dan lain-lain) dari orang lain yang tampil di beranda,  saya pun tak mau orang lain membaca status negatif dari saya meski saya misalnya sedang amat kesal akan sesuatu hal dan butuh tulisan pelampiasan. Alasannya sederhana, tak ingin terbawa dan membawa negatif ke sekitar.

Menulis merupakan salah satu cara untuk menemukan pemecahan masalah. Setuju sekali! Tidak semua masalah harus dibicarakan dengan orang lain.  Saya berpikir memecahkan masalah sendiri akan membantu saya tumbuh lebih dewasa dan bijak. Bukankah suatu waktu mungkin saya pun akan menjadi pendengar dan membantu orang lain memecahkan masalah? bagaimana jika saya tak pernah mengijinkan diri saya menemukan solusi? Nyatanya menulis dan membacanya perlahan membuat saya lebih bisa melihat sumber masalah dengan jernih. Sehingga biasanya di akhir saya malah menemukan apa yang harus saya lakukan lalu saya pun mendapatkan penguat dari diri sendiri.

Instropeksi diri dan lebih bisa memilih reaksi positif adalah beberapa dari sekian banyak manfaat yang saya rasakan dari menulis.  Apakah ini juga karena rata-rata 20.000 kata yang dikeluarkan pun turut tersalurkan? bisa jadi. Sebagian sudah disalurkan lewat tulisan sehingga secara lisan berkurang.  Ternyata perempuan lebih cerewet pun karena memang secara alami sudah diciptakan demikian lho.. Sebuah artikel di liputan6.com  menuliskan para ilmuwan telah menemukan penyebab wanita cerewet itu akibat protein Foxp2 dalam otak perempuan lebih tinggi kadarnya daripada dalam otak pria. Protein Foxp2 sendiri merupakan protein bahasa.

Ummm.. ngomong-ngomong sudah berapa kata yang saya tulis ya?
Jadi sebaiknya diberi judul apa?
.....
.....
.....
Tulis sajalah
















Senin, Maret 04, 2019

Debat


Musim debat. Sepertinya mengalahkan musim durian dan buah-buahan lainnya 😅. Menjelang pemilihan umum makin banyak saja program debat yang ditayangkan. Hampir semua stasiun televisi. Bahkan ada satu program yang durasi debatnya nyaris 3 jam! Maa syaa Allah, saya yang menonton di rumah saja puyeng 😵 apalagi yang hadir.  Eh mungkin berbeda ya, lebih betah menyimak kalau hadir langsung di acara tersebut. Bisa jadi saya puyeng karena kurang paham dengan topik yang dibahas.. qiqiiqiq entahlah.. yang jelas kalau panelis debat sudah mulai ada yang nyinyir atau ngeyel, saling sindir, marah-marah..daripada terbawa emosi lebih baik saya mengerjakan yang lain. Kesehatan emosi emak jauh lebih penting 😂

Gak suka berlama-lama bukan berarti saya tidak setuju 100% adanya debat. Tergantung debatnya deh.. oke, asal tujuan dan caranya baik. Orang lain tidak harus memiliki pendapat yang sama dengan kita. Pun sebaliknya. Pendapat yang disampaikan dengan kalimat yang santun, berisi (tidak asal bicara) dan dapat dipertanggungjawabkan pasti akan membuat kita yang menyimak semakin kaya pemikiran juga.

Sebenarnya pengertian debat itu apa sih?

Debat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.
Debat menurut Wikipedia  merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan.

Bicara soal santun, terus terang miris melihat pendebat yang seperti mengenyampingkan adab, tak menghormati lawan bicara. Entah menguap kemana yang disebut-sebut norma ketimuran atau norma agama. Disadari atau tidak, apa yang dilakukannya sudah memberikan contoh yang buruk pada sekian juta penonton televisi yang menyaksikannya. Semakin bersikeras, semakin menunjukkan keburukannya sendiri. Keberkahan ilmu yang ingin didapatkan pun berkurang karena yang ada di pikiran hanyalah menang dan merasa paling benar.
Jangan salahkan generasi muda pun melakukan debat dengan cara yang sama. Bahkan tak jarang berlanjut dengan tawuran.

Di rumah saya sering mengajak anak-anak berdiskusi tentang apa yang mereka tonton dan cukup bawel mengingatkan efek dari tontonan negatif yang dilihat berulang-ulang dapat masuk ke dalam alam bawah sadar dan menjelma menjadi perilaku.