Rabu, April 22, 2020

Hari Ketigapuluh Kepompong

Finally sampai juga di hari ke 30!
Dan saya bersyukur banget hari ini bisa menemukan resep yang semakin mendekati serabi solo yang saya inginkan.
Nyoba bikin serabi sampai dua kali dan nyaris lupa setor jurnal..qiqiqi

Resep yang saya pakai tetap resep serabi tanpa telur.
Masih mirip dengan resep sebelumnya hanya saja terigu saya kurang 10 gram dan air ditambah hingga total mencapai 800 ml untuk 200 gram tepung beras.
Sebenarnya saya tidak serta merta langsung menuang 800 ml melainkan dalam tahapan.
Setelah saya yakin dalam keadaan encer masih bisa membentuk serat baru saya tambahkan lagi larutannya.

Hari ini juga saya mencoba beberapa perlakuan yang berkaitan dengan areh.
Saya bandingkan adonan yang telah dituang ke cetakan kemudian

  • tidak diberikan areh
  • dituangkan bagian tengah saja
  • dituangkan sekeliling
Waktu penuangan,
  • segera setelah adonan dituang
  • menunggu keluar pori-pori (dalam keadaan setengah matang) setelah dituang
  • menjelang matang
Jenis wajan
  • Teflon, yang saya maksud adalah cetakan serabi dengan 4 lubang dalam satu wajan. Hasilnya sulit mendapatkan bagian bawah dan pinggiran yang coklat kecuali dioleskan mentega dan api yang sedang menuju besar
  • Alumunium, pinggiran serabi lebih renyah dan mudah coklat karena wajan lebih cepat panas sehingga harus hati-hati agak tidak cepat gosong sementara serat belum banyak terbentuk
Menyusul in syaa Allah akan saya coba menggunakan wajan serabi dari tanah liat 

Kekentalan areh
  • Sedang
  • Kental
  • Sangat Kental
Banyak ya yang dicoba 😆
Ini belum termasuk pengemasan ..hehehe
Bagi saya mengetahui hasil dari beberapa perlakuan (meskipun ada yang bisa dikategorikan gagal) tetap menyenangkan karena bisa menambah ilmu yang semoga kelak bisa bermanfaat pula bagi orang lain.. aamiin

Menutup tantangan 30 Hari Kelas Bunda Cekatan dengan Alhamdulillah..



Hari Keduapuluhsembilan Kepompong

Hari keduapuluh sembilan kepompong mencoba membuat resep serabi sendiri.
Berhasil gak ya?
Eh bakalan ada seratnya juga gak ya?
Banyak "gak ya" terlintas tapi hanya bisa tahu setelah dicoba.
Kalau perkara habis atau gak sih saya yakin bakal habis secara di rumah doyan ngemil semua,
Bismillah..

Alhamdulillah yang dikhawatirkan gak terbukti.
Seneeeng banget lihat serabi ala saya saat dituang membentuk pori-pori.
Meski (lagi-lagi) belum bisa digulung dan belum mendekati serabi solo notosuman namun teksturnya lembut 
Waktu fermentasi memang saya sengaja tambah 30 menit untuk membiarkan ragi lebih maksimal lagi bekerjanya. Namun memang harus berhati-hati karena fermentasi yang terlalu lama bisa menyebabkan rasa serabi menjadi asam.  

Buat keberhasilan nguprek serabi saya pasang badge Excellent!
Biar makin semangat mencari takaran yang lebih pas lagi

Mau coba bikin serabi ala TekkaN?
silakaaan





Selasa, April 21, 2020

Hari Keduapuluhdelapan Kepompong

Hari ini saya hanya ingin merecook resep Serabi dengan menggunakan air bersuhu ruang setelah sebelumnya dua kali saya menggunakan air yang menurut saya hangat tetapi ternyata tidak tepat (masih terlalu panas) sehingga fungsi ragi sepertinya berkurang.

Dari sini pula saya merasa harus mencari informasi pula tentang ragi. Ternyata di web Resep Koki disebutnya ada 3 jenis ragi yakni

  • Ragi Basah atau padat (Compressed Yeast)
  • Ragi Kering Aktif atau Koral (Active Dry Yeast) 
  • Ragi Instan (Instant Yeast). Dibandingkan ragi kering akif, ragi instan lebih cepat mati sehingga perlu dipindah ke wadah kedap udara setelah dibuka namun di satu sisi juga lebih mudah aktif dibandingkan jenis ragi lainnya.  Cara kerja ragi ini adalah dengan mengubah komponen dalam karbohidrat (misal tepung) menjadi karbondioksida). Karbondioksida inilah yang membantu kue mengembang. Yang penting juga untuk diperhatikan adalah jika terlalu lama dibiarkan ragi akan mati dalam suhu ruang. 
Balik lagi ke serabi yang saya buat, alhamdulillah sekarang seratnya sudah lebih terlihat.  Hanya saja saya perlu menambahkan kekentalan areh. Karena areh yang encer mengalir ke pinggiran serabi saaat dituang sehingga menyebabkan pinggiran serabi menjadi sulit renyah.


Hari Keduapuluhtujuh Kepompong

Hari keduapuluhtujuh Kepompong
Tak ada recook yang saya lakukan karena kondisi badan yang kurang baik.
Niat merecook saya tunda.
Kadang memang perlu juga ya sebentar berhenti untuk kebaikan yang lebih banyak.
Waktu yang ada saya gunakan untuk mengevalusi resep Serabi yang sudah dicoba dan membaca literatur resep lainnya.

Beberapa resep serabi memang mirip-mirip.
Secara umum bahan dasarnya sama yakni tepung beras, ragi, dan air.
Air bisa menggunakan santan atau air biasa.
Adonannya sendiri ada yang sedikit kental dan ada yang encer.
Terus terang saya sempat khawatir juga melihat adonan yang encer dan berpikir apakah saya salah dalam menimbang.  Namun setelah saya ulangi memang demikian.
Beberapa resep menambahkan telur agar adonan lebih mengembang dan tak sedikit juga yang tanpa telur.  Jika ragi yang digunakan masih bagus, pada hasil akhir keduanya sama-sama berserat/bersarang saat matang.
Untuk menambah aroma digunakan daun pandan.  Bisa juga diganti atau ditambahkan vanili.
Hal penting lainnya yang saya catat adalah pastikan cetakan serabi sudah panas dan tidak menggunakan api besar.




Hari Keduapuluhenam Kepompong

Masih melanjutkan onde-onde dengan menggunakan resep dari Nia Jefry.
Apa ya yang membuat serabi sedikit sarangnya?
Apakah ragi yang digunakan sudah kurang aktif?
Atau air santan masih belum sehangat yang dimaksud?
Pertanyaan-pertanyaan yang mengusik rasa ingin tahu

Setidaknya 3 kali saya mencoba membuat lagi.

  1. Percobaan pertama saya menggunakan ragi instan yang baru dibuka untuk memastikan ragi yang digunakan memang ragi aktif. Hasilnya masih kurang berserat. Berarti kemungkinan suhu air santan
  2. Percobaan kedua, setelah santan mendidih saya tunggu beberapa saat dan saya tuang sedikit demi sedikit. Hasilnya masih sama. Baiklah, mungkin masih kurang tepat suhunya
  3. Percobaan ketiga, kali ini waktu menunggu santan menjadi hangat lebih lama. Sayangnya hasil tak berubah.\
Akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan air dalam suhu ruang saja
Alhamdulillah kali ini lebih baik.
Tinggal cara mencetak saja yang harus saya pelajari kembali.

Oh iya dibandingan resep dari NCC yang menghasilkan pinggiran serabi lebih kokoh, di resep ini pinggiran serabi lebih mudah dan patah.




Hari keduapuluhlime Kepompong

Oke, hari ini mau recook resep serabi yang kedua.
Takaran bahan lebih sedikit jadi lebih hemat sekaligus cepat pembuatannya.
Saya mengambil resep ini dari aplikasi Cookpad

Dalam resep ini tidak ada keterangan apakah santan yang digunakan dalam kondisi hangat atau dingin. Dalam beberapa resep lain yang saya baca kebanyakan menulis santan yang digunakan dalam kondisi hangat. Bagi saya sendiri agak sulit menentukan hangat yang dimaksud.Sementara dalam resep yang lainnya lagi santan yang digunakan dalam kondisi dingin (suhu ruang).

Pertama kali saya mencoba resep ini cukup berhasil. Saya suka dengan teksturnya. 
Namun percobaan kedua dan ketiga kurang berhasil. Serat serabi hanya terbentuk sedikit.
Hmm kira-kira kenapa ya? 
Penasaran 




Minggu, April 19, 2020

Hari Keduapuluhempat kepompong

Sudah pernah mencicipi serabi solo Notosuman? lembut dan gurih.
Hari keduapuluh empat, saya berencana membuatnya sekaligus memenuhi permintaan paksu. Dulu sekali saya pun pernah mencoba  membuat serabi solo ala notosuman dengan menggunakan resep dari NCC. Untuk mengawali tour de resep "Serabi" saya membuatnya lagi.

Bagi yang kangen dengan serabi solo ala notosuman, resep NCC ini lumayan memenuhi rasa kangen hanya memang masih berbeda dengan aslinya terutama dari tekstur dan penampakan.  Serabi NCC lebih tebal dan padat seperti serabi sunda. 

Coba cari resep lain ah sebagai pembanding.. 






Kamis, April 16, 2020

Hari Keduapuluhtiga Kepompong

"Jangan dimakan onde-ondenya ya, Ibu mau lihat besok masih bulet gak" pesan saya.
Alhamdulillah onde-ondenya awet sampai pagi..
Beda kejadian kalau Emak gak wanti-wanti, pasti sudah habis.
Dengan pasukan lengkap di rumah seperti ini, cemilan habis dalam hitungan jam.
Emak senanglaaah kalau yang dimasak laris.
Tapiiii buat cemilan yang sudah dipesan pas dicek hilang, tanduk gemes langsung keluar.
Weleeehhh.. udahannya istighfar banyak-banyak

Alhamdulillah kali ini onde-onde tetap bulat seperti baru dimasak
Bahagiaaaa deh (ternyata bahagia itu sederhana ya.. liat onde-onde tetep bulet pun bisa bikin bahagia..qiqiqiqi) dipandangin terus.
Moga nanti kalau bikin lagi tetap sama seperti ini.

Agak siang, saya kembali membuat martabak mini.
Resep terakhir yang saya coba (martabak bangka) hasilnya agak padat meskipun serat onde-onde terlihat jelas.
Jadi tantangan saya berikutnya adalah membuat onde-onde yang tidak padat.
Saya mencoba mengurangi takaran terigu dan tapioka.
Bila dalam tutorial dituliskan tepung terigu 450 gram dan tapioka 50 gram maka yang saya gunakan adalah terigu 125 gram dan tapioka hanya 10 gram.
Hasilnya masih agak padat namun jauh lebih ringan daripada sebelumnya. Serat pun tetap terbentuk.
Berarti sudah semakin mendekati yang saya inginkan.

Pasang badge excellent lagiii karena saya meriview daan merecook resep







Hari Keduapuluhdua Kepompong

Setiap lihat onde-onde baru matang duh seneeeng banget
Bulat menul-menul gitu
Tapi berubah sedih   setelah dingin mulai ada yang penyok.
Biasanya bagian bawah onde-onde yang bersentuhan dengan alas.
Gimana ya biar bulatnya tahan lama?
Hayuk emak, cari tahu lagi! (ngajak diri sendiri..wkwkwk)

Sekarang mau coba resep tanpa kentang ah

Beberapa saran yang saya temukan agar onde-onde tetap bulat

  • Setelah matang dan diangkat, agak dilempar-lempar kecil di atas wadah. Pelan-pelan aja yaa lemparnya,. sebab saya pernah lempar gak sengaja malah menggelinding..waduh kayak lagi main bola //hahahaha
  • Goreng dengan api kecil sampai terendam lalu biarkan mengapung baru diputar-putar di atas penggorengan dengan menggunakan punggung sutil. Ada literatur yang menuliskan di putarnya 10 kali.  Saya sendrii pakai gaya bebas, memutarnya gak selalu searah. Dengan menggerakkan onde-onde memutar diharapkan onde-onde akan matang merata di semua bagian.  Karena biasanya setelah mengembang bagian atas tak terkena minyak goreng (bayangin seperti menaruh balon di air ya)
Beidewi menggoreng onde-onde memang harus sabar.
Penggunaan api kompor yang besar akan membuat onde-onde  cepat matang namun bagian dalamnya belum
Selain itu penggunaan api besar juga bisa menyebabkan onde-onde meletus karena gas yang terlalu banyak di dalam onde-onde.

Jadiii harus sabar dengan api sedang menuju kecil

Alhamdulillah selesai semua digoreng,
Tunggu besok yaa reviewnya








Hari keduapuluhsatu Kepompong

Kenapa ya onde-ondenya gak kokoh bulet terus?
Kenapa ya gak mengembang sempurna?
Saya ingin bagian dalam kulit onde-onde yang tidak tebal.

Saya mencoba untuk mengulik tidak dari sisi resep melainkan teknik pembuatan.
Bahan adonan onde-onde dengan resep dari channel youtube The Hasan Video saya siapkan lagi.
Saya perhatikan benar-benar videonya.dan simak video onde-onde channl ian.
Saya browsing juga di internet, web yang membagikan tips onde-onde..
Dan alhamdulillah akhirnya saya menemukan satu saran kunci yang patut saya coba yakni adonan tidak perlu sampai kalis benar, cukup sampai bisa dipulung.
Ini berarti tak semua air perlu dimasukkan ..
Baiklah kali ini saya akan lebih memperhatikan proses penuangan air.

Menetapkan kapan adonan "cukup sampai bisa dipulung" ternyata tak mudah juga.
Pemberian air yang sedikit menyebabkan adonan patah saat hendak dibulatkan.
Pemberian ar yang terlalu banyak, dapat dilihat dari adonan yang lengket di tangan saat hendak dipulung, juga berperan menyebabkan adonan tidak mengembang dengan baik dan bentuknya sulit untuk kokoh setelah digoreng.
Jadi kata "cukup" saya terjemahkan adonan bisa dipulung tanpa patah namun tidak lengket di tangan.

Dari literatur yang saya dapatkan sebagaimana halnya pembuatan resep lain, kelembaban ruangan, kelembahan bahan (berkaitan dengan kandungan air) menjadi faktor yang harus diperhatikan.
Contohnya pada tepung terigu. Kelembaban tepung yang sudah dibuka bungkusnya dengan yang masih baru dalam kemasan belum terbuka sudah pasti berbeda.

Hwaaaa selesai juga memulung
Bismillah waktunya menggoreng..
Deg-degan kopong gak yaaa??

Alhamdulillah iyeeesss!
Excellent buat hari ini







Hari keduapuluh Kepompong

Pernah gak membuat kue, baru pertama kali bikin langsung berhasil tapi yang kedua kali atau bahkan sampai ketiga kali gagal?
Lalu bingung "salah dimana ya??" "apa salah resepnya?" 😁
Hummm banyak hal yang harus kita cek dan kenali dari peralatan masak yang kita punya.
Termasuk di antaranya kompor.
Penting banget lho mengenali kompor sendiri.
Bahkan untuk kompor yang berjenis sama belum tentu memberikan hasil masakan yang sama.
Bisa jadi karena api yang tak merata panasnya atau kedudukan tungku yang tidak tepat sama.
Hal lain yang mempengaruhi hasil resep tidak sama  karena menggunakan bahan dengan merk yang berbeda.
Contoh penggunaan soda kue. Meski hanya sedikit pemberiannya tetapi merk yang berbeda mempengaruhi hasil akhir. Seperti yang saya alami saat membuat martabak dengan menggunakan tutorial youtube. Tidak semua youtuber mau menunjukkan merk soda kue yang digunakan. Yang diperlihatkan hanya bubuk putih saja.  Setelah menonton sekian banyak video akhirnya saya baru tahu ada satu merk yang baru saya dengar (merek Asahi) yang digunakan oleh seorang pedagang martabak.

Duh kok kayaknya ribet ya?
Qiqiqiq santai aja.. dibawa happy dan bayangnya enaknya cemilan yang dibuat
Bagi saya justru dengan begini saya akan belajar lebih banyak
Alhamdulillah..

Nah untuk meyakinkan diri sendiri bahwa resep yang saya dapatkan sudah oke, mulai hari ini sampai beberapa hari kedepan saya ingin menguji ulang semua resep ala saya sekaligus memperbaiki beberapa resep yang menurut saya dari hasil perlu perbaikan.

Hari ini dimulai kembali dengan resep onde-onde.
Onde-onde yang saya buat alhamdulillah sudah enak rasanya tapi masih tak merata kopongnya dan bentuknya setelah digoreng tak stabil (ada yang penyok). Agak penasaran juga sih karena saat pertama membuat menurut saya cukup berhasil (tuuu kaan.. )

Okeh pencarian resep kembali dimulai
siapkan pulpen
kerrtaas.. mana kertas





Minggu, April 12, 2020

Hari Kesembilanbelas Kepompong

Menuntaskan rasa penasaran membuat pukis Milo
Qiqiqiqi saya mah gitu orangnya..
Mulai lagi menimbang bahan.
Memastikan tak ada yang terlewat.
Belajar dari bubuk Milo yang mengeras kemarin, kali ini saya larutkan saja Milo ke dalam air hangat.
Oh iya air hangat ini untuk mengaktivasi ragi.
Setelah adonan jadi didiamkan selama 1 jam untuk fermentasi dalam suhu ruang.  Tetapi saya pernah juga tak sengaja (lupa) memfermentasikan selama 4,5 jam.  Alhamdulillah setelah matang pukis masih enak, tidak asam.

Agak harap-harap cemas juga ya jadinya seperti apa dengan teknik yang terakhir ini.
Ternyata alhamdulillah bagus. Meski tak sekental adonan dasar (pukis klasik) tetapi juga tidak encer.
Phufffttt legaaaa
Berarti cara yang sama bisa saya gunakan untuk varian rasa lainnya.
Saya berencana ingin membuat pukis rasa matcha dan oreo.

Tutup dulu ah lab dapurnya 😁
Waktunya masak dan beberes



Hari Kedelapanbelas Kepompong

Banyak orang membuat aneka kreasi berbahan dasar susu Milo. Puding Milo, cake Milo, es kepal Milo.. hmm gimana kalo bikin pukis rasa Milo, enak kali yaa
Kebayang rasa coklat yang gak terlalu nyoklat.
Dibantu si Ragil, bahan-bahan pun mulai disiapkan..

"Udah selesai Dek, nimbangnya?"
"Iya udah.. yang mixer siapa?"
"Sini Ibu aja.."
Urusan menimbang si Ragil lebih banyak "oke"nya dibanding diminta bantuan mixer adonan.
"Capeeek.."begitu alasannya.
Pernah suatu waktu minta bantuan paksu karena saya lupa melelehkan mentega.
Paksu memixer adonan dengan posisi yang berubah-ubang..sebentar-sebentar ganti gaya. Katanya "Pegel juga ya.." helaaanndalaah Pak.. apakabar Emak yang sering banget ngemixer yak? 😅

Satu per satu bahan dicampurkan. Ketika selesai menuang air hangat "Kok encer ya?" pikir saya. Tapi tetap saya selesaikan juga karena ini memang percobaan.
Ternyata setelah jadi memang kurang mengembang dan kokoh.
Rasanya sih enak (dan tetap habis dicemil seisi rumah .. qiqiqiqi antara doyan dan lapar beda tipis).
Karena penasaran akhirnya saya buat lagi.
Kali ini saya menimbang sendiri, tanpa bantuan si Ragil.
Semua tepung sudah saya timbang, dan terakhir bubuk milo pun saya tuangkan di atas tepung.
Oke, siap memixer telur dan gula.
Setelah 15 menit waktunya saya menambahkan tepung ke adonan.
Begitu saya menyendoki tepung.. waduh bubuk susu milonya mengeras! jika langsung dituangkan ke adonan bisa jadi akan sulit larut.  Benar saja, saya coba sesendok, sampai beberapa waktu masih saya menggumpal. Akhirnya saya saring kembali campuran tepung dan susu milonya. Sisa yang tak bisa tersaring saya campurkan ke larutan air hangat.
Dan lagi-lagi, adonannya lebih encer 😕
Saya coba tambahkan sedikit tepung dan 1 kuning telur pun sepertinya hanya sedikit berpengaruh..

Gapapalah..
Lain hari saya coba lagi in syaa Allah
Untuk hari ini tetap saya pasangkan badge Excellent, hadiah bagi diri yang tetap semangat mencoba.
Semoga Allah mudahkan menemukan cara yang lebih tepat.. aamiin..

Elap-elap cetakan pukis, simpan untuk percobaan berikutnya..





Jumat, April 10, 2020

Hari Ketujuhbelas Kepompong

Hari ketujuhbelas.. separuh masa tantangan terlewati.  Alhamdulillah..
Kelas Bunda Cekatan memang sesuatu sekali, gak cuma melatih kecekatan tetapi juga menempa kekuatan diri menghadapi tantangan.  Hohoho bahasanya daleeem..
Tapi itu sih yang saya rasakan..
Godaan untuk mager (malas gerak) banyak banget. Beneran musti banyak berdoa biar terhindar dari mager.
Apalagi di masa wabah corona seperti ini. Satu keluarga berkumpul otomatis yang dilakukan di rumah lebih banyak lagi. Tantangan buat menyelesaikan misi pribadi tapi keluarga pun tetap menjadi prioritas utama.

Okeh lanjut.. waktunya mereview martabak kemarin.
Sejujurnya saya masih berpikir apa ya yang menyebabkan martabaknya terasa padat sedikit kenyal.  Penambahan tapiokakah? Menurut saya pengaruh penambahan tapioka yang paling terlihat adalah tepian martabak yang lebih kokoh dan garing. Bisa jadi juga menambah adonan lebih padat. Dibandingkan resep sebelumnya telur yang digunakan dalam resep kedua lebih sedikit.
Beberapa resep martabak memang tanpa telur. Berarti belum tentu juga hanya jumlah telur yang berpengaruh pada kepadatan tekstur martabak. Besar kemungkinan komposisi adonan atau teknik pembuatan yang harus diperbaiki lagi.

Mengulik sedikit soal teknik pembuatan adonan, setelah saya melihat beberapa video tentang dunia permatabakan, ternyata seperti membuat cake, ada beberapa tehnik yang berbeda. Menariknya meski dengan resep sama tapi teknik berbeda maka hasil tekstur martabaknya akan berbeda juga. Ada yang setelah mencampurkan han tepung dan air didiamkan dahulu beberapa waktu.  Ini sudah saya coba juga.  Bikin penasaran untuk merecook lagi.. wkwkwkwk
Tunda dulu deh .. mau buat pesanan pukis.

Mixer tunggu akuuu



Kamis, April 09, 2020

Hari Keenambelas Kepompong

Masih dalam pencarian resep martabak mini yang saya inginkan, kali ini saya recook resep martabak bangka. Melihat takaran tepungnya, duh banyak juga ya.. . Tapi tehniknya berbeda. Kuy lah dicoba..
Oh iya sebelumnya kalau ada beberapa recook yang ternyata saya belum berhasil membuat seperti pembuat resep asli, belum tentu resepnya yang salah ya..
Bisa jadi karena tehnik yang saya lakukan belum tepat.
Karena biar bagaimana pun melihat langsung akan lebih mudah memahami dibanding dengan melihat di youtube apalagi hanya membaca resep saja.






Hari Kelimabelas Kepompong

Welkam tu hari-hari martabaaaak...🎺 Setelah sebelumnya secara bergilir ada hari donat, pastel, pukis, dan onde-onde..wkwkwk.  Sesuai rencana hari ini saya membuat martabak mini tanpa ragi. Karena sudah pernah membuatnya jadi saya tinggal buka buku catatan dan merecook lagi. Ini termasuk resep yang anti gagal. Saya tuliskan di sini yaa..

Dalam catatan saya menuliskan untuk mengurangi jumlah vanili. Ini berdasarkan apa yang saya coba juga. Jadi sebelumnya saya membuat sesuai resep ternyata pahit.  Saya pikir apa yaa yang menyebabkan pahit? Saya cek semua bahan dalam keadaan aman, tidak kadaluarsa. Hmm atau karena wadah yang digunakan? tapi wadah tersebut sering saya gunakan untuk membuat adonan juga. Setelah saya perhatikan lagi resepnya, saya menduga jumlah vanililah penyebabnya. Untuk membuktikannya saya membuat sekali lagi adonan. Alhamdulillah para penguji kue di rumah suka 😍 Saya pasang badge "Excellent". Tapi saya masih penasaran dengan martabak kenyal. Besok in syaa Allah merecook lagi resep yang lain.




Rabu, April 08, 2020

Puasa Online

Emak jaman now puasa bisa berbagai bentuk ya.. seperti yang saya lakukan sekarang, puasa online.
Sejujurnya sebagaimana emak-emak kebanyakan, saya suka ngobrol.
Suka online karena suka ngobrol ..hehehe
Iya waktu online saya separuhnya diisi dengan ngobrol.
Sisa waktu lainnya untuk browsing artikel yang berkenaan dengan hal-hal yang ingin saya ketahui.
Tapi celakanya kadang saya suka keasyikan.
Dan dengan target saya menyelesaikan beberapa project pribadi di kelas buncek juga saya merasa harus lebih berhati-hati dengan waktu online saya. Musti "puasa" dan hanya "berbuka" di jam-jam tertentu saja.

Saya membuat 4 kategori
  1. Badge Need Improvement, jika kandang waktu saya tidak terpenuhi
  2. Badge Satisfactory, untuk kandang waktu online melewati 2,5 jam namun maksimal 3,5 jam
  3. Badge Very Good, untuk kandang waktu melewati 1,5 jam maksimal 2,5 jam
  4. Badge Excellenct, untuk kandang waktu maksimal 1,5 jam
Dan hasilnya, badge saya beragam.. qiqiqiiq

Hari pertama sampai hari ketiga, alhamdulillah aman. Waktu saya banyak untuk praktek saya, browsing, atau menulis jurnal. Tak banyak percakan di whatsapp grup yang saya lakukan.
Hari keeempat, waktu online saya mulai bertambah karena memantau fb grup matrikulasi.
Hari kelima, waktu online saya bertambah dengan menonton youtube membuat kue. Emak keasikan 😅
Hari keenam, waduuh pe'er banget karena banyak waktu saya tersita untuk membuat video sebagai tugas fasilitator yang harus disetorkan segera. Videonya hanya 3 menit tapi membuatnya lebih dari 2 jam.. gak pede euy bikin video
Hari ketujuh alhamdulillah sudah mulai bisa mengatur ritme online meski di hari ini saya pun menerima kabar sakit dari kerabat yang membuat waktu online saya di whatssapp lebih banyak
Hari kedelapan, alhamdulillah pun sudah semakin berkurang lagi waktu online saya (badge very good)




Puasa pekan kedua ini masih saya barengi dengan kegiatan puasa pekan pertama.
In syaa Allah akan saya terus lanjutkan juga puasa  ini di pekan ketiga, dan masih melakukan kegiatan puasa pekan pertama


Hari Keempatbelas Kepompong

Hari keempat belas waktunya jeda dan memilih resep berikutnya yang akan saya recook.
Kali ini saya mengikuti permintaan paksu, membuat martabak.
Tahun lalu saya pernah juga membuat project martabak.
Lebih dari 3 kali saya merecook resep..
Tantangannya macam-macam.  Mulai dari lengket (menggunakan cetakan alumunium), matang tidak merata, PR banget deh.
Yang saya inginkan juga martabak dengan tekstur kenyal, seperti yang dibuat oleh abang martabak pinggir jalan, tetapi dalam bentuk mini.
Sementara resep martabak mini yang bersliweran di dunia online lebih banyak resep yang menggunakan ragi.
Saya kurang suka dengan teksturnya, lebih mirip kue apem dan padat.

Hari ini saya manfaatkan juga untuk browsing beberapa tips membuat martabak, sebagai bekal untuk recook besok. Tips utama yang saya dapatkan adalah cetakan harus dipastikan panas merata.  Cukup menyulitkan bagi saya karena seperti pukus kemarin pun api berkumpul di bangian tengah sehingga bagian lainnya lambat matang.
Sudah dicoba juga dengan menggunakan plat besi tetapi hasil kematangannya tak jauh beda.
Sambil cari cara yang tepat membuat martabak sesuai kompor yang saya miliki, besok saya berencana mengulang kembali dulu resep sebelumnya.

Hal lain yang saya kerjakan, menggunting stiker TEKKAN 😁

Bismillah..
Cek stok bahan lalu memasang badge di kalender..
"Need Improvment" tapi tetap mengerjakan hal lain sesuai project 😏







Senin, April 06, 2020

Hari Ketigabelas Kepompong


Hari ketigabelas, menuntaskan pukis ah..
Moga yang di rumah masih bersabar ya nyobain pukis terus..hahahaha
Tapi nyatanya selalu habis juga setiap bikin.
Efek School From Home dan Work From Home kali yaa.. bawaannya pengen ngemil.
Di satu sisi alhamdulillah mengurangi keluar rumah dan jajan.

Sekali lagi secara rasa untuk pukis saya sudah mendapatkan takaran yang pas.
Hanya di masalah mengembangnya saja dan pukis yang tidak padat.
Kalau menggunakan resep Yackikuka memang pukis mengembang tetapi padat.
Makan satu sudah kenyang sekali.
Menggunakan tips dari channel Youtube Sobat Dapur dengan memperlama fermentasi malah terlalu ringan dan banyak rongga.
Sementara menggunakan resep Chalistaa kue pukis kurang mengembang tetapi tidak padat.
Ya sudah gabungkan saja ketiganya..
Hasilnya, hwaaa mata Emak berbinar, alhamdulillah lebih mendekati pada yang saya mau!
Mungkin perlu dicoba sekali lagi tetapi dengan ini saja saya sudah cukup puas.

Mau tahu resep ala saya si Tekkan Pawon? ini diaaa..

Selamat Mencoba!





Hari Keduabelas Kepompong

"Istirahat" dulu..
Gak benar-benar istirahat sih. Yang saya lakukan di hari keduabelas ini masih terkait juga dengan project Pawon Jelita, yakni membuat stiker kemasan produk.
Menimbang sudah mulai menerima pesanan, sepertinya stiker ini mulai diperlukan kehadirannya.

Saya sudah memilih nama merk untuk cemilan yang saya buat, "TEKKAN".  Awalnya seisi rumah bertanya-tanya
"Kok namanya Tekkan?"
"Lucu namanya" (padahal gak niat ngelawak 😜)
Seorang teman malah bertanya begini "Itu maksudnya kalo mau buka tutup wadah makanannya diteken dulu ya?" 😂

TEKKAN di sini memang bisa memiliki dua makna :

  • Tekan dalam bahasa Jawa berarti datang. Cemilan yang saya buat, datang spesial untuk yang ingin mengicipi. Agar tak salah mengartikan ditekan maka huruf "K" saya buat double.
  • Tekkan bisa bermakna di tek - kan cemilannya. Seperti.. "mau ngetek (memilih) cemilan yang ini lhoo" untuk dibuatkan.  Karena cemilan yang saya buat berdasarkan pesanan saja. Atau kalau saya sedang membuat satu cemilan bisa ikutan pesan selama bahan masih ada.
Untuk urusan logo.. huhuhu saya belum pandai mendesainnya. Jadi butuh waktu beberapa jam untuk memikirkannya bentuk yang mewakili kata "TEKKAN" yang saya maksud.  Waktu berpikirnya masih belum sebanding dengan hasil bentuk logo yang sederhana..
Gapapalah yaa.. 
Masak sendiri, bikin logo sendiri, musti banggalah..wkwkwkkwk menghibur diri
Reaksi pertama si Ragil melihat logo ini adalah tertawa "Hahahhaha makanan Ibu naik skateboard"
"Kan makanannya dateng Dek" teteeep Emak ngeles 😅

Bismillah, semoga menjadi usaha yang laris dan berkah gak cuma buat keluarga, juga buat sekitar. 
Doain ya? 
Ngng.. atau mau doain plus pesan cemilan? 😁

Tudei,  badgenya jadi Need Improvement ..


Stay semangat Emak! (puk puk pundak sendiri lagi)



Hari Kesebelas Kepompong

Hari kesebelas kepompong, recook resep Onde-onde.
Jiwa penasaran saya masih bergejolak..qiiqiqiqiq
Kebetulan isian Onde-onde masih ada di kulkas jadi saya tinggal membuat kulitnya saja.
Kali ini saya mau mencoba menambahkan tepung terigu dan kentang..
hmm kira-kira makin empuk gak ya?
atau malah tambah kenyal?
Oh iya resep onde-onde yang dipakai masih dari The Hasan


Penambahan ini saya lakukan karena pada adonan sesuai resep asli jika dituangkan seluruh airnya menjadi agak lembek dan lengket.  Saya berharap penambahan bahan akan mengurangi kelembekan tetapi ternyata tidak terlalu signifikan. Terbukti saat digoreng pun masih belum kokoh bundar meski cara tidak langsung menggoreng onde-onde dalam jumlah banyak.

Berarti harus cari cara lain..
In syaa Allah akan dicoba lagi. Pasang badge dolooo